Agar Rasa Cintamu Di Ridhai
Agar Rasa Cintamu Di Ridhai
Bismillâhi wal hamdulillâh wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh,
Rasa cinta merupakan anugerah yang diberikan Allah ﷻ terhadap makhuk-Nya. Sungguh Maha Besar Allah ﷻ telah menciptakan makhluk-Nya berpasang-pasangan dari berbagai suku dan ras untuk saling mengenal. Seperti yang sudah tercantum dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 13.
Allah ﷻ berfirman, “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha teliti.” (Q.S. al-Hujurat [49]: 13).
Sudah menjadi fitrah apabila seorang manusia memiliki rasa cinta terhadap lawan jenis. Cinta memiliki dampak negatif apabila disandarkan pada perbuatan zhalim. Jika cinta tidak dipupuk dengan baik maka akan lahir menjadi akhlak tercela dan memberikan stigma buruk dalam mengarungi kehidupan.
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa Islam datang untuk memberikan solusi. Melalui syariatnya, Allah ﷻ memerintahkan bagi umat Islam agar tidak berpacaran ketika rasa cinta itu hadir. Namun menganjurkan untuk saling mengenal (ta’aruf), selanjutnya memastikan calonnya (nazhar), dilanjutkan lamaran (khitbah) dan berakhir pada akad nikah. Lantas, agaimana jika seseorang itu belum memiliki kesiapan dalam menjalankan komitmen namun rasa cinta selalu saja menghantui dalam lubuk hatinya?
Agar Cinta diridhai Allah ﷻ
Ada beberapa anjuran dalam agama Islam yang perlu diketahui, salah satu diantaranya agar rasa cinta di ridhai oleh Allah ﷻ adalah:
Pertama, perbanyak melakukan hal yang baik dan bermanfaat. Dengan melakukan hal yang positif semisal aktif dalam kegiatan sosial, mengembangkan soft skill, dan menggali ilmu akan membawa kita kepada kebaikan dan lambat laun perbuatan buruk yang terbiasa dilakukan akan berkurang dengan sendirinya. Dalam Al-Quran Allah ﷻ berfirman, “… Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).” (Q.S. Hud [11]: 114).
Apabila perbuatan baik telah bersatu dalam diri maka Allah ﷻ selalu membimbing hambanya menuju kebaikan. Memperbanyak perbuatan yang baik akan menjadi solusi untuk mengatasi kegalauan pada hati. Dalam Al-Quran Allah ﷻ berfirman, “Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka.” (Q.S. al-Fath [48]:4).
Kedua, mengurangi perbuatan maksiat dan berusaha untuk meninggalkannya. Sejatinya perubahan suatu keadaan membutuhkan proses. Namun pada dasarnya, manusia memiliki potensi hidayah yang diberikan oleh Allah ﷻ sejak lahir. Adanya potensi hidayah menjadikan manusia memiliki ikatan dengan Allah ﷻ. Dalam Al-Quran Allah ﷻ berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan,”Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini,” (Q.S. al-Araf [7]: 172).
Ketiga, perbanyak doa. Mohonlah kepada Allah ﷻ agar senantiasa dimudahkan menjalani proses untuk menjadi lebih baik. Doa merupakan senjata ummat muslim untuk meraih segala upaya dan harap. Dalam doa terdapat hubungan antara hamba dan Rabb-Nya. Ada banyak waktu mustajab dalam berdoa, salah satunya di waktu sepertiga akhir malam.
Imam Asy-Syafi’i mengatakan bahwa doa disaat tahajud adalah umpama panah yang tepat mengenai sasaran. Selain itu, waktu mustajab terdapat juga ketika berbuka puasa bagi orang yang berpuasa, setiap selepas shalat fardhu, sesaat pada hari jumat, pada waktu bangun tidur pada malam hari bagi seseorang yang sebelum tidur dalam keadaan suci dan berdzikir kepada Allah ﷻ dan doa diantara adzan dan iqomah. Berikanlah keyakinan dalam berdoa dan janganlah takut untuk banyak meminta kepada-Nya. Sesungguhnya Allah ﷻ sangat senang apabila terdapat seorang hamba yang meminta dan berdzikir kepada-Nya.
Tiga Nilai Keberkahan
Dalam istiqamah Allah ﷻ memberikan keberkahan hidup dan kemuliaan yang begitu berharga. Ada tiga nilai pada keberkahan:
Pertama, menjadikan kita dekat dengan Allah ﷻ. Semakin kita taat kepada perintah-Nya, semakin Allah ﷻ mencintai hamba-Nya. Seorang hamba apabila memiliki ketaatan pada Tuhannya, Ia merasa dekat walaupun dalam keadaan susah. Ada rasa cinta kepada Allah ﷻ di hati seorang mukmin, sehingga membutakan nafsu dan kezhaliman dalam dirinya. Bagi seseorang yang belajar istiqamah hatinya tidak merasakan kesedihan dan kekecewaan. Karena dirinya mengetahui bahwa apa yang terjadi adalah sebuah hikmah dan taufiq dari Allah subhânahu wa ta’âlâ.
Kedua, menjadikan hati lebih tenang. Seseorang yang istiqamah maka Allah ﷻ akan memberikan ma’rifat di dalam hatinya. Ma’rifat adalah ketetapan hati yang tak pernah goyah karena mempercayai wujud adanya Allah ﷻ dan menggambarkan segala kesempurnaan-Nya. Dan hati selalu mendapatkan cahaya Allah ﷻ karena selalu berinterakasi dengan Rabb-Nya. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Quran, “ Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.” (Q.S an-Najm [53]: 11).
Ketiga, menjadikan seseorang lebih baik. seseorang yang hatinya telah terpaut dengan amalan shalih dan berbuat kebaikan. Allah ﷻ senantiasa memberikan keberkahan dalam hidupnya. Baik berupa rezekinya, waktu, dan hajatnya, Allah subhânahu wa ta’âlâ selalu bimbing menuju jalan di ridhai-Nya. Begitulah Allah subhânahu wa ta’âlâ berfirman dalam Al-Quran, “Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki meupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. Dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S an-Nahl [16]: 98).
Rasa cinta merupakan amanah dari Allah ﷻ. Bukan suatu kesalahan apabila seorang hamba memiliki rasa cinta. Rasa cinta akan muncul berawal dari hati. Apabila hati seseorang itu baik maka baiklah seluruh perbuatannya. Hiasilah rasa cinta itu dengan penuh ketaqwaan semata-mata untuk Allah ﷻ. Agar rasa cinta yang dimiliki di ridhai oleh-Nya dan mendapatkan kebahagian di dunia dan akhirat.[]
Aisyah Amalia Putri
PAI-UII 2015
Mutiara Hikmah
Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi ﷺ bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ.
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (H.R. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).