MEMETIK MAKNA KEPEDULIAN DI HARI RAYA IDUL ADHA
Oleh: Aisyah Amalia Putri*
Bismillâhi walhamdulillâhi wash-shalâtu wassalâmu ‘alâ rasûlillâh,
Memaknai hari raya Idul Adha berawal dari kisah perjuangan Nabi Ibrahim A.S atas kerelaan mengorbankan putra yang dicintainya. Tatkala Nabi Ibrahim bermimpi diperintahkan untuk menyembelih putranya, Ismail A.S. Hal tersebut sesuai firman Allahﷻ, “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (Q.S. ash-Shaffat [37]: 102).
Ikhlas dalam Beramal
Hikmah dari kisah diatas adalah meneladani sikap ketakwaan terhadap perintah Allahﷻ. Ketakwaan hadir dengan adanya keikhlasan berupa kejernihan hati yang mendorong kepada kepedulian. Ikhlas merupakan amalan hati untuk memperbaiki niat ketika hendak beramal, sedang beramal, maupun ketika sesudah beramal semata-mata karena Allahﷻ. Sehingga rasa ikhlas membawa manusia pada amal kebaikan dengan penuh ketulusan. Dalam al-Quran Allahﷻ berfirman, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus ….” (Q.S. al-Bayyinah [98]: 2)
Kepedulian Sosial
Dalam pembahasan diatas, ada keterkaitan antara keikhlasan dengan kepedulian. Menurut salah satu teori, kepedulian adalah salah satu bentuk tindakan nyata, yang dilakukan oleh masyarakat dalam merespon suatu permasalahan. Dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kepedulian juga merupakan partisipasi yakni keikutsertaan. Kepedulian sosial merupakan sebuah sikap keterhubungan dengan manusia pada umumnya, sebuah empati bagi setiap anggota manusia untuk membantu orang lain atau sesama.[1] Dengan seorang muslim berqurban di hari raya Idul Adha menjadi salah satu kontribusi kepedulian dalam menegakkan agama dan kasih sayang sebagaimana yang telah dicontohkan pada kisah perjuangan Nabi Ibrahim A.S dan Nabi Ismail A.S.
Dapat disimpulkan, menurut W.J.S Poewadarmintra poin-poin dari nilai kepedulian diantaranya:
Pertama, memberi bantuan berupa sandang, pangan dan kesehatan. Memberi bantuan merupakan ibadah. Ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua yaitu ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang diperintahkan melalui jalan wahyu. contohnya adalah shalat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah (perkataan atau perbuatan) tersebut pada asalnya bukanlah ibadah. Akan tetapi, berubah status menjadi ibadah karena melihat dan menimbang niat pelakunya. Contohnya adalah aktivitas makan. Makan bukanlah suatu ibadah yang khusus, namun apabila makan tersebut diniatkan untuk ibadah agar kuat untuk menjalani ibadah shalat dan pergi ke masjid, maka makan tersebut akan bernilai pahala.[2]
Begitupula berqurban di hari raya Idul Adha, apabila diniatkan tulus karena Allahﷻ akan bernilai pahala. Terlebih dalam situasi pandemi sekarang ini. Semakin seseorang meningkatkan kepedulian berbagi maka semakin Allahﷻ akan memberikan keselamatan bagi hamba-hamba-Nya. Dalam sebuah hadits disebutkan,”Bersegeralah bersedekah, sebab bala bencana tidak pernah mendahului sedekah. Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah. Obatilah penyakitmu dengan sedekah. Sedekah itu sesuatu yang ajaib. Sedekah menolak 70 macam bala bencana, dan yang paling ringan adalah penyakit kusta dan sopak (vitiligo).” (H.R.Thabrani).
Dengan demikian Allahﷻ menganjurkan untuk saling membantu dalam hal ketakwaan. Dalam al-Qur’an Allah berfirman, “…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan . Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah sangat berat siksa-Nya.” (Q.S. al-Mâidah [5]: 2).
Kedua, memberikan perhatian dan kasih sayang. Manusia diciptakan oleh Allahﷻ berbangsa-bangsa dan bersuku- suku agar saling menghargai. Sebagai seorang yang mukmin dianjurkan untuk saling mengenal dan berbuat baik kepada seluruh manusia agar menghadirkan rasa kasih sayang satu sama lain. Melalui berqurban di hari Raya Idul Adha, Islam mengajarkan kita untuk mendapatkan nilai tersebut sebagai pokok perhatian kita kepada umat muslim. Dalam al-Quran Allah l berfirman, “…Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha teliti.” (Q.S. al-Hujurat [49]: 13).
Dalam syariat Islam, syarat-syarat yang berhak mendapatkan daging qurban menurut Badan Amil Zakat Nasional adalah: orang yang berqurban, tetangga sekitar, teman dan kerabat, serta fakir miskin. Hal tersebut terdapat dalam firman Allahﷻ, “Makanlah sebagian dari daging qurban, dan berikanlah sebagiannya pada orang fakir yang tidak minta -minta, dan orang fakir yang minta-minta.” (Q.S. Al-Hajj [22]: 36).[3]
Dengan memperbanyak menjalin kasih sayang melalui berqurban diantara umat muslim maka, akan ada banyak kepedulian yang datang. Sebagaimana dalam al-Quran Allahﷻ berfirman, “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S. al- Hujurât [49]: 10).
Ketiga, membiayai pendidikan. Fenomena hari Raya Qurban Idul Adha memberikan pembelajaran terkait pendidikan moral dan tauhid. Melihat kisah berbaktinya Nabi Ismail A.S kepada ayahnya Nabi Ibrahim A.S untuk menjalankan perintah Allahﷻ. Jika dibayangkan betapa beratnya hati seorang ayah menyembelih anaknya sendiri. Atas karunia Allah semua kejadian itu berbalik menjadi hikmah yang dapat kita rasakan bersama dengan indahnya berqurban di setiap hari raya Idul Adha. Allahﷻ berfirman, ” Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, “Selamat sejahtera bagi Ibrahim”. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. ash-Saffat [37]: 107-110).
Selain itu, nilai kepedulian yang dapat dipetik adalah rasa empati terhadap mereka yang kurang mampu untuk membeli hewan qurban. Hari Raya Idul Adha menjadi kesempatan umat muslim untuk berlomba-lomba berqurban sebagai wujud membiayai mereka yang kurang mampu dalam berqurban. Terutama bagi mereka yang terdampak pandemi covid-19. Tak lain halnya mereka membutuhkan asupan yang bergizi untuk meningkatkan imunitas. Tidak ada yang merugi bagi seseorang yang berqurban. Selain mereka mendapatkan pahala, Allahﷻ menjanjikan kepada mereka kebaikan yang berlipat ganda. Dalam al-Quran Allahﷻ berfirman, “Barangsiapa berbuat kebaikan maka mendapat (balasan) sepuluh kali lipat amalnya .” (Q.S. al-An’am [6]: 160).[4]
Demikianlah, ada banyak nilai kepedulian yang dapat kita petik di dalam Hari Raya Idul Adha, diantaranya; nilai pejuangan kisah Nabi Ibrahim A.S dan Ismail A.S kasih sayang, berbagi dan hal lainnya. Amal kebaikan tersebut mampu menjadikan acuan umat muslim untuk bersinergi, bersatu dan bahu membahu. Semoga Allah l melimpahkan rahmat dan keberkahan-Nya agar pandemi covid-19 segera berlalu melalui kebaikan serta pembelajaran indahnya berbagi di Hari Raya Idul Adha. Wa Allâhu a’lam.[]
* Alumni UII
[1] W.J.S Poewadarmintra. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka,1980)
[2] https://muslim.or.id/46004-perbedaan-antara-ibadah-mahdhah-dan-ibadah-ghairu-mahdhah- bag-1.html
[3] https://www.madaninews.id/3255/siapa-saja-yang-berhak-menerima-daging-qurban.html
[4] http://repository.uin-suska.ac.id/20227/7/7.%20BAB%20II.pdf
Mutiara Hikmah
Abu Hurairah R.A, Rasulullahﷺ bersabda,
وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ
“Allah senantiasa menolong hamba selama ia menolong saudaranya.” (H.R. Muslim no. 2699).
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!