MENGGAPAI KETENANGAN HATI

Bismillâhi walhamdulillâh wash shalâtu was salâmu ‘ala rasûlillâh

Di era modern saat ini, sangat mudah bagi seseorang untuk bisa mendapatkan apa yang menjadi kebutuhannya dan apa yang menjadi keinginannya. Hampir semua hal pada zaman ini sangat mudah untuk diakses, sangat mudah untuk diraih, dan sangat mudah untuk dimiliki. Segala fasilitas untuk memuaskan hati dan nafsu tersebut telah terbentang luas di zaman teknologi seperti sekarang ini. Namun, apakah dengan tersedianya segala fasilitas tersebut mampu membawa seseorang untuk meraih ketenangan hati? Kelapangan hati? Dan kebahagiaan hati?, tidak selalu, jawabnya.

Kita banyak melihat seseorang yang dapat dikatakan memilki segalanya, memiliki harta yang melimpah ruah, memiliki keluarga yang utuh, memiliki kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, memiliki kendaraan yang mewah, tempat tinggal yang luas, tanah yang banyak, serta tabungan deposito di mana-mana, akan tetapi hatinya tidak tenang, dadanya sempit, jiwanya gusar, pikirannya terombang-ambing tak tentu arah. Seperti itulah hakekatnya dunia, ia akan terus membuat seseorang merasa cemas dan gelisah.

Ibnu Qoyyim dalam kitabnya yang berjudul “Liasbab syaroh Assodri” (sebab-sebab lapangnya hati) menyebutkan bahwa “siapa saja yang jatuh cinta kepada selain Allah swt, maka dia akan disiksa dengannya”.

Beliau menjelaskan bahwa siapa yang mencintai kepada selain Allah swt (boleh jadi berupa wanita/pria, harta, kendaraan, tempat tinggal, kedudukan, dan lain-lain), maka Allah swt akan menyiksanya sebanyak 3 kali di dunia ini. Adapun siksaan tersebut antara lain, 1. Seseorang akan disiksa dengan sesuatu yang dicintainya itu sebelum ia mendapatkannya. Semakin besar keinginannya untuk mendapatkannya maka hatinya akan semakin tersiksa. Semakin ia membayang-bayangkan dan semakin ia rindu dengan apa yang ia inginkan itu, maka akan semakin tersiksa hatinya, semakin sempit dadanya karena hatinya tengah dirundung kerinduan yang mendalam dengan sesuatu yang belum ia dapatkan dan belum ia miliki. Hal ini tentu saja menyiksa dan menyesakkan dada. 2. Seseorang akan disiksa dengan sesuatu yang dicintainya saat ia memilikinya, yakni seseorang itu akan merasa cemas, was-was, dan takut kehilangan sesuatu yang dicintainya tersebut. Semakin besar cintanya maka akan semakin besar cemas dan ketakutannya akan kehilangan atau ditinggalkan dengan sesuatu yang dicintainya tersebut. Bahkan tak sedikit seseorang yang tidak bisa tidur 24 jam lantaran memikirkan seuatu yang dimilikinya tersebut. Hal inipun sangatlah amat menyiksa. 3. Jika apa yang dicintainya tersebut telah dimilikinya dan kemudian benar-benar dihilangkan dari sisinya, maka inilah siksaan yang ketiga, siksaan yang teramat amat menyiksa. tidak sedikit seseorang yang menjadi depresi, stres, bahkan gila karena kehilangan sesuatu yang amat dicintainya itu. Bagaimana tidak tersiksa, jika sesuatu itu telah diimpi-impikan sejak lama, mendapatkannyapun perlu perjuangan yang sangat berat, lalu saat telah memilikinya dirawat dan dipelihara dengan baik, dan yang lebih dari itu sudah terlalu banyak kenangan indah dan manis yang telah dilewati bersama, namun kemudian ia hilang, maka sungguh inilah puncak kesedihan dan tersiksanya hati seseorang. Namun perlu diketahui oleh setiap mukmin, bahwa memiliki dunia bukanlah hal yang terlarang, bukanlah dosa, bukanlan aib di sisi Allah swt. Akan tetapi yang yang Allah benci adalah tatkala seseorang itu mencintai dunia, sehingga hatinya bahagia tatkala dunia itu mendatanginya dan bersedih tatkala dunia itu menjauh darinya. Jadikanlah dunia itu sebatas di tanganmu tapi tidak di hatimu. Sehingga apapun keadaan yang menimpamu, kamu tetap dalam keadaan bersyukur dan bersabar.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *