Anak Shalih, Investasi Dunia Akhirat

Bismillāhi walhamdulillāhi wash shalātu was salāmu ‘alā rasūlillāhi,

Pembaca yang dirahmati Allah ﷻ, ketika kita mendengar kata investasi, pasti yang pertama terbesit dalam benak kita adalah tabungan uang dalam sebuah perusahaan untuk mendapatkan laba dalam waktu tertentu. Namun nyatanya invesasi tak hanya tentang uang, memiliki anak shalih shalihah merupakan investasi yang sangat didambakan oleh orang tua sebagai tabungan di dunia mapun di akhirat kelak. Memiliki keturunan yang shalih dapat menyelamatkan kehidupan orang tua baik di dunia maupun di akhirat.

Secara etimologi kata shalih berasal dari kata shalaha-yashluhu-shalahan yang artinya baik, tidak rusak dan patut. Sedangkan shalih merupakan  ism fa’il yang berarti orang yang baik, orang yang tidak rusak, serta orang yang patut.[1] Dari Abu Hurairah a, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (H.R. Muslim no. 1631)

Bagi orang tua, anak akan menjadi tumpuannya di masa yang akan datang. Bahkan setelah kematiannya pun doa dari anak sangat berharga baginya. Jika orang tua memiliki andil dalam mendidik anaknya, mengajarkan ibadah, mengajarkan amalan-amalan baik kepada anak-anaknya, maka orang tua akan terus mendapatkan pahala dari setiap perilaku dan perbuatan baik dari anaknya. Begitu juga sebaliknya, jika orang tua tidak memiliki andil dalam keshalihan anaknya, maka orang tua tidak akan mendapatkan pahala atas amal shalih anaknya. Karena sejatinya yang membentuk diri sang anak adalah orang tuanya.

Seperti sabda Rasul ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, “Setiap manusia dilahirkan oleh ibunya di atas fitrah. Kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” Dengan demikian anak merupakan cerminan dari orang tuanya. Apakah sang anak akan diajarkan amalan yang bermanfaat baginya dan orang tua di dunia maupun diakhirat kelak, atau dibiarkan saja? Semua tergantung pilihan dan didikan dari orang tua kepada anak anaknya.

Semua orang pasti menginginkan untuk memiliki anak shalih shalihah. Maka, setiap kali memanjatkan doa, baik pagi maupun petang, bahkan di setiap kesempatan pasti menyelipkan doa supaya diberikan keturunan yang shalih shalihah. Namun perlu diingat bahwa usaha tanpa doa sama dengan sombong dan  doa tanpa usaha sama dengan bohong. Tak cukup dengan doa, para orang tua pasti menginginkan yang terbaik, salah satu usaha yang dilakukan adalah mengirimkan anaknya ke lembaga pendidikan Islam seperti madrasah atau pondok pesantren dengan harapan setelah sang anak mendapatkan bimbingan dari pada pengajar yang ada, akan bertambah keshalihan sang anak.

Keteladanan Orang Tua

Ada kalanya jika anak di rumah, orang tua harus ikut andil dalam mendidiknya, dengan memberi contoh yang baik dalam segala aktivitas karena childern see children do. Bila anak melihat orang tua yang bertaqwa kepada Allah, maka anak pun akan bertaqwa kepada Allah. Apabila orang tua tekun mendirikan shalat, membaca al-Qur’an, maka sang anak akan tekun shalat serta membaca al-Qur’an. Dengan demikian sang anak akan terpola kehidupannya menjadi anak pilihan yang shalih

Selain dengan mencontohkan hal-hal yang baik, hendaklah orang tua memberikan arahan serta bimbingan dengan kata kata yang membekas dalam hatinyauntuk selalu berada di jalan Allah. Seperti ketika Luqman mengambil hati sang buah hati supaya selalu mengingat kepada sang khaliq, ia mengajarkan tauhid serta ibadah lainnya hanya kepada Allah ﷻ. Sebagai orang tua hendaklah membimbing serta menasihati dalam kebaikan untuk mencintai Allah ﷻ dan Rasul-Nya. Betapa dahsyatnya kekuatan dari nasihat orang tua kepada buah hatinya yang akan selalu diingat sepanjang hayat.

