AMALAN YANG DAPAT MENJEMPUT MALAM LAILATUL QADAR
AMALAN YANG DAPAT MENJEMPUT MALAM LAILATUL QADAR
Oleh: Nur Laelatul Qodariyah[1]
Bismillâhi walhamdulillâhi wash-shalâtu wassalâmu ‘alâ rasûlillâh,
Ramadhan bulan yang penuh berkah, bulan yang penuh ampunan. Sebagai seorang muslim, kita semua patut menyambut bulan ini dengan bergembira, dikarenakan bulan ini hanya ada 1 bulan diantara 12 Bulan. Bukankah itu merupakan hal spesial? Tentu saja hal itu sangat spesial. Mengingat dalam bulan ini banyak sekali berkah yang turun di muka bumi. Salah satunya Lailatul Qadar, yang mana merupakan malam lebih baik daripada seribu bulan.
Di bulan ini amalan yang dikerjakan akan dilipatgandakan oleh Allahﷻ. Orang muslim dianjurkan berlomba-lomba untuk melakukan sebuah kebaikan, agar apa yang telah dikerjakan akan mendapatkan ridho dari Allah ﷻ. Ramadhan merupakan sebuah keelokan yang tidak terkira. Sehingga, kita senantiasa terus memperbaiki diri dari perkara-perkara yang dibenci oleh Allah ﷻ.[2] Jangan sampai kita menyesal di bulan Ramadhan hanya karena kesibukan dunia yang mengakibatkan kita lalai dalam urusan akhirat. Allah ﷻ berfirman, “Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (Q.S. al-Qadr [97]:1-5).[3]
Betapa dahsyatnya dan mulianya malam itu, sampai-sampai Allahk menurunkan ayat tersebut, sebagai tanda dan petunjuk bagi manusia untuk berlomba-lomba dalam mengejar kebaikan. Berdasarkan hadis dari Salim bin Abdullah bin Umar bahwa bapaknya berkata; saya mendengar Rasulullah ﷺbersabda berkenaan dengan Lailatul Qadr, “Beberapa orang diantara kalian, telah bermimpi bahwa Lailatul Qadr itu terakhir (dari ramadhan). Maka carilah ia pada sepuluh yang terakhir.” (HR.Muslim, no.1988).[4]
Amalan yang Dapat Menjemput Malam Lailatul Qadar
- Menghidupkan Malam
Dalam menjemput malam lailatul qadar dianjurkan untuk menghiasi diri dengan beribadah dan muhasabah diri lebih banyak lagi. Bagaimana mungkin bisa seseorang yang ingin mendapatkan malam lailatul qadar hanya bersantai dan berleha-leha saja? Tentu saja harus ada usaha yang kuat agar kita bisa menikmati malam yang penuh berkah itu. Allahﷻ tidak menyebutkan secara eksplisit kepada kita semua tentang waktu pasti turunnya lailatul qadar. Hal tersebut dikarenakan agar kita terus mencari kebaikan malam tersebut di bulan Ramadhan tanpa harus memilih di malam dan tanggal berapa untuk menghidupkan malam lailatul qadar. Menghidupkan malam tersebut tidak hanya terpaku pada satu ibadah saja. Hal itu bisa merujuk pada ibadah-ibadah yang lainnya, seperti sholat, membaca qur’an, i’tikaf, berddzikir, berdo’a, dan sahur pun termasuk ibadah. [5]
- Memperbanyak Membaca Al-Qur’an
Membaca al-Qur’an merupakan sesuatu yang sudah menjadi makanan sehari-hari bagi kaum muslim. Otomatis prioritas dan target dalam tilawah al-Qur’an itu diperluas dan harusnya diperbanyak dalam membacanya. Misalnya yang awalnya satu hari 2 lembar, kini kita bisa meningkat menjadi 3 lembar. Sebenarnya tidak wajib mengkhatamkan al-Quran dalam satu hari, yang penting ada target dan keistiqomahan dalam membaca al-Qur’an. Sehingga bisa terwujudnya target yang sudah ditetapkan sebelumnya.[6]
- Melaksanakan Shalat Sunnah
Kita tidak akan pernah tahu tepatnya malam lailatul qadar itu datangnya di hari apa. Walaupun seperti itu, kita telah diberi petunjuk melalui hadist-hadist yang sudah terkenal keshahihannya, yaitu cari di 10 malam terakhir, entah malam ke-7, ke-5 dan seterusnya. Oleh karena, itu hidupkanlah malam-malam terakhir bulan Ramadhan, karena kita tidak akan pernah tahu apakah Ramadhan ini adalah Ramadhan terakhir kita atau bukan. Oleh sebab itu, perbanyaklah shalat di waktu bulan Ramadhan, terutama malam-malam terakhir bulan Ramadhan. Bisa shalat tahajud, shalat hajat, shalat taubat, dan shalat sunnah lainnya. Berbicara terkait shalat sunnah, shalat tahajud merupakan shalat yang sangat dianjurkan (shalat sunnah mu’akkad)[7] Allah ﷻberfirman,
“Hai orang-orang yang berselimut (Muhammad) bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.” (Q.S. Al-Muzammil [73] : 1-3).
