SEKELUMIT HIKMAH PERISTIWA KELAHIRAN NABI MUHAMMAD

SEKELUMIT HIKMAH PERISTIWA KELAHIRAN NABI MUHAMMAD n

Oleh: Isna Yunita*

*alumnus Program Studi Ahwal Al-Syakhsiyyah FIAI UII

 

Pembaca yang dirahmati Allah l, sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa kita semua merupakan umat Nabi Muhammad n, umat terbaik yang ada dimuka bumi yang dipilih Allah l, atas keagungan Nabi Muhammad n. Berbagai keistimewaan diberikan oleh Allah kepada Umat Nabi Muhammad n, bahkan Umat-umat terdahulu tidak merasakan semua keistimewaan itu sebelumnya. Hal yang perlu kita syukuri sebagai umat Nabi Muhammad n dan umat yang mengharap syafa’atnya dihari kiamat nanti. Disini penulis ingin mengajak pembaca untuk sama-sama melihat kembali peristiwa sebelum dan sesudah kelahiran baginda Nabi n, khususnya pada peristiwa gajah dan kisah Halimah ibu susuan Nabi Muhammad, dengan harapan pembaca dapat mengambil hikmah dari peristiwa-peristiwa tersebut.

 

Kelahiran Nabi Muhammad n

Nabi Muhammad n lahir di Makkah dari kalangan kabilah Quraisy, yakni kabilah yang paling mulia, suci da mulia pada saat itu, beliau terlahir dari keluarga Bani Hasyim atau dikenal dengan sebutan keluarga hasyimiyah dan lahir pada hari senin 12 Rabi’ul Awwal pada tahun pertama setelah peristiwa gajah. Sesuai dengan penelitian Muhammad Sulaiman Al-Manshurfuri dan astronomi Mahmud Basya, tanggal tersebut bertepatan dengan 20 atau 22 April 571 M.

Nabi Muhammad dilahirkan dari rahim seorang ibu bernama Aminah binti Wahb dan beliau ditinggal mati oleh ayahnya yang bernama Abdullah bin Abdul Muthalib saat masih di dalam kandungan, dan menjadi yatim piatu saat Nabi berusia 6 tahun. Setelah kepergian ibunya Nabi Muhammad di asuh oleh kakeknya yang bernama Abdul Muthallib, tepat pada saat nabi Muhammad berumur 8 tahun 2 bulan 10 hari beliau ditinggal mati oleh kakeknya dan kemudian nabi Muhammad diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Thalib hingga beliau dewasa.

 

Kisah Pasukan Gajah

Peristiwa ini berawal saat seorang gubernur bernama Abrahah Ash-Shabbah Al-Habsi yang pada saat itu memiliki kekusaan di Yaman. Ia membangun sebuah geraja besar di Shan’a dan diberi nama al-Qulais, dengan tujuan untuk mengalihkan kegiatan haji di Ka’bah, yang pada saat itu banyak dikunjungi oleh orang-orang Arab setiap tahunnya.

Mendengar hal tersebut pada malam hari seorang dari Bani Kinanah diam-diam memasuki gereja tersebut dan melumuri pusat kiblat gereja al-Qulais dengan kotoran. Mendengar hal tersebut Abrahah geram dan marah sehingga ia mengerahkan pasukannya hingga terkumpul menjadi 60.000 pasukan bergajah untuk menghancurkan Ka’bah. Abrahah melakukan perjalanan ke Makkah pada bulan Muharram diperkirakan bertepatan dengan bulan Februari akhir atau Maret awal tahun 571 M, atau bertepatan dengan 50 hari sebelum kelahiran Nabi Muhammad n.

Ditengah-tengah perjalanan menuju makkah tepatnya saat pasukan bergajah sampai di antara Mina dan Muzdalifah (wadi Muhassir), gajah yang ditunggangi Abrahah menderum dan tidak mau melangkah ke arah Ka’bah, namun saat diarahkan ke arah selain Ka’bah, gajah tersebut tidak menderum dan berdiri melangkah. Pada saat itulah Allah mengirimkan bala tentara berupa burung-burung bernama Ababil yang membawa tiga batu panas yang diambil dari neraka dan besarnya seperti biji kacang namun dapat menghancurleburkan rombongan Abrahah pada saat itu. Singkat cerita akhirnya Abrahah dan para pasukannya mati, dan peristiwa ini Allah abadikan dalam al-Qur’an surah al-fîl ayat 1-5.

Allah l berfirman: 1. Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah?  2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia?  3. dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, 4. yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar, 5. sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (Q.S.al-Fîl [105]: 1-5)

Hikmah yang terkandung dalam kisah ini ialah pertolongan Allah l akan selalu ada bagi setiap hambanya baik pertelongan yang Allah l kirimkan menggunakan perantara maupun pertolongan yang Allah l kirimkan langsung seperti kiriman burung Ababil untuk melindungi Ka’bah (baitullah).

 

Ibu Susuan Nabi Muhammad

Dikisahkan Halimah pernah bercerita pada saat terjadi paceklik sebelum ia menjadi ibu susuan Nabi Muhammad, ia pergi bersama para wanita dari bani Sa’d dan suami, serta anak yang masih disusuinya, ia keluar dari wilayahnya untuk mencari bayi yang akan disusui dengan membawa seekor unta dan kedelai yang kondisinya lemah. Semua wanita dari Bani Sa’d menolak Nabi Muhammad karena kondisi beliau yang terlahir menjadi anak yatim.

Singkat cerita semua wanita dari bani Sa’d telah mendapatkan bayi dan akan kembali ketempat masing-masing, hanya tersisa Halimah yang belum mendapatkan bayi untuk disusui, sedangkan kondisinya semakin lemah dan tidak memungkin untuk menyusui. Kemudian Halimah mengambil Muhammad dengan tidak mengharapkan apa-apa dari keluarganya, karena telah mengetahui kondisi beliau yang yatim, namun saat Halimah menggendong bayi Muhammad dan mulai memberikan air susu kepada Nabi, berbagai kemudahan bertubi-tubi datang kepada Halimah, seperti keadaan Halimah yang membaik sehingga dapat menghasilkan air susu yang banyak, bayinya yang tak pernah menangis lagi, keledai yang lemah berubah perkasa, serta onta yang tiba-tiba mengeluarkan air susu sehingga dapat diminum oleh Halimah dan suaminya, hingga suami Halimah berkata “Demi Allah Halimah kamu telah mengambil satu anak bayi yang penuhdengan barokah.”

Halimah dan keluarga merasakan keberkahan akibat kehadiran nabi Muhammad n selama baginda Nabi tinggal bersama Halimah hingga peristiwa pembelahan dada. Halimah pernah berkisah Muhammad kecil sedang bermain bersama teman seumurannya, saat itu beliau berumur empat atau lima tahun, kemudian Jibril datang memegang kedua tangan beliau sambal menidurkannya, kemudian Jibril membelah dada dan mengeluarkan segumpal darah dan hati Nabi Muhammad, sambil berkata “ini adalah bagian setan yang ada pada dirimu”, lalu Jibril mencuci hati Nabi dengan air zam-zam dengan memasukkannya kedalam baskom yang terbuat dari emas kemudian memasukkannya kembali ke dalam tubuh Nabi Muhammad, melihat apa yang terjadi pada Nabi Muhammad teman-teman sebayanya lari ketakutan memanggil Halimah, sambil berkata “Muhammad telah dibunuh,” kemudian Halimah kaget mendengar hal tersebut dan bergegas berlari ke Muhammad kecil dan menjumpai Nabi Muhammad dalam keadaan baik-baik saja dan wajahnya yang semakin berseri, kisah ini disampaikan Muslim yang diriwayatkan oleh Anas. Akibat peristiwa ini Halimah khawatir ada orang jahat yang ingin menyelakai nabi Muhammad maka Halimah mengembalikan nabi Muhammad kepangkuan ibunya kembali.

Hikmah dari peristiwa Halimah ini saat semua orang tidak berkenan untuk menyusui Nabi Muhammad n, akibat keikhlasannya Halimah dan keluarga mendapatkan barokah yang besar setelah menyusui Nabi Muhammad, meskipun pada awalnya Halimah sempat mengharapkan imbalan dari pekerjaannya dan mengira tidak akan mendapatkan imbalan apa-apa jika ia menyusui anak yatim, namun ternyata Allah l membuka pintu rezeki yang besar untuk halimah, bahkan jika diperhitungkan dengan hitungan manusia Halimah tidak akan mendapatkan keuntungan apa-apa, tetapi firman Allah l selalu benar. “Boleh jadi kamu membenci segala sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (Q.S. al-Baqarah [2]: 216).

Sebenarnya masih banyak rentetan peristiwa yang terjadi sebelum dan sesudah Nabi Muhammad dilahirkan seperti, 10 balkon istana Kisra runtuh, padamnya api sesembahan orang-orang majusi, hancurnya beberapa gereja disekitar Buhairah, digalinya kembali sumur air zam-zam, meminta hujan dengan wajah Nabi Muhammad n, dan beberapa peristiwa lainnya. Selanjutnya hal yang tidak kalah penting semoga para pembaca bisa mengambil sedikit hikmah dari tulisan mengenai sirah Nabawiyah ini. Wa Allâhu a’alm.[]

 

Mutiara Hikmah

Dari Anas R.A bahwa Rasulullah  bersabda :

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ، مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُـحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ  أَنْ يَعُوْدَ فِـي الْكُفْرِ  فِـي النَّارِ.

“Tiga perkara yang membuat seseorang akan mendapatkan manisnya iman yaitu: Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya; mencintai saudaranya hanya karena Allah; dan benci kembali pada kekufuran sebagaimana benci dilemparkan dalam api. (HR. Bukhari no. 16 dan Muslim no. 43).

 

 

Marâji’:

Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008.