SANG KEKASIH JUGA DIUJI

Makhluk yang berjalan di muka bumi ini memiliki berbagai macam rutinitas dan problematika tersendiri yang harus dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Contoh terdekat di lingkungan kita adalah, rutinitas sebagai seorang pelajar. Seorang pelajar akan disibukkan dengan berbagai kegiatan akademis dan diharuskan untuk menghadapi berbagai tantangan untuk mencapai keberhasilan dalam studinya. Tak jarang seorang pelajar menemukan titik terjenuhnya sehingga merasa ujian yang sedang ia hadapi adalah ujian yang berat dan kehilangan semangat untuk kembali bangkit. Marilah sejenak kita kembali merenungi pedoman hidup yang telah diturunkan Allah I. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman  “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” (Q.S. Al-Ankabut : 2-3)

Iman adalah pondasi hidup seorang muslim, oleh karena itu iman yang sejatinya merupakan sumber kekuatan seorang muslim akan diuji oleh Allah I melalui berbagai macam ujian hidup. Iman juga merupakan salah satu nikmat yang perlu kita syukuri, dan merupakan karunia yang sangat besar ketika kita lahir dan tumbuh di lingkungan yang telah mengenal Islam karena secara tidak langsung dalam kehidupan sehari-hari kita telah diajarkan untuk membangun iman sejak kecil, sehingga sudah sepatutnya kita terus memelihara dan meningkatkan iman kita agar menjadi seorang pribadi muslim yang lebih baik.

Setiap muslim telah mengetahui bagaimana cinta dan kasih sayang Allah I kepada para Nabi, dan sahabat-sahabat yang bersusah payah memperjuangkan Islam pada masanya. Mereka adalah orang-orang yang telah dijamin surga oleh Allah I, namun demikian mereka tetap mendapatkan cobaan dan ujian dari Allah I. Melalui cobaan dan ujian itu mereka merasa semakin dekat dengan Allah hingga rela mengorbankan harta dan nyawanya demi agama Islam.

Setiap orang yang beriman akan diuji, kabar baiknya adalah Allah tidak akan meninggalkan kita sendirian dalam menjalani ujian tersebut. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 286 bahwa Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya, maka kita perlu meyakinkan diri bahwa setiap permasalahan dan cobaan yang dihadapi oleh manusia telah sesuai dengan kadar kemampuannya. Dalam menghadapi permasalahan kita juga perlu menanamkan kesabaran, dalam surat yang sama pada ayat ke-153 Allah berfirman “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” Sabar menjadi salah satu kunci penyelesaian berbagai persoalan, dengan bersabar kita akan terus mencari jalan dan berikhtiar serta memaksimalkan ibadah kita sebagai bentuk rasa tawakkal kita kepada Allah I karena bertawakkal dan berharap hanya kepada Allah adalah satu-satunya cara yang tidak akan membuat manusia kecewa.

Begitu banyak kisah Nabi dan para sahabat yang memberikan pelajaran kepada kita mengenai sabar dan tawakkal dalam menghadapi cobaan. Salah satunya adalah ujian Nabi Muhammad r berikut.

 

Kisah Nabi Muhammad r dan Penduduk Thaif.

Nabi berjalan kaki dari kota Mekkah menuju Thaif untuk berdakwah kepada penduduk Thaif, perjalanan Nabi memakan waktu berhari-hari sampai akhirnya Nabi tiba di kota tersebut. Saat itu Nabi telah ditinggalkan oleh istri tercintanya yakni Siti Khadijah serta paman beliau Abu Thalib sehingga Nabi masih merasa sedih karena ditinggalkan orang-orang tercintanya, sebelum akhirnya memutuskan untuk mencoba berdakwah ke kota Thaif. Setelah Nabi sampai dan mencoba berdakwah kepada penduduk Thaif, Nabi tidak mendapat sambutan yang baik dan menerima penolakkan dari penduduk dan  para tokoh penguasa. Mereka tidak mempercayai Nabi sehingga mengusir Nabi dari Kota tersebut. Tidak sampai disitu, ketika Nabi berjalan untuk pulang mereka melontarkan cacian dan melempari Nabi dengan batu sehingga Nabi dan sahabat mengalami luka di bagian-bagian tubuh mereka. Nabi Muhammad r merasa sangat sedih dan bermunajat kepada Allah r ketika sedang berteduh di sebuah kebun. Dengan segala ketidak berdayaannya, nabi mengucapkan doa yang begitu menggetarkan hati.

