REFLEKSI AKHIR TAHUN

REFLEKSI AKHIR TAHUN

Oleh Suci Putriani Azhari*

 

Makna Refleksi

Makna refleksi sama halnya dengan muhasabah. Menurut bahasa muhasabah berasal dari kata حَاسَبَ – يُحَاسِبُ – مُحَاسَبَةً yang artinya menghitung. Sedangkan muhasabah yang di maksud disini adalah intropeksi atau evaluasi diri atas setiap perbuatan yang telah dilakukan yakni merenungkan kembali kekurangan-kekurangan agar dapat diperbaiki untuk kedepannya.

Perintah refleksi telah termaktub dalam surah al-Hasyr [59] ayat 18, Allah l berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” [Q.S al-Hasyr [59]: 18)

Ayat diatas menerangkan adanya perintah untuk bertakwa kepada Allah sebanyak dua kali. Perintah pertama Allah mengajak orang-orang beriman melaksanakan perintah Allah sesuai dengan kemampuan masing-masing dan meninggalkan larangan-Nya dengan maksimal. Adapun perintah yang kedua, yakni perintah untuk bermuhasabah, merefleksi, mengintropeksi, dan memperbaiki diri dari perbuatan yang telah dilakukan.[1]

Di penghujung tahun ini hendaknya kita melakukan refleksi atau mawas diri atas perbuatan yang telah dilakukan. Apabila dalam tahun ini kita melakukan hal yang baik maka pertahankan, namun apabila masih terdapat kekurangan maka hendaknya kita memperbaiki dan jangan terlalu mengikuti hawa nafsu.

Refleksi diri tidak hanya dilakukan di akhir tahun sebagai perbaikan untuk menghadapi tahun selanjutnya, akan tetapi refleksi diri juga penting dilakukan untuk mengahadapi kematian. [2] Ada nasehat sangat menyentuh iman dari sahabat Umar bin Khaththab a, beliau berkata: “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah diri kalian sebelum ditimbang. Sungguh akan lebih meringankan diri kalian di dalam hisab, jika hal ini kalian telah melakukan hisab terhadap diri kalian. Dan hisablah untuk menghadapi hari yang paling besar, “Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Rabbmu) tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah)” (Q.S. al-Haqqah [69]: 18)[3]

Kata menagih diri dalam hadits diatas berarti membuat perhitungan pada diri sendiri saat di dunia sebelum diperhitungkan ketika datang hari kiamat.

 

Refleksi Yang Salah

Fenomena sekarang ini, saat pergantian tahun banyak yang melakukan kesalahan dalam merefleksikan akhir tahun dengan berbagai macam cara, diantaranya ada yang karaoke, bergadang semalam suntuk, bakar-bakar, bermain petasan, berkumpulnya laki-laki dan perempuan hingga larut (khalwat, bahkan ada yang melakukan hal keji dan itu dianggap suatu hal yang biasa. Padahal kelak di akhirat kita akan ditanyakan tentang umur, harta, kesempatan, dan waktu yang kita miliki selama di dunia.

Dari Abu Barzah Al-Aslami, Nabi n bersabda: “Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (H.R. Tirmidzi no. 2417)

 

Momentum Terbaik Refleksi Diri

Adanya pergantian tahun adalah momentum terbaik untuk melakukan refleksi diri. Refleksi ini yakni melakukan evaluasi dan bersikap kritis terhadap diri sendiri untuk mengenali kembali kelebihan dan kekurangan dalam diri, baik hubungan kita dengan Allah maupun hubungan dengan manusia.

Hubungan dengan Allah diantaranya mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbaiki ibadah dan amal shalih serta bertaubat kepada Allah atas segala perbuatan buruk yang telah dilakukan selama ini.

Sedangkan hubungan dengan manusia yakni dengan memperbaiki interaksi dan saling memaafkan atas kesalahan yang pernah dilakukan. Tujuan dari melakukan refleksi diri adalah sebagai upaya menyucikan jiwa untuk menjadi pribadi yang lebaik baik di kemudian hari.

 

Cara Terbaik Refleksi Akhir Tahun

Adapun cara terbaik melakukan refleksi diri, yakni dengan bertaubat kepada Allah agar diberikan ampunan atas kesalahan yang pernah dilakukan dan berdo’a agar selalu diberikan istiqomah dalam melakukan hal-hal baik. Alangkah baiknya jika ditambah dengan melakukan amalan-amalan sunnah, seperti melakukan ibadah shalat malam atau shalat tahajud, karena di waktu tahajud merupakan salah satu waktu terbaik untuk bertaubat memohon ampunan dan rahmat Allah.

Saat melakukan refleksi diri maka iringilah dengan tangisan, karena dengan tangisan jiwa akan menjadi semakin lembut. Sekiranya tidak dapat menangis, boleh jadi karena hati sedang sakit. Berusahalah untuk menangis karena menyesali dosa dan takut kepada Allah, sesungguhnya tangisan itu dapat menjauhkan seseorang dari api neraka. Sebagaimana sabda Rasulullah dari sahabat Ibnu Abbas c, Nabi n bersabda: “Dua mata yang tidak akan tersentuh oleh api neraka yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang bermalam (begadang) untuk berjaga-jaga (dari serangan musuh) ketika berperang di jalan Allah.” (H.R. Tirmidzi)[4]

 

Manfaat Refleksi Diri

Refleksi diri memiliki peran  yang sangat penting dalam pembinaan jati diri, diantara manfaat yang dirasakan saat melakukan refleksi diri adalah:

  1. Mengetahui kekurangan (aib) sendiri.
  2. Memiliki kesempatan untuk memperbaiki interaksi/ muamalah dengan Allah dan manusia.
  3. Mendatangkan kecintaan Manusia.[5]

 

Mutiara Hikmah

Muhammad bin Wasi’ v berkata,

لَوْ كَانَ لِلذُّنُوْبِ رِيْحٌ مَا قَدَرَ أَحَدٌ أَنْ يَجْلِسَ إِلَيَّ

Andaikan dosa itu memiliki bau, tentu tidak ada dari seorang pun yang ingin duduk dekat-dekat denganku.” (Muhasabah An-Nafs, hal. 37. Lihat A’mal Al-Qulub, hlm. 373.)

* Alumnus FIAI UII

[1] M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2006, vol 14, hal.129-130

[2] Abi Isa Muhammad bin Isa bin Saurah at-Tarmidzi, Jami’ Tirmidzi, Riyadh: Bait Al-Afkar Ad-Dauliyyah, tt., hadits, no. 2459, hal. 402

[3] Tahdzib Madarijis Salikin I:176

[4] Hadits ini shahih ligairihi –yaitu shohih dilihat dari jalan lainnya- , sebagaimana dikatakan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at Targib wa at Tarhib no. 1229

[5] Abu Salman al-Jawy, Amalan Satu Jam Memperlancar Rezeki dengan Muhasabah, (Jakarta: al-Maghfirah,2002), hal. 60

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *