KANDUNGAN AL-QUR’ÂN

KANDUNGAN AL-QUR’ÂN

Putri Sholiha Pertiwi Abidin

*Jurusan Kimia FMIPA UII

 

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh,

Pembaca yang dirahmati Allâh ﷻ, al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah ﷻ kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad ﷺ untuk dijadikan sebagai pedoman hidup. Petunjuk-petunjuk yang dibawanya pun dapat menyinari seluruh isi alam ini. Sebagai kitab hidayah sepanjang zaman, al-Qur’an memuat informasi-informasi dasar tentang berbagai masalah, baik informasi tentang aqidah, ibadah, akhlak, hukum, etika, kedokteran dan sebagainya.

Al-Qur’an berisi pesan-pesan ilahi (risalah illahiyah) untuk umat manusia yang disampaikan melalui Nabi Muhammad. Pesan-pesan tersebut tidaklah berbeda dengan risalah yang dibawa oleh Nabi Adam, Nuh, Nabi Ibrahim dan rasul-rasul lainnya sampai kepada Nabi Isa, risalah itu mentauhidkan Allah ﷻ.

Bila kita mencermati dan menghayati kandungannya, al-Qur’ân memiliki isi yang sangat komprehensif, semua persoalan dalam hidup, mulai dari keyakinan, sampai kisah-kisah dan muamalat terkandung dalam al-Qur’ân. Berikut adalah penjelasan dari isi atau inti sari al-Qur’ân:

  1. Akidah

Akidah dalam Islam bermakna masalah-masalah ilmiyah yang berasal dari Allah ﷻ dan Rasul-Nya, yang wajib bagi setiap muslim untuk meyakininya sebagai pembenaran terhadap Allâh ﷻ dan Rasul-Nya. Al-Qur’ân mengajarkan akidah atau tauhid kepada kita, yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allâh ﷻ. Percaya kepada Allâh adalah salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir.

Allah ﷻ menyebutkan dalam firman-Nya,

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ أُولَٰئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (Q.S. al-Bayyinah [98]: 6)

  1. Ibadah

Ibadah adalah taat, tunduk atau ikut dari segi bahasa. Dari pengertian fuqaha ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau dikerjakan untuk mendapatkan ridha dari Allah ﷻ. Bentuk ibadah seperti yang termaktub dalam lima butir rukun Islam. Mengucapkan dua kalimah syahadat, shalat lima waktu, membayar zakat, puasa di bulan Ramadhan, dan beribadah haji bagi yang telah mampu menjalankannya.

Allah ﷻ menyebutkan dalam firman-Nya,

وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرَّاكِعِيْنَ

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’. (Q.S. al-Baqarah [2]: 43)

  1. Akhlak

Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau maupun yang tercela. Allâh ﷻ mengutus Nabi Muhammad ﷺ untuk memperbaiki akhlak. Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintahkan Allâh dan menjauhi larangan-Nya.

Perintah berakhlak baik, disebutkan dalam firman Allah ﷻ,

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَٰقَ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَقُولُوا۟ لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِّنكُمْ وَأَنتُم مُّعْرِضُونَ

“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji-janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 83)

  1. Hukum-hukum

Hukum yang ada di dalam al-Qur’ân adalah perintah kepada orang yang beriman untuk mengadili manusia yang terbukti bersalah. Hukum dalam Islam berdasarkan Al-Qur’ân ada beberapa jenis atau macam, seperti jinayat, mu’amalat, munakahat, faraidh, dan jihad.

Allah l menyebutkan dalam firman-Nya,

وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَآ أَنَّ ٱلنَّفْسَ بِٱلنَّفْسِ وَٱلْعَيْنَ بِٱلْعَيْنِ وَٱلْأَنفَ بِٱلْأَنفِ وَٱلْأُذُنَ بِٱلْأُذُنِ وَٱلسِّنَّ بِٱلسِّنِّ وَٱلْجُرُوحَ قِصَاصٌ ۚ فَمَن تَصَدَّقَ بِهِۦ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَّهُۥ ۚ وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ

“Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (at-Taurat) bahwasannya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka (pun) ada qishashnya. Barang siapa yang melepaskan (hak qishashnya), maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.  (Q.S. al-Maidah [5]: 45)

  1. Kisah-kisah

Kisah yang disebutkan dalam al-Qur’ân adalah kisah mengenai orang-orang yang terdahulu baik yang mendapatkan kejayaan akibat taat kepada Allâh serta ada juga yang mengalami kebinasaan akibat ingkar terhadap Allah ﷻ. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sebaiknya kita mengambil pelajaran yang baik-baik dari sejarah masa lalu atau dengan istilah lainnya i’tibar atau ‘ibrah.

Allah ﷻ berfirman,

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّن قَبْلِكَ مِنْهُم مَّن قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُم مَّن لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗ

Dan sungguh Kami telah mengutus para Rasul sebelummu diantara mereka ada yang Kami kisahkan kepadamu dan diantara mereka ada yang tidak Kami kisahkan kepadamu” (Q.S. Ghafir [40]: 78]

Sebagian isi kandungan dalam Alquran kebanyakan memuat tentangqashas (sejarah) umat-umat terdahulu sebagai bahan pelajaran bagi umat sekarang (umat Islam).

  1. Dorongan untuk berpikir

Di dalam Al-Qur’ân banyak ayat-ayat yang mengulas suatu bahasan yang memerlukan pemikiran manusia untuk mendapatkan manfaat dan juga membuktikan kebenarannya, terutama mengenai alam semesta. Banyak ayat yang mendorong manusia untuk memperhatikan alam sekitar, salah satunya adalah dalam surah ar-Rahman ayat 19-20,

مَرَجَ ٱلْبَحْرَيْنِ يلْتَقِيَانِ . بينهُمَا برْزَخٌ لَّا يبْغِيَانِ

Dia membiarkan dua laut mengalir (yang) kemudian keduanya bertemu. Di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. (Q.S. ar Rahmân [55]: 19-20).

 

Marâji’:

Syaikh Manna Al-Qaththan. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’ân. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar. 2015.

Prof. DR. Mardan, M.Ag. Al-Qur’ân; Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’ân secara Utuh. Jakarta Selatan: Pustaka Mapan Jakarta. 2010.

Download Buletin klik disini

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *