MENJADI TERBAIK DAN MERAIH KEBERKAHAN DI BULAN RAMADHAN

MENJADI TERBAIK DAN MERAIH KEBERKAHAN DI BULAN RAMADHAN

Oleh: Imanuddin Fadlurrahman[1]

 

Bismillâhi Walhamdulillâhi wash-shalâtu was-salâmu ‘alâ rasûlillâh,

Dalam diri seorang muslim sesungguhnya telah ada DNA manusia-manusia terbaik. Entah status muslim yang didapatkan berdasarkan keturunan maupun melalui pencarian jati diri yang panjang. Yang jelas siapapun yang melekat padanya identitas keislaman, maka ditakdirkan menjadi golongan orang-orang terbaik. Al-Qur’an dengan sangat gamblang menyebutkan, “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar.” (Q.S. Ali ‘Imran [3]:110).

Para mufasir sepakat bahwa yang di maksud “kamu” di awal surah tersebut adalah umat Islam. Karena sesungguhnya Allah telah meletakkan ide yang independen mengenai konsep manusia terbaik jauh sebelum manusia diturunkan ke bumi. Manusia terbaik tersebut ada dengan prasayarat harus saling bersinergi satu sama lain sehingga mampu menjadi sebuah keutuhan yang membentuk umat terbaik. Lanjutan ayat diatas dikategorikan sebagai golongan yang memikul tanggung jawab menyuruh kebaikan sekaligus mencegah yang buruk. Manakala kedua tanggung jawab itu ditinggalkan, maka lepas pula status umat terbaik.Umat terbaik hadir karena adanya manusia-manusia terbaik yang membentuknya. Demikan halnya manusia terbaik lahir karena adanya himpunan yang baik yang mampu mendorong manusia untuk senantiasa melakukan perbuatan baik dan mencegah yang buruk.

Menjadi Umat Terbaik Melalui Momentum Bulan Ramadhan

Tak semua umat mampu menjadi uamat terbaik, sehingga ada syarat yang harus dimiliki oleh suatu umat untuk menyandang status umat terbaik, yakni umat Islam harus berusaha menegakkan amar makruf dan nahi mungkar. Sebagaimana Hamka menggambarkannya dalam Tafsir al-Azhar bahwa ayat 110 pada surah Ali Imran tersebut menegaskan hasil usaha yang nyata, yaitu kamu (baca; Umat Islam) yang dikeluarkan antara manusia di dunia ini. Dijelaskan sekali lagi, bahwa kamu mencapai derajat yang demikian tinggi, sebaik-baik umat, karena memenuhi ketiga syarat: amar ma’ruf, nahi munkar, iman kepada Allah.[2]

Menjadi umat Islam terbaik perlu adanya dorongan untuk memaksimalkan potensi iman yang ada dalam diri supaya  mampu menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan pilar agama Islam yang keempat yaitu berpuasa dibulan Ramadhan.

Puasa di bulan Ramadhan membuat kondisi spiritual bagi orang-orang yang menjalankannya akan meningkat dan kembali fresh serta semakin kuat rasa kasih sayang terhadap sesama. Bagaimana tidak, sementara sebulan penuh kita dituntut lebih untuk saling bersilaturrahmi, ta’awun atau tolong menolong, dan menahan nafsu dan emosi sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ dalam sabdanya :”Ada lima perkara yang membatalkan puasa seseorang: yaitu bohong, ghibah (membicarakan orang lain yang membuatnya tidak senang), mengadu domba, melihat orang lain dengan syahwat dan bersaksi atau bersumpah bohong.”(HR. Ad-Dailami)

Inilah persoalan yang harus dimengerti umat Islam agar mengetahui hakikat diri dan nilainya. Bulan Ramadhan dengan ibadah puasa sebagai menu utamanya adalah sebuah wadah yang siap membakar habis segala emosi merusak yang dapat menenggelamkan manusia ke dalam lumbung kemaksiatan. Ramadhan hadir untuk menyadarkan manusia bahwa mereka dilahirkan untuk maju ke garis depan dan memegang kendali kepemimpinan karena mereka adalah umat yang terbaik.

Manfaat Berpuasa

Terdapat banyak penelitian yang menjelaskan segudang manfaat dari melakukan ibadah puasa. Pertama, manfaat dalam bidang kesehatan. yaitu kesehatan jasmani, moral, maupun mental, Dalam sebuah hadits Rasulullah ﷺ bersabda: “Berpuasalah kalian maka akan menyehatkan kalian.” Juga dalam hadits lain yang artinya: “Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagian: kebahagian ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu Tuhannya.”(H.R. at-Thabrani no.174)

Kedua, manfaat alam bidang sosial yaitu membangun jiwa yang harmoni selaras dengan raga. Sebab dengan berpuasa seseorang akan mengambil jeda di dalam menjalankan hidupnya. Misal dengan tidak makan dan minum di siang hari merupakan salah satu cara untuk membangun sikap empati baik kepada sesama manusia dan makhluk hidup lain. Kemudian melalui momentum ramadhan ini dapat menjadi media untuk mempererat ukhuwah.[3]

Keberkahan di Bulan Ramadhan

            Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh ampunan dan penuh keberkahan, sangat disayangkan jika sebagai umat Islam tidak memanfaatkan kesempatan ini dengan baik. Keberkahan yang ada di bulan ramadhan tidak hanya secara personal namun juga ada keberkahan dari berbagai bidang, yaitu bidang ekonomi, politik, sosial, etika dan budaya.

  1. Keberkahan Ekonomi

Secara ekonomi, Ramadhan memberi keberkahan bagi para pedagang. Pada bulan ini daya beli masyarakat meningkat dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Masyarakat sangat antusias dengan kedatangan Ramadhan.

  1. Keberkahan Politik

Bulan Ramadhan tercatat memberikan keberkahan kepada Umat Islam dengan kemenangan dalam berbagai pertempuran. Banyak peristiwa-peristiwa monumental yang terjadi di bulan Ramadhan. Misalnya pada tahun ke-2 Hijrah, kaum muslimin mengukir kemenangan pada perang Badar. Di Bulan Ramadhan tahun ke-8 hijrah, Umat Islam berhasil menaklukkan Mekkah (fathu makkah). Ramadhan tahun ke-15 H, kaum muslimin mengalahkan imperium Persia dalam perang Qadisiah.[4]

  1. Keberkahan Sosial

Momen Ramadhan mengajarkan manusia untuk bermurah hati (dermawan), menolong dan mempunyai rasa empati kepada fakir miskin dan orang yang membutuhkan sehingga melalui momen ramadhan ini dapat menjalin hubungan sosial kepada sesama.

  1. Keberkahan Etika dan Budaya

Bulan Ramadhan juga memberikan keberkahan dalam etika dan budaya kita. Ibarat sebuah madrasah (sekolah), Ramadhan mendidik kita untuk berperilaku yang mulia dan membiasakan diri melakukan kebaikan. Pembiasaan yang dilakukan di bulan Ramadhan diharapkan lahir suatu budaya yang Islami, yaitu selalu berorientasi dalam mendatangkan kemaslahatan dan menghilangkan kemudharatan, baik dalam konteks pribadi maupun dalam konteks sosial.

Inilah makna Ramadhan. Sebuah tempat dalam setahun yang disiapkan oleh Allah untuk memperingatkan manusia bahwa mereka adalah umat terbaik. Maka sudah seharusnya orang-orang terbaik mengerjakan pekerjaan yang terbaik pula. Agar meraih setiap keberkahan di dalamnya yang membawanya menuju kemajuan yakni menjadi umat terbaik dengan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.

Mutiara Hikmah

Allah ﷻ berfirman,

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

“Kamu adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.”(Q.S. Ali Imran[3]110).

Maraji’

[1] Santri Rumah Tahfidz Taruna Juara

[2] Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid IV, PT. Pustaka Panji Mas: Jakarta, 2004.

[3] Takdir Ali Mukti, 2000, Membangun Moralitas Bangsa Amar Ma’ruf Nah Munkar: dan Subyektif-Normatf ke Obyektif-Empiris, Yogyakarta: Mitra Pustaka

[4] Asa, Syu’bah, 2000, Dalam Cahaya Al-Qur’an (Tafsir Ayat-ayat Sosial-Politik), Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Download Buletin klik disini

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *