ADA APA DI BULAN DZULHIJJAH
ADA APA DI BULAN DZULHIJJAH?
Oleh: Dwi Andini Prihastuti
Bismillâhi Walhamdulillâhi wash-shalâtu was-salâmu ‘alâ rasûlillâh,
Ada apa di bulan Dzulhijjah? Jawabannya adalah ada banyak keistimewaan di dalamnya, terutama di sepuluh pertama bulan Dzulhijjah. Allah ﷻ berfirman: ”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah [9]: 36)
Mengenai empat bulan yang dimaksud disebutkan dalam hadits dari Abu Bakroh z, Nabi ﷺ bersabda: ”Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadal (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679).
Syaikh Umar bin Abdullah al-Muqbil menjelaskan makna surat at Taubah [9]: 36,[1]
1 ). Ibnu ‘Abbas berkata: dari bulan-bulan itu Allah mengkhususkan empat bulan, yaitu : Dzul qa’dah, Dzulhijjah, Muharram, Rajab, Allah menjadikan mereka bulan-bulan yang suci dan kesuciannya begitu diagungkan, dan menjadikan dosa di dalamnya juga besar, sebagaiman Dia menjadikan amal shalih dan balasannya lebih besar.
2 ). Qatadah berkata pada firman Allah tentang bulan-bulan haram: “maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu” sesungguhnya kezhaliman pada bulan-bulan haram adalah kesalahan yang paling besar dibandingkan pada bulan-bulan lainnya, walaupun semua kezhaliman adalah dosa yang besar, namun Allah berhak membesarkan suatu perkara sesuka-Nya.
3 ). Sepuluh Dzulhijjah adalah hari-hari yang paling agung diantara bulan-bulan haram, dan diantara kezhaliman pada diri sendiri adalah menyia-nyiakan hari itu dengan perbuatan yang tidak mendekatkan seseorang kepada Allah, Hasan al-bashri berkata : “Saya berjumpa dengan kaum yang waktu mereka lebih berharga daripada dinar dan dirham yang kalian simpan”
4 ). Bukanlah muslim yang sejati ketika masuk padanya bulan-bulan yang suci ini, namun ia tidak memanfaatkan kebaikan di dalamnya, melainkan ia merusakanya dengan maksiat, dan menantang ketentuan Allah.
5 ). Pernahkah kamu melihat orang yang menzhalimi dirinya sendiri ? ya.. kamu akan melihat orang yang menerobos kesucian satu zaman yang Allah telah melarang kezhaliman terjadi di dalamya, sedang mereka tidak peduli dengan larangan itu, maka sungguh kerugian dan kerusakan akan berlaku pada dirinya sendiri.
Keistimewaan bulan Dzulhijjah
Diantara keistimewaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah keutamaan beramal shalih di sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Allah l berfirman: “Demi fajar, dan malam yang sepuluh” (QS. Al Fajr [89]: 1-2)
Al-Imam Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsir beliau, “Sepuluh malam yang dimaksud dalam ayat ini adalah sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Ibnu Zubair, Mujahid dan banyak lagi ulama dari kalangan Salaf dan Khalaf yang berpendapat demikian.” (Tafsir Ibnu Katsir, 8/390)[2]
Abdurrahman As Sa’di menyebutkan dalam tafsirnya, “Dalam ayat ini (Q.S al Fajr [89]: 1-2) digunakan kalimat sumpah. Ini menunjukkan keutamaan sessuatu yang disebutkan dalam sumpah.”[3]
Amalan Yang Dianjurkan
Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah memiliki keistimewaan, dimana amalan sekecil apapun pada hari hari tersebut lebih utama daripada berjihad di jalan Allah, maka dianjurkan untuk memperbanyak amalan terutama, shalat, puasa, dzikir, membaca al Quran, sedekah dan ibadah ibadah lainnya yang disyari’atkan.[4]
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidaklah ada hari hari yang amal shalih pada hari hari tersebut lebih dicintai oleh Allah daripada sepuluh hari pertama dibulan dzulhijjah. Maka para sahabat bertanya, “wahai Rasulullah apakah (amal shalih tersebut) lebih Allah cintai dari pada jihad fi sabilillah?”. beliau menjawab, “iya walupun dengan jihad fi sabilillah, kecuali sesorang yang keluar (berjihad) dengan diri dan hartanya lalu tidak kembali setelah itu selamanya (syahid)” (HR Bukhari : 926, Abu Dawud : 2438, Ahmad : 1968)
Diantara amalan yang dianjurkan pada hari hari yang mulia ini adalah puasa, karena ibadah puasa adalah ibadah yang agung yang tiada bandingannya. Puasa yang dimaksud adalah puasa mutlak dari tanggal 1-9 Dzulhijjah , adapun pada tanggal 10 (idul adha) atau hari hari Tasyriq (11 -13 dzulhijjah) dilarang untuk berpuasa karena ia adalah hari raya, hari yang dianjurkan bergembira, sebagai hari makan dan minum. Hal ini didasarkan pada riwayat dari Hunaidah bin Khalid, dari beberapa istri Nabi n mengatakan: “Rasulullah n biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, awal bulan di hari Senin dan Kamis.” (HR. Abu Daud : 2437 dan An-Nasa’i : 2374)
Yang dimaksud 9 (tis’ah) dalam hadits diatas adalah 9 hari bukan Taasi’ (hari ke-9), sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama di Lajnah Daaimah (majlis fatwa Saudi Arabia) ketika ditanya dalam masalah ini, mereka menukil perkataan Imam As Syaukani v di kitab Nailul Authar: “Telah berlalu didalam kitab (pembahsan masalah) dua hari raya hadits hadits yang menunjukan keutamaan beramal ibadah di sepuluh awal bulan dzulhijjah sementara ibadah puasa adalah bagian dari ibadah yang mulia, adapun sebagian (ulama) 16 mengatakan bahwa yang dimaksud Sembilan dzulhijjah itu adalah tanggal Sembilan, maka ini adalah penafsiran yang batil lagi tertolak, dan Nampak sekali kesalahannya karena beda antara Sembilan hari (tis’ah) dengan hari ke Sembilan (at Taasi’)”[5]
Di antara sahabat yang mempraktekkan puasa selama sembilan hari awal Dzulhijah adalah Ibnu ‘Umar. Ulama lain seperti Al Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin dan Qotadah juga menyebutkan keutamaan berpuasa pada hari-hari tersebut. Inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama.[6]
Hari-Hari Yang Istimewa
Di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah ada hari-hari yang istimewa yaitu hari ‘arafah, hari nahar, dan hari tasyriq. Hari arafah adalah hari yang ke sembilan pada saat jama’ah haji sedang melakukan wukuf di ‘Arafah. Hari nahar adalah hari penyembelihan, hari yang agung, hari raya ‘idul adha, hari haji akbar, dan sebaik baik hari disisi Allah ta’ala. Hari tsyriq adalah hari ke 11 – 13 Dzulhijjah, disebut Tasyriq (daging kering), karena dahulu para sahabat mengeringkan daging kurban mereka dijadikan bekal.[7]
Jangan lewatkan kesempatan ini berlalu tanpa amal shalih sedikitpun. Sungguh sangat rugi mereka yang melalaikannya. Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah taufiq-Nya dalam bersamangat diatas kebaikan. Âmîn. []
[1] Dalam Li Yaddabbaru Ayatih Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari’ah Universitas Qashim Saudi Arabia https://tafsirweb.com/3052-surat-at-taubah-ayat-36.html
[2] Tafsirul Qur’anil Azhim, Abul Fida’ Isma’il bin Amr bin Katsir ad Damsyqi, Jilid 8, hal.390, disebutkan dalam E-Book (pdf) Keagungan Bulan Dzulhijjah, Abu Ghozie as Sundawie, hal. 7-8
[3] Amalan Awal Dzulhijjah hingga Hari Tasyrik, Muhammad Abduh Tuasikal, Yogyakarta: Rumaysho, 2018, Cet.1, hal.1
[4] E-Book (pdf) Keagungan Bulan Dzulhijjah, Abu Ghozie as Sundawie, hal. 13
[5] Fatwa Lajnah Ad Daaimah 9/308 no Fatwa : 20247. disebutkan dalam E-Book (pdf) Keagungan Bulan Dzulhijjah, Abu Ghozie as Sundawie, hal. 15
[6] Latho-if Al Ma’arif, hal. 459. disebutkan dalam E-Book (pdf) Keagungan Bulan Dzulhijjah, Abu Ghozie as Sundawie, hal. 16
[7] Keagungan Bulan Dzulhijjah, Abu Ghozie as Sundawie, (E-Book pdf) hal. 8-17
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!