Wahai Rabb-ku, kepada Engkaulah aku adukan kelemahan tenagaku dan kekurangan daya upayaku pada pandangan manusia. Wahai Rabb-ku yang maha Rahim. Engkaulah Rabbnya orang-orang yang lemah dan Engkaulah Rabb-ku. Kepada siapa Engkau menyerahkan diriku? Kepada musuh yang akan menerkamku, atau kepada keluarga yang Engkau berikan kepadanya urusanku, tidak ada keberatan bagiku asal Engkau tidak marah kepadaku. Sedangkan afiat-Mu lebih luas bagiku. Aku berlindung dengan cahaya muka-Mu yang mulia, yang menyinari langit dan menerangi segala yang gelap. Dan atas-Nyalah teratur segaka urusan dunia dan akhirat. Dari Engkau menimpakan atas diriku kemarahanMu atau dari Engkau turun adzab-Mu. Kepada Engkaulah aku adukan halku sehingga Engkau ridha. Tidak ada daya dan upaya melainkan dengan Engkau.”

Ujian berat yang dihadapi oleh Nabi tidak melunturkan kepercayannya terhadap pertolongan Allah, dari doa diatas bahkan Nabi Muhammad r rela diperlakukan sepertu itu oleh para penduduk Thaif asalkan Allah tidak marah kepada Nabi. Dari kisah ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa selama kita mengandalkan Allah dan menjaga keridhoanNya, pasti pertolongan Allah akan datang. Seperti halnya pertolongan Allah yang mendatangkan Malaikat Jibril untuk menghibur hati Nabi setelah mendapatkan perlakuan kasar dari penduduk tersebut.

Jawaban Allah atas kegelisahan Nabi Muhammad r.

“Rabbmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu” (Q.S. Ad-Dhuha : 3).

Ketika merasa ditinggalkan, dibenci, atau mengalami kesulitan, Allah selalu ada dan tidak meninggalka hambaNya. Ayat ini merupakan sebuah kabar gembira bagi manusia, dimana dalam surah Ad-Dhuha ini Allah berfirman akan selalu bersama hambaNya bahkan Allah meyakinkan hambaNya agar tidak berprasangka buruk terhadap Allah, seperti halnya yang terjadi pada Nabi Muhammad r.

Sebelum surat ini turun, Nabi Muhammad sangat merasa sedih dan putus asa karena wahyu tidak kunjung diberikan selama 6 bulan, selama itu pula Nabi tidak didatangi oleh malaikat Jibril sehingga membuat Nabi merasa bahwa mungkin ada sesuatu yang membuat Allah tidak menurunkan wahyu selama itu. Kesedihan Nabi bertambah saat orang-orang musyrik disekitarnya semakin meragukan Nabi karena sudah tidak mendapatkan wahyu lagi dalam waktu yang lama, serta mengatakan bahwa Allah telah meninggalkan Nabi.

Kesedihan Nabi Muhammad akhirnya terjawab dengan turunnya surat Ad-dhuha, yang berisikan pesan bahwa kapanpun dan dimanapun sejatinya Allah selalu bersama hambaNya dan tidak sedikitpun Allah membenci hambaNya. Melalui kisah ini kita dapat mengetahui bahwa pertolongan Allah akan datang pada hambaNya dan sudah sepatutnya kita tidak meragukan dan berputus asa terhadap rahmat Allah I.

Kisah-kisah diatas hanyalah sebagian kecil dari banyaknya kisah-kisah penggugah jiwa yang memberikan berbagai macam pelajaran berharga bagi kehidupan manusia. Oleh sebab itu kita perlu menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kisah-kisah lainnya dari para Nabi dan sahabat untuk meningkatkan keimanan dan mengambil pelajaran dari kisah-kisah tersebut untuk menghadapi ujian hidup.

