ISTIQOMAH DALAM MENGERJAKAN AMAL

ISTIQOMAH DALAM MENGERJAKAN AMAL

Oleh: Auliya Eka Safitri

*Mahasiswi Hubungan Internasional 2021 FPSB UII

 

Bismillâhi walhamdulillâhi wash-shalâtu was-salâmu ‘alâ rasûlillâh,

Seluruh makhluk di muka bumi pada hakikatnya diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah ﷻ. Sehingga apabila seseorang mengaku beriman kepada Allah ﷻ, maka keimanannya tersebut harus dibuktikan dengan amal shalih. Dalam pengertiannya, amal shalih merupakan simbol dari kemurnian hati yang diwujudkan melalui perkataan maupun perbuatan[1]. Amal  sendiri bisa dilakukan dalam bentuk apapun, mulai dari mengerjakan amalan wajib seperti shalat, berpuasa, dan berhaji, ataupun mengerjakan amalan-amalan sunnah seperti bersedekah, berdzikir, menolong sesama, dan masih banyak lagi.

Amal  merupakan jembatan bagi seorang hamba agar selalu dekat dengan Allah ﷻ. Dengan amal  pula seorang hamba dapat meraih kemuliaan dan kedudukan yang tinggi disisi Allah ﷻ. Agar dapat memperoleh kedudukan tinggi tersebut, selayaknya seorang hamba melakukan amal  dengan bersungguh-sungguh disertai dengan sikap yang konsisten.

Ada sebuah ungkapan bijak yang mengatakan “mendapatkan lebih mudah daripada mempertahankan”. Ungkapan tersebut agaknya cukup relevan dengan konteks keimanan manusia yang sifatnya berubah-ubah. Manusia begitu mudah memulai perbuatan baik, tapi disisi lain sangat sulit bagi mereka untuk tetap istiqomah dalam melakukannya. Maka tak heran, Allah ﷻ sangat mencintai hamba-Nya yang memiliki sifat istiqomah. Rasulullah ﷺ berkata pada Jabir bin Sulaim, “Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau hanya berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.” (HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmidzi no. 2722)[2]

Makna Istiqomah

Istilah istiqomah berasal dari bahasa Arab yaitu qawama yang artinya berdiri tegak lurus[3]. Huruf-huruf yang menyusun kata istiqomah ada 3, diantaranya huruf qâf, wa, dan mim. Dimana ketiga huruf ini memiliki 2 makna, yaitu sekelompok manusia (kaum) dan berdiri tegak/tekad yang kuat[4]. Jadi, istiqomah berarti tegak di hadapan Allah disertai dan meneguhkan hati untuk tetap berbuat kebenaran serta memenuhi janji yang berkaitan dengan niat, ucapan, dan perbuatan[5].

Keutamaan Orang yang Istiqomah Menurut al-Qur’an

  1. Allah ﷻ menjanjikan surga kepada orang yang istiqomah (Q.S Fushilat ayat 30)

Allah ﷻ berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah, ” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (Q.S Fushilat [41]: 30)

Allah ﷻ berjanji akan mengirimkan malaikat-Nya kepada orang-orang yang berlaku istiqomah saat mereka sudah wafat nanti untuk memberikan kabar gembira kepada mereka, seraya mengatakan “janganlah kalian merasa khawatir terhadap masa yang akan datang, dan janganlah kalian merasa sedih terhadap apa yang telah berlalu. Sesungguhnya Allah ﷻ telah menjanjikan kepada kalian ganjaran surga atas keistiqomahan kalian, dan Allah ﷻ tidak pernah ingkar akan janjiNya.”[6]

  1. Akan mendapat pertolongan dari Allah ﷻ baik di kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat (Q.S Fushilat ayat 31)

Allah ﷻ berfirman,  “Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S Fushilat [41]: 31)

Ada beberapa malaikat yang ditugaskan Allah ﷻ untuk memberi perlindungan kepada orang yang bersikap istiqomah. Malaikat-malaikat tersebut atas izin Allah ﷻ akan menjadi penolong bagi mereka di kehidupan dunia dan akan terus menjadi penolong mereka di kehidupan akhirat. Serta, Allah ﷻ akan senantiasa membimbing mereka kepada jalan yang benar[7].

  1. Orang yang istiqomah akan diliputi ketenangan (Q.S al-Ahqâf ayat 13)

Allah ﷻ berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqomah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.” (Q.S al-Ahqâf [46]: 13)

Keistiqomahan akan mengantarkan kita pada perasaan tenang serta menjauhkan kita dari kekhawatiran akan urusan duniawi. Perasaan tenang yang kita miliki hanya bisa datang dari Allah ﷻ, dan Allah ﷻ tidak akan memberikan ketenangan pada hati yang tidak istiqomah dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Oleh sebab itu, perasaan tenang hanya Allah ﷻ anugerahkan kepada hambaNya yang senantiasa berlaku istiqomah, sebab Allah ﷻ sangat mencintai amalan yang sedikit tapi kontinyu. Dengan cara mengulang-ulang perbuatan amal , hati seorang hamba akan semakin terikat dengan zat Allah ﷻ[8].

Cara Agar Tetap Istiqomah Mengerjakan Amal

  1. Meneguhkan hati. Orang yang memiliki keteguhan hati akan lebih mudah meraih keberhasilan dalam hal apapun.
  2. Memulai dari hal yang kecil. Perbuatan-perbuatan sederhana selalu menjadi awal mula terealisasinya pencapaian yang besar. Begitupun dalam hal kebaikan, segala kebaikan akan lebih mudah dilakukan apabila kita memulainya dengan hal-hal kecil.
  3. Bergaul dengan orang yang. Lingkungan dan pergaulan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam bersikap. Jika kita menginginkan hati yang selalu terpaut dengan Allah ﷻ, maka bertemanlah dengan orang yang selalu mengingat Allah ﷻ, dan jika kita ingin tetap istiqomah mengerjakan amal , maka bertemanlah dengan ahli ibadah.[9].
  4. Perbanyak doa kepada Allah ﷻ agar diberi keistiqomahan.

Mutiara Hikmah

Rasulullah ﷺ besabda:

إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّة وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ فَمَنْ كَانَتْ شِرَّتُهُ إِلَى سُنَّتِي فَقَدْ أَفْلَحَ وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ

“ Sesungguhnya setiap amal ada masa-masa rajin , dan setiap masa rajin itu ada masa-masa malasnya, maka siapa saja yang masa-masa malasnya tetap di atas sunnahku maka dia akan beruntung, dan barangsiapa yang masa malasnya tidak seperti itu maka dia akan binasa.” (HR. Ahmad no. 6764)[10]

Marâji’:

[1] Aviyana, A. (2022). Relasi Amal  terhadap Keimanan dalam Perspektif Al-Qur’an (Kajian Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Az-Zuhaili) (Doctoral dissertation, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten).

[2] Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadits ini shahih. Dikutip dari https://rumaysho.com/7598-jangan-meremehkan-berbuat-baik.html. Diakses pada 21 Oktober 2022,

[3] Zuhdi, M. H. (2011). Istiqomah dan Konsep Diri Seorang Muslim. Religia.

[4] IstiKomah, F. F. (2015). MAKNA ISTIQOMAH DALAM AL-QUR’AN (Kajian Terhadap Penafsiran Imam Ibnu Katsir, Imam Al-Maraghi, Buya Hamka) (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).

[5] Ibid. Hal.

[6] Tafsiweb.com. (2018). Surat Fushilat Ayat 30 Arab, Latin, Terjemah, dan Tafsir. Diakses pada 22 Oktober 2022, dari: https://tafsirweb.com/9012-surat-fussilat-ayat-30.html

[7] Ibid

[8] Aktual.com. (2014). Beristiqamah dalam Hidup. Diakses pada 22 Oktober 2022, dari: https://aktual.com/beristiqamah-dalam-hidup/

[9] Rumaysho.com. (2009). Kiat Agar Tetap Istiqomah (seri 2). Diakses pada 23 Oktober 2022, dari: https://rumaysho.com/733-kiat-agar-tetap-istiqomah-seri-2.html

[10] Tarbawiyah.com. (2021). Hadits 21: Istiqamah. Diakses pada 23 Oktober 2022, dari: https://tarbawiyah.com/hadits-21-istiqamah/

Download Buletin klik disini

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *