SIFAT SABAR DALAM ISLAM
SIFAT SABAR DALAM ISLAM
Oleh: Nabilah Nur Syafiyah
*Mahasiswa Teknik Kimia UII
Sabar merupakan kata yang hampir selalu terdengar dalam keseharian kita. Tak jarang juga kita menemukan ungkapan “bersabarlah” di kalangan masyarakat. Sabar memang sudah menjadi ungkapan sehari-hari dan sudah menjadi bahasa komunikasi masyarakat. Tapi dibalik itu, ungkapan sabar yang sudah menjadi bahasa komunikasi masyarakat selalu dikonotasikan kepada kondisi bagaimana menghadapi musibah dan diidentikkan dengan sikap berdiam diri dalam menghadapi musibah. Sikap sabar memang harus dimiliki oleh setiap orang. Karena apabila orang tersebut mengalami musibah, itu tidak menjadikan malapetaka baginya, menghancurkan hidupnya, dan melemparkannya pada derajat terendah diantara makhluk Allah lainnya. Dari pemahaman yang keliru ini mengenai sabar, akan berdampak pada hilangnya makna sabar yang sangat luas. Apabila sabar diidentikkan atau dipergunakan hanya pada saat menghadapi musibah saja, maka kekuatan sabar yang sangat besar tidak pernah dipakai manusia untuk mengatasi berbagai problematika hidup lainnya. Padahal sabar merupakan peluang atau potensi diri yang bisa membawa manusia untuk sanggup menjalankan fungsiya sebagai khalifah dan hamba Allah secara bersamaan.[1]
Keutamaan Sabar
Allah ﷻ telah menyifati orang-orang yang sabar dengan beberapa sifat. Dia menyebut sabar dalam al-quran pada lebih dari 70 tempat dan Dia menambah lebih banyak derajat dan kebaikan dan menjadikannya sebagai buah bagi sabar. Sebagaimana firman Allah ﷻ : “Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar,” (Q.S. as-Sajdah[32] : 24).
Allah ﷻ juga berfirman: “Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan,” (Q.S. an-Nahl [16] : 96). Allah l berfirman: “Mereka diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka,” (Q.S al-Qashash [28] : 54). Allah l berfirman: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas,” (Q.S. az-Zumar [39] : 10). (Al-Ghazali. 2013)
Macam-Macam Sabar
Macam-macam sabar dan beberapa hal yang berhubungan dengan sabar
- Kesabaran yang dilakukan dalam menghadapi nafsu perut dan kemaluan disebut iffah. Kebalikan dari sifat ini yaitu jaza’ atau hala’ yang artinya keluh kesah dimana membiarkan faktor nafsu terlampiaskan.
- Kesabaran untuk menahan dalam menghadapi kekayaan disebut dhabtun nafsi yang artinya kendali diri. Kebalikan dari sifat ini yaitu bathr yang artinya tak tahu berterima kasih.
- Kesabaran yang terkait dengan peperangan disebuat syaja’ah (berani), dan kebalikannya yaitu jabn (pengecut).
- Kesabaran yang ditunjukkan untuk menahan kemarahan dan emosi, maka disebut hilm atau penyantun dan kebalikannya yaitu tadzammur yang artinya menggerutu.
- Kesabaran yang terkait dengan waktu yang jenuh, maka disebut sa’atush shadri (lapang dada). Kebalikannya yaitu adh-dhajr (tidak sabaran), tabarrum (cepat bosan) dan dhiiqush shadri (sempit dada).
- Kesabaran yang menyangkut tentang penyembunyian perkataan, maka disebut kitmaanus sirri atau menyimpan rahasia. Dan orang yang melakukan hal tersebut dinamakan katum atau orang yang pandai menyimpan rahasia.
- Kesabaran yang ditunjukkan terhadap kehidupan yang berlebih, maka disebut zuhud yang artinya tidak berambisi kuat. Kebalikannya yaitu hirsh yang artinya berambisi besar atau tamak.
- Kesabaran dalam menerima bagian yang sedikit, maka disebut qana’ah yang artinya sikap menerima apa adanya. Sedangkan kebalikannya yaitu syarah yang artinya rakus.[2]
Sabar Dalam Al Quran
- Surah Al-Baqarah ayat 153
Allah ﷻ berfirman: “Jadikan sabar dan shalat sebagai penolong kalian. Sungguh hal itu teramat berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk” (Q.S. al-Baqarah [2] : 45)
- Surah Al-Baqarah ayat 155-156
Allah ﷻ berfirman: “Dan Kami pasti akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”(sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali untuk hisaban)” (Q.S. al-Baqarah [2] ; 155-156)
Tiga Jenis Sabar
Pertama, sabar ketika menunaikan kewajiban-kewajiban yang telah diwajibkan oleh Allah ﷻ , seperti melaksanakan ibadah sholat, puasa, serta kewajiban-kewajiban yang lain.
Kedua, sabar terhadap apa saja yang diharamkan oleh Allah ﷻ . Jenis sabar ini menandakan bahwa kita kbih mudah mnunaikan kewajiban daripada menjauhi larangan. Mungkin kita tidak menemukan masalah yang serius saat harus menjalankan kewajiban, seperti saat menunaikan shalat lima waktu. Tapi di sisi yang lain, menjauhi larangan akan lebih berat. Tidak berbohong, tidak suudzon terhadap orang, tidak membuka aurat, itu semua jauh lebih berat daripada menjalankan shalat lima waktu.
Ketiga, sabar dalam menghadapi musibah. Menunaikan kewajiban itu biasa dan menjauhi larangan itu sangat berat. Tapi dibandingkan dengan kedua hal tadi, ternyata masih ada yang lebih sulit, yaitu perilaku sabar saat ditimpa musibah. Semisal tiba-tiba difitnah, kehilangan benda kesayangan, atau ditimpa kematian. Itu semua adalah musibah yang menuntut kita berlaku sabar menjalaninya. Kesabaran dalam menjalani semua ini jelas lebih berat daripada menunaikan kewajiban ataupun menjauhi larangan Allah ﷻ .
Jika kewajiban yang harus kita tunaikan dan larangan yang harus kita jauhi jumlahnya banyak, bahkan sudah menjadi rutinitas hidup, maka musibah itu sangat jarang kita jumpai. Ibadah itu adalah rutinitas, dan musibah bersifat temporal dan jarang datangnya. Namun, sekali menjumpai musibah, berat sekali kita untuk menghadapinya dengan sabar yang sebenar-benarnya. Maka wajarlah jika pahala sabar dalam menghadapi musibah lebih banyak pahalanya.[3] Wa Allahu a’lam.[]
[1] Nasaruddin Umar, Sabar dan Fungsinya dalam Kehidupan. Jurnal Bimas Islam Vol.4 No.4 2011
[2] Ubaidurrahim El-Hamdy, Sabar Tanpa Batas, Syukur Tiada Akhir. Jakarta: Wahyu Qolbu, 2015.
[3] Nasaruddin Umar, Sabar dan Fungsinya dalam Kehidupan. Jurnal Bimas Islam Vol.4 No.4 2011
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!