Segala macam permasalahan dalam kehidupan merupakan proses yang akan dilewati manusia untuk membentuk pribadi yang lebih kokoh, terlebih jika dalam melewati permasalahan atau ujian tersebut kita selalu mengandalkan Allah dan berserah diri kepadaNya. “Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya.” (QS.al-Furqan: 75). Kelak Allah akan menyediakan tempat yang baik bagi orang-orang yang bersabar atas ujiannya. Bukankah dengan ujian-ujian tersebut kita menjadi orang yang semakin dekat dengan Allah? Karena tidak ada pertolongan dan tempat meminta selain kepadaNya. Ketika kita telah berikhtiar dan bersabar atas segala macam persoalan, maka kita akan menemukan hebatnya pertolongan yang Allah berikan dari jalan yang tidak disangka-sangka.

Teruslah berjalan dan teruslah bersabar. Yakinlah pertolongan Allah ada di ujung sana dan sebentar lagi kamu akan sampai pada kebahagiaan dalam pelukanNya.

Wallahu’alamu bi ash shawab.

 

Mahasiswa Prodi Farmasi

Universitas Islam Indonesia

Siapkah Kita Kembali?

 

إِذَا جَاء نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ -١- وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجاً -٢- فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّاباً -٣-

Artinya : “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhan-mu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat.

(QS. An-Nashr [110] : 1-3)

 

Dalam beberapa bulan yang lalu kita sangat dikejutkan dengan musibah dan ujian yang terjadi di negeri kita tercinta ini. Mulai dari gempa bumi di pulau Lombok, Tsunami di kota Palu dan jatuhnya salah satu pesawat terbang di daerah Karawang yang tidak jauh dari ibu kota negara kita. Suatu bencana atau musibah tidaklah terjadi melainkan ada penyebabnya. Namun hal yang terpenting adalah bukanlah mencari apa penyebab terjadinya musibah yang di alami tersebut, melainkan yang terpenting adalah apa hikmah dan pelajaran yang dapat kita ambil kemudian, apa yang kita siapkan jika musibah dan ujian tersebut terjadi pada diri kita.

Ujian dan Cobaan adalah salah satu cara Allah  untuk mengingatkan manusia bahwasannya Allah  maha kuasa atas segala sesuatu. Ujian dan cobaan merupakan bukti bahwasannya Allah  masih sayang kepada seorang hamba, Allah  tidaklah memberi ujian kepada seorang hamba yang beriman melainkan Allah  merindukan mereka untuk senantiasa mengingat akan kehadirat-Nya. Setiap ujian kepada seorang hamba pasti banyak hikmah dan pelajaran yang dapat kita ambil di dalamnya. Salah satu hikmahnya adalah untuk mengingatkan kita sebagai manusia yang lemah ini bahwasanya kita akan kembali kepada-Nya. Oleh sebab itulah, apa yang harus kita siapkan jika kita diminta untuk kembali kepada-Nya?

Sebelum kita menyiapkan bekal terbaik kita untuk kembali menghadap kepada-Nya, ada beberapa hal yang mesti kita lakukan agar setiap apa yang kita lakukan akan bernilai ibadah di sisi-Nya. Pertama adalah berhijrah. Hijrah merupakan salah satu bentuk kemuliaan seorang hamba, hijrah yang dilandasi karena Allah  dan Rasul-Nya merupakan perkara yang sangat dicintai dan menjadi tolak ukur keimanan seorang hamba. Oleh sebab itulah pentingnya untuk berhijrah ini adalah bukti seorang hamba untuk menyiapkan diri sebagai manusia yang terbaik sebelum kita kembali kepada-Nya.

Kata hijrah berasal dari bahasa Arab, yang berarti meninggalkan, menjauhkan dari dan berpindah dari satu tempat ke tmpat yang lainnya. Kata hijrah sudah tidak asing kita dengarkan, bahkan di era digital nan informasi ini,  fenomena berhijrah sudah sangat mudah kita dapatkan, mulai dari hijrahnya para