Shalat tahajud merupakan shalat yang dilakukan pada malam hari, terhitung dari mulai setelah shalat isya’ sampai sebelum shalat subuh. Mayoritas ulama mengatakan bahwa shalat tahajud dilaksanakan setelah tidur, tetapi ada pula yang menyatakan bahwa tidak harus tidur terlebih dahulu. Pertanyaannya adalah, mengapa shalat tahajud itu menjadi shalat yang paling dianjurkan? Coba kita bayangkan untuk menjadi terbaik dimata Allahﷻ amalan yang dilakukan pun harus khusus. Bisa dibilang tidak semua orang bisa melaksanakan shalat di tengah malam. Di saat orang lain terlelap dalam tidurnya, orang yang melaksanakan tahajud itu sesungguhnya sedang bertasbih dan berddzikir dengan cara shalatnya, maka ketika seorang hamba berdoa di waktu mustajab tersebut, Allahﷻ pasti menjawab semua doa-doa dengan caraNya sendiri.
- Memperbanyak Dzikir
Dzikir merupakan sebuah media yang dapat mendekatkan diri kepada Allahﷻ. Dengan dzikir hati kita akan merasakan nyaman, tentram dan sejuk. Dengan mengingat Allahﷻ, setiap masalah yang sedang kita hadapi akan terasa ringan, dan pastinya kita akan menemui jalan atau solusi dalam masalah yang kita hadapi. Sama halnya dengan doa, mereka sama-sama memiliki keterkaitan yang sulit untuk dilepas begitu saja, ibaratnya seperti sampul buku dan isinya, saling melengkapi satu sama lain. Dzikir dalam pengertiannya dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu,[8]
- Dzikru bil lisan, yaitu dzikir yang dilaksanakan secara langsung dengan lisan. Dalam praktiknya biasanya menggunakan kalimat-kalimat tauhid seperti, tahmid, tasbih, tahlil. Dengan ddzikir secara lisan berarti mengeluarkan suara, dan huruf yang dibacanya secara khusu’.
- Dzikru bil Qalbi, yaitu dzikir yang dilaksanakan dengan media bertafakur, dalam prosesnya dengan mengingat, merenungi segala sesuatu akan tanda-tanda kebesaran Allahﷻ dan juga rahasia illahiah yang tersirat melalui makhluk ciptaan-Nya. Tidak ada yang lebih indah dan menawan ketika kita bisa merenungi dan meresapi segala sesuatu yang telah diciptakanNya.
- Dzikru bil Jawarih, merupakan bentukan dzikir dengan menggabungkan segala kekuatan dan kemampuan yang terdapat dalam tubuh (jasmani), sebagai bentuk menaati dari seluruh perintah Allah yang sedapat mungkin bisa meninggalkan semua larangan yang dijauhkan oleh Allahﷻ.
Berkah dan rahmat yang selalu dicurahkan oleh Allahﷻ merupakan salah satu bentuk kasih sayangnya Allahﷻ kepada kita semua. Jangan pernah meremehkan dzikir dan doa. Keduanya merupakan sebuah senjata kaum muslim dalam melawan fitnahnya dunia saat ini. Yang terpenting adalah libatkanlah semua urusan kepada Allahﷻ. Jadikanlah momen bulan Ramadhan kali ini menjadi berkesan dalam meraih ridho illahi. Dengan begitu ibadah-ibadah yang kita lakukan pun akan terasa menyenangkan dan bahkan akan terasa nikmat.
Mutiara Hikmah
Dari Abu Hurairah z, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari, no. 1901)
[1] Mahasiswa Progam Studi Ahwal Al-Syakhshiyah FIAI UII
[2] Asri Kusuma Dewanti, “Meraih Keberkahan Puasa Ramadan,” Universitas Muhammadiyah Malang, 2017, 1.
[3] Mutiara Tri Julifa, “Implementasi Masyarakat Terhadap Penafsiran Surat Al-Qadr” 4, no. 1 (2020):
[4] Ensiklopedi Hadis, (HR.Muslim, no.1988), shahih menurut ijma’ Ulama
[5] ahmad Zarkasih, Meraih Lailatul Qadar Haruslah I’tikaf, ed. Fatih, cetakan pe (jakarta: Rumah Fiqih Publishing, 2019).
[6] Eva Nugraha, “Ngalap Berkah Qur’an: Dampak Membaca Al-Qur’an Bagi Para Pembacanya,” Ilmu Ushuluddin 5 (2018): 119.
[7] Arif Kurniawan, “Dahsyatnya Shalat Sunnah Tahajjud Dan Dhuha Perspektif Yusuf Mansur,” Skripsi (2018).
[8] Muniruddin, “Bentuk Dzikir Dan Fungsinya Dalam Kehidupan Seorang Muslim,” Jurnal Pemberdayaan Masyarakat 6, no. 1 (2018): 17, https://doi.org/10.37064/jpm.v6i1.4982.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!