Menyelami Target Hidup
Menyelami Target Hidup
Nur Laelatul Qodariyah
(Alumni Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia)
Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh,
Setiap menit detik yang kita lewati mempunyai harapan maupun target yang akan kita tempuh di masa depan, begitu halnya target baru di awal tahun 2024. Oleh sebab itu menyelami target hidup di tahun 2024 adalah sesuatu hal yang perlu kita perbaharui. Tujuan utama kita hidup di dunia adalah beribadah hanya kepada Allah ﷻ, dengan berbagai aksesoris untuk mengekspor segala sesuatu yang telah diciptakan oleh Allah ﷻ.
Capek, lelah, dan semisalnya itu wajar karena dunia itu tidak ada apa-apanya. Isinya tidak melulu senang saja. Kesenangan disini hanyalah sementara. Kaya maupun miskin semua rasa itu sama nikmatnya, tidak ada bedanya. Kalau laper ya makan pasti rasanya nikmat walaupun makan nasi doang tidak ada bedanya dengan orang lain. Sama halnya dengan target dan harapan setiap orang, tidak ada bedanya. Semua orang di dunia ini diberi kesempatan untuk menggapai target maupun cita-citanya selagi berusaha dan berikhtiar. Oleh sebab itu setidaknya ada beberapa cara agar target yang kita perjuangkan bisa lebih matang lagi.
Berjuang Tanpa Harus Berisik
Mimpimu adalah bentuk caramu berfikir, bertindak dan mengelola. Oleh sebab itu tidak perlu memberitahukan mimpimu kepada orang lain. Suatu hal yang perlu kita jaga, Fokus dengan apa yang menjadi impian kita tidak perlu koar-koar tentang apa yang akan kita lakukan. Karena tidak semua orang senang dengan pilihan kita. Hancurlah sendiri Ketika gagal, jatuhlah sejatuh jatuhnya, libatkan Allahﷻ Ketika kau ingin memulai sesuatu. Jangan libatkan orang lain jika kau ragu dengan apa yang akan kau pilih. Karena orang lain tidak peduli dengan apa yang kita lakukan. Orang hanya akan melihat hasilnya tapi berbeda dengan Allah ﷻ yang selalu melihat dan menemani hambanya dalam setiap proses yang ditempuh.
Allah ﷻ berfirman,
هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ ذَلُولًا فَٱمْشُوا۟ فِى مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا۟ مِن رِّزْقِهِۦ ۖ وَإِلَيْهِ ٱلنُّشُورُ
“Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahi lah di segala penjurunya dan makanlah Sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (Kembali setelah) dibangkitkan” (Q.S. Al-Mulk [67]: 15).
Ingatlah selalu tentang janji Allah ﷻ, libatkan semua urusanmu, jika ingin nangis menangislah. Allah ﷻ yang menciptakanmu tidak mungkin meninggalkanmu. Mustahil Allah ﷻ meninggalkanmu kalau kau sendiri berusaha untuk dekat dengan-Nya. Ingat! Love Language Allah ﷻ itu berbeda dengan hambanya. Bisa jadi rasa sakitmu saat ini merupakan tanda kasih sayang-Nya. Setiap manusia yang lahir di muka bumi ini telah Allah ﷻ urus rezekinya.
Mengejar Sesuatu Tidak Harus Berlari
Mengejar tidak harus berlari, mencapai sesuatu tidak harus sekarang, semua orang mempunyai porsinya masing-masing. Targetmu saat ini simpan dan kejar semaksimal mungkin. Tidak usah takut karena mencoba itu tidak ada batasnya. Allah ﷻ sendiri yang akan mengaturnya untukmu. Jika memang kamu belum dapatkan dengan apa yang kamu inginkan. Itu tandanya memang bukan disitu tempatmu. Karena yang baik buat kamu belum tentu baik di mata Allah ﷻ
Rasulullahﷺ bersabda,
مَنْ أَنْعَمَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ نِعْمَةً فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُحِبُّ أَنْ يُرَى أَثَرُ نِعْمَتِهِ عَلَى خَلْقِهِ وَقَالَ رَوْحٌ بِبَغْدَادَ يُحِبُّ أَنْ يَرَى أَثَرَ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ.
“Barangsiapa telah diberi nikmat oleh Allah, sesungguhnya Allah lebih suka tanda nikmatnya diperlihatkan kepada makhluknya. Rauh di Baghdad berkata, Tanda nikmatnya lebih suka diperlihatkan kepada hambanya” (H.R Ahmad, no.19087).[1]
Untuk Bisa Didengar Orang Tidak Perlu Berteriak
Ini saatnya kita untuk merubah mindset, tidak perlu mengemis-ngemis kepada orang lain. Apalagi berteriak agar bisa didengar orang lain. Usaha dan pertolongan akan datang kepada hambanya sekalipun ia tidak meminta. Manusia itu tempatnya kecewa, sebaik apapun pasti ada rasa untuk meminta timbal balik. Berbeda dengan Allah ﷻ, ketika Allah menjadikan segala yang ada di muka bumi ini seluruhnya untuk manusia.
Allah ﷻ berfirman,
هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ لَكُم مَّا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًا
“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.” (Q.S. al Baqarah [2]: 29).
Sebuah ungkapan yang romantis hubungan antara tuhan dan hambanya jika hambanya bisa lebih dekat kepada sang penciptanya. Menjaga hubungan dengan sesama manusia memang penting namun menjaga hubungannya dengan Allah ﷻ jauh lebih penting.[2] oleh sebab itu, Jaga keyakinanmu dengan Allah ﷻ disaat yang lain sibuk oleh duniannya sehingga melalaikan perintah-Nya.
Berhenti Untuk Berfikir Secara Berlebihan
Ingat sepotong besi bisa rusak karena karatnya sendiri, begitu halnya dengan manusia yang akan rusak dengan pikirannya sendiri. Berfikir tentang kecemasannya, masa depannya. Semua itu ada prosesnya masing-masing. Yang perlu kita lakukan adalah tenangkan ada Allah ﷻ yang senantiasa bersama kita. Kita perlu koneksi? Maka mintalah kepada Allah ﷻ satu-satunya koneksi yang kau dapatkan sehingga kau bisa terhubung dengan orang-orang yang bisa membantu kita. Bantuan itu datangnya dari Allah ﷻ lewat orang lain.
Allah ﷻ berfirman,
قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱللَّهِ وَٱصْبِرُوٓا۟ ۖ إِنَّ ٱلْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ ۖ وَٱلْعَٰقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“Musa berkata kepada kaumnya, “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya bumi (ini) milik Allah; diwariskan-Nya kepada siapa saja yang dia kehendaki diantara hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan (yang baik) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Al-A’raf [7]: 128).
Oleh sebab itu segala sesuatu yang berlebihan tidak baik. Termasuk memikirkan masa depan yang tidak ada habisnya. Karena masa depanmu adalah pilihanmu hari ini. Allah ﷻ tidak mungkin menghalang-halangi sesuatu yang baik. Namun kamu perlu memahami bahasa cinta dari tuhan kepada hambanya. Agar kamu tidak salah paham dengan keputusan dan takdir yang Allah ﷻ tetapkan untukmu. Wa Allâhu a’alam.
[1] Ensiklopedi Hadits, “H.R Ahmad no. 19087” Isnad Shahih menurut Syu’aib al-Arna’uth
[2] Fauzan Hidayat, “Hubungan Antara Seorang Hamba Dengan Rabb Dan Sesama Manusia” dikutip dari muslim.or.id, diakses pada hari senin, 8 Januari 2024