Anak shalih merupakan aset di dunia maupun di akhirat yang tak ternilai harganya yang pastinya diharapkan oleh semua orang, orang tua mana yang tak ingin memiliki anak yang shalih shalihah? Dengan anak shalihlah doa dan pahala tak akan terputus meskipun telah meninggal dunia. Demikian ketika seorang hamba telah meninggal dunia, maka ia akan terheran-heran, mengapa derajatnya di akhirat menjadi setinggi ini, padahal ia bukan seorang yang sempurna, tidak selalu beribadah tepat waktu, masih tetap melakukan perbuatan yang berdosa. Maka jawabannya adalah doa anak shalihmu lah yang tak pernah terputus supaya Allah ﷻ mengampuni dosa dosa mu.

Anak merupakan sebuah anugerah yang Allah ﷻ berikan kepada kita. Harta dan anak merupakan sebuah perhiasan dunia, perhiasan merupakan susuatu yang sangat indah, sangat bernilai, dan sangat berharga. Ketika orang tua menyadari bahwa sang anak merupakan perhiasan yang sangat berharga, maka ia akan senantiasa merawat, mengasuh, serta mendidik dengan ajaran yang benar. Karena ia yakin anaklah yang akan mengurus dan menggantikannya ketika orang tua telah tiada. Apalagi jika sang anak memiliki prestasi yang membanggakan, maka ia akan menjadi penyejuk dan penyenang di hati orang tuanya. Tapi yang perlu diingat prestasi bukan hanya diukur dari prestasinya dalam memenangkan olimpiade, berapa banyak mendali dan piala yang dimilikinya, berapa tinggi nilai raport yang di peroleh. Tetapi prestasi yang sesungguhnya adalah ketika sang anak jauh dari narkoba, minuman keras, pergaulan bebas, berakhlak baik, bertaqwa kepada Allah ﷻ, serta yang berbakti kepada orangtuanya. Prestasi-prestasi ini dapat diraih dengan sebuah pembiasaan, memberikan pendidikan yang baik, serta menunjukkan contoh yang baik.

Ciri-Ciri Orang Shalih[2]

Ciri ciri orang shalih digambarkan oleh Allah ﷻ dalam al-Qur’an surah ‘Âli Imrân ayat 113-114 yakni, ”Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang). Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang shalih” (Q.S. ‘Âli Imrân [3]: 113-114)

Dari firman diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri orang shalihah antara lain

  1. Membaca al-qur’an diwaktu malam. Membaca al-Qur’an pada waktu pagi atau siang merupakan hal yang biasa, namin membaca pada pertengahan malam adalah hal yang luar biasa. Yatlûna âyatillâhi ânâ al-laili menurut tafsir ibnu katsir yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah membaca al-qur’an saat melaksanankan shalat malam (shalat tahajjud).
  2. Mengerjakan qiyâmullail. Hal ini pun diperkuat dengan sabda nabi ﷺ “Hendaklah kamu sekalian melaksanakan qiyamul laill, karena yang demikian itu telah menjadi kebiasaan orang-orang shalih (nabi dan rasul) (H. Muslim)
  3. Beriman dan beramal shalilh
  4. Menganjurkan berbuat baik. Namun sebelum menganjurkan kepada orang lai, maka dirinya sendiri harus sudah mengerjakan kebaikan.
  5. Mencegah kemunkaran. Selain menganjurkan kepada kebaikan, orang shalih juga mempunyai tugas lainnya yaitu mencegah kemunkaran. Mencegah orang lain untuk berbuat munkar biasanya lebih mudah daripada mencegah diri sendiri berbuat kemunkaran. Ibarat peribahasa “kuman di sebrang lautan tampak, tapi gajah di pelupuk mata tak nampak
  6. Bersegera dalam berbuat kebajikan.

Semoga kita semua termasuk golongan orang shalih shalihah yang diharapkan oleh orang tua. Âmîn ya mujiibas-sâilîn

Penyusun:

Nurul Kharismawati

Prodi Pendidikan Agama Islam
FIAI UII

Marâji’

[1] https://beritalangitan.com/fakta-opini/shalih-menurut-al-quran/

[2] Ibid

Download Buletin klik disini

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *