CARA MUDAH MEMAHAMI TAUHID
Tauhîd Ulûhiyyah
Kedua, tauhîd ulûhiyyah (mengesakan Allah l dalam peribadatan hamba kepada-Nya) adalah mengesakan peribadatan hanya kepada Allah l saja, baik dalam hal cinta, takut dan harap serta ikhlash, shalat, haji, jihad fî sabilillâh, menuntut ilmu, dan peribadatan lainnya. Tidak ada sekutu bagi-Nya, yakni tidak ada peribadatan kepada selain-Nya. Seseorang yang memahami dan mengakui ke-rububiyyah-an Allah l, dituntut untuk mentauhidkan ulûhiyyah-Nya.
Lawan dari tauhîd ulûhiyyah adalah melakukan peribadatan kepada selain Allah l, baik peribadatan yang berkaitan dengan hati, lisan, anggota badan, maupun harta.
Di antara dalil-dalil Tauhid Uluuhiyyah adalah firman Allah l yang artinya,
“Katakanlah: ‘Hanya Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku.’ Maka sembahlah oleh kalian (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu kehendaki selain Dia.” (Q.S. az-Zumar [39]: 14-15)
Dan masih banyak lagi ayat lainnya. Bahkan kebanyakan isi al-Qur’an menerangkan tentang tauhîd ulûhiyyah, yakni yang menerangkan makna lâ ilâha illallâh, yang tersusun dari dua rukun; 1) An-Nafyu, yakni menolak segala macam yang disembah selain Allah l dengan berbagai macam bentuk peribadatan. 2) Al-Itsbât, yakni menetapkan Allah l semata dalam segala peribadatan kepada-Nya dengan ikhlas, yang dilakukan berdasarkan petunjuk Rasulullah `.
Tauhîd Asmâ wa Shifât
Ketiga, tauhîd asmâ wa shifât (mengesakan Allah l dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya) adalah keimanan yang mantap terhadap nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya yang ditetapkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Semua itu ditetapkan tanpa tahrîf (mengubah lafazh atau maknanya), ta’thîl (meniadakan atau mengingkari keberadaan sifat-sifat Allah, baik mengingkari seluruhnya atau sebagian), takyîf (menggambarkan “bagaimana” nya sifat-sifat tersebut), maupun tamtsîl (menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk-Nya). Semua nama dan sifat yang telah ditetapkan itu diyakini bahwa hanya Allah l saja yang memilikinya. Tidak ada seorang makhluk pun yang memiliki nama dan sifat seperti Allah l, karena Dia berbeda dengan makhluk-Nya.
Lawan dari tauhîd asmâ wa shifât adalah mengingkari atau meniadakan sifat-sifat Allah l, atau menyerupakannya dengan makhluk.
Di antara dalil-dalil tauhîd asmâ wa shifât adalah firman Allah l yang artinya,
“Dia-lah Allah, tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai Asmâ-ul Husna (nama-nama yang terbaik).” (Q.S. Thâhâ [20]: 8)
Di antara ayat yang menghimpun tiga macam tauhid adalah firman Allah l yang artinya,
“(Dia-lah) Rabb langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah engkau mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia?” (Q.S. Maryam [19]: 65)
Penting untuk diketahui bahwa pembagian tauhid ke dalam tiga bagian sudah ada sejak zaman salafush shalih. Semua imam membicarakan pembagian tauhid ke dalam tiga bagian. Mereka sepakat dengan ahlus sunnah wal jama’ah. Tidak ada seorang pun dari kaum salaf yang mengingkari pembagian ini. Seandainya seluruh usia kita digunakan untuk meneliti kitab-kitab ahli ilmu, maka tidak akan kita temukan kaum salaf yang mengingkarinya. Justru akan kita dapatkan berbagai nash yang banyak dari mereka yang membicarakan pembagian tauhid ini dengan mengikuti al-Qur’an dan as-Sunnah.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!