PENJAJAHAN GENERASI TIKTOK
PENJAJAHAN GENERASI TIKTOK
Arjun Thohuri*
Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh.
Bangsa Indonesia, khususnya umat muslim patut bersyukur hingga saat ini telah Allah ﷻ anugerahi kemerdekaan, hingga saat ini sudah 78 tahun negara Indonesia kita tercinta merdeka. Selamat untuk Indonesiaku. Bangsa Indonesia tidak lagi merasakan pahit dan sakitnya ditindas, dipaksa, disakiti, diperbudak oleh bangsa lain. Meskipun dengan begitu besar beban dan derita yang mungkin tidak dapat dibayangkan oleh bangsa saat ini, tapi para pejuang kemerdekaan saat itu terbukti dapat meraih kemerdekaan yang sangat diimpikan oleh rakyat Indonesia.
Penulis jadi ikut tersenyum jika membayangkan apa jadi nya jika generasi Tiktok saat ini, yang biasanya joget-joget saat live tiktok tiba-tiba berada pada situasi penjajahan dulu. Para pembaca setia Al Rasikh bisa menjawabnya dalam hati. Mari kita renungkan apakah semakin maju nya zaman semakin maju pula pemikiran dan mental bangsanya? Jangan-jangan tidak lebih baik dari bangsa dulu. Alhasil, bangsa saat ini tidak sadar kalau sebenarnya masih terjajah. Wah, gawat guys!
Penjajahan Generasi Tiktok
Bangsa Indonesia saat ini hebat guys, dari anak masih dalam kandungan sampai kakek nenek hidupnya dipenuhi dan difasilitasi teknologi. Sebut saja misalnya teknologi handphone. Handphone bisa berdampak positif tapi juga dapat berdampak negative. Tergantung siapa dan untuk apa ia digunakan. Bagi anak dalam kandungan akan berdampak positif misalnya handphone digunakan untuk menyetel murottal al-Qur’an.
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa kecemasan pada masa kehamilan apabila sampai tahap kronis berdampak buruk bagi ibu ataupun bayi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan murrotal al-Qur’an dalam tempo yang lambat dan suasana yang tenang dapat menurunkan tingkat kecemasan pada ibu hamil. Harmoni nada dari murottal al-Qur’an merupakan spiritual islamic, memiliki panjang audio dengan jenis frekuensi dan panjang gelombang tertentu, menghasilkan suatu getaran yang dapat memulihkan keseimbangan dan koordinasi, mengaktifkan aktivitas gelombang otak sehingga dapat mengontrol pikiran dan jiwa untuk menurunkan kecemasan.[1]
Ini adalah salah satu contoh awal yang baik dalam penggunaan teknologi guys. Kemudian setelah anak lahir apakah terlepas dari teknologi handphone? Oh tidak semudah itu ferguso, yang ada malah semakin intens.
Pembaca setia Al–Rasikh silahkan survey, tanyakan ibu-ibu disekitar kita atau yang punya adek kecil dirumah bisa diperhatikan, bagaimana cara para orang tua menenangkan dan menyenangkan bayinya. Apakah dengan mengajak jalan-jalan di sekitar rumah, mengajak ngobrol, mengajak bermain, atau dikasih Hp dan disetel Tiktok. Penulis yakin menenangkan dan menyenangkan anak diberi tontonan tiktok jauh lebih besar persentasenya. Yang jadi masalah konten tiktok lebih banyak berdampak positif atau negatif bagi anak.
Sadar tidak sadar, mau diakui atau tidak, jika tidak bijak dalam penggunaan teknologi, kita dapat dijajah oleh teknologi itu sendiri. Berapa banyak anak Indonesia yang melakukan kekerasan setelah menonton aksi kekerasan di handphone ataupun televisi. Berapa banyak anak Indonesia yang bermalas-malasan karena game mobile legend. Inilah fakta kehidupan saat ini.
So, what to do?
Kita semua harus bahu-membahu mengisi kemerdekaan. Bagi pelajar dan mahasiswa ayo terus semangat dalam menimba ilmu. Belajar jangan hanya di ruang kelas saja. Jika ingin maksimal perbanyak baca referensi ke perpustakaan dan perbanyak diskusi dengan teman. Salah satu dosen terbaik Dr. Drs. Hujair AH. Sanaki, MSI (rahimahullah) yang pernah penulis temui pernah berkata ”apa yang kita dengar kita lupa, apa yang kita lihat kita ingat, dan apa yang kita lakukan kita mengerti”. Ketika pembelajar mencapai tingkatan mengerti, maka ilmu yang diserap tidak akan mudah hilang atau lupa. Adapun metode terbaik dalam belajar adalah mengajar. Untuk mengajar kita tidak harus menjadi guru ataupun dosen, cukup cari teman yang belum mengerti materi yang telah kita pelajari, lalu ajarkan kepadanya dan diskusikan.
Bagi para orang tua, untuk lebih memperhatikan aktifitas anak-anaknya. Bangun komunikasi dengan para guru untuk memantau aktifitas anak di sekolah, ajarkan dan nasehati anak untuk pandai dalam memilih teman bergaul. Ajarkan manfaat akibat ketika berteman dengan anak baik dan anak nakal. Tanamkan kepada anak prinsip agar selalu jujur, bagi anak laki-laki dilatih untuk bertanggungjawab, bagi anak perempuan dinasehati akan pentingnya menjaga kehormatan. Kemudian yang terpenting adalah latih, ajarkan dan ajak anak untuk shalat, karna shalat dapat menjadi benteng dari perbuatan tercela. Mencetak anak yang sholeh memang tidak mudah, tapi kita tetap harus berusaha dan berdoa kepada Allah ﷻ agar dikaruniai anak yang shaleh shalehah.
Para pembaca yang dirahmati Allah ﷻ, kita tetap harus ingat bahwa kita hanya musafir di dunia ciptaan Allah ﷻ, jangan sampai terlena dengan kelap kelip kehidupan di dunia. Meningkatkan ketakwaan adalah tiket terbaik untuk menghadapnya. Allah ﷻ berfirman,
إِنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۚ وَإِن تُؤْمِنُوا۟ وَتَتَّقُوا۟ يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلَا يَسْـَٔلْكُمْ أَمْوَٰلَكُمْ
“Sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau. Jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta hartamu.” (Q.S. Muhammad [47]: 36)
Dalam Tafsir Al-Wajiz Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili menjelaskan, “Sesungguhnya, dunia dan segala kesibukannya hanyalah permainan (la’bun), yaitu perbuatan atau kesibukan yang tidak membawa manfaat baik untuk kehidupan akhirat maupun untuk perkara-perkara yang penting. Kehidupan dunia juga berarti kesenangan sesaat (lahwun), yaitu segala sesuatu yang menyibukkan namun tidak bermanfaat. Namun jika kalian beriman kepada Allah dan rasul-Nya, bertakwa kepada-Nya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya maka Allah akan menganugerahkan pahala atas ketaatan kalian itu. Allah tidak memerintahkan kalian untuk mengeluarkan semua harta kalian, namun Allah hanya memerintahkan untuk mengeluarkan zakat wajib.”[2]
Semoga kita termasuk hamba Allah ﷻ yang diberi kesempatan mencicipi manis dan keindahan surganya, amin. Wallâhu a’lamu bi ash shawâb.[]
* Alumnus FIAI UII Yogyakarta
[1] Balqis Al Khansa, Ferry Achmad Firdaus Mansoer, Nurhalim Shahib. “Systematic Review: Pengaruh Mendengarkan Murottal Al-Qur’an Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Ibu Hamil”. Dalam https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/jiks/article/view/7456. Diakses pada 9 Agustus 2023.
[2] Admin. “Surah Muhammad Ayat 36”. https://tafsirweb.com/9672-surat-muhammad-ayat-36.html. Diakses pada 9 Agustus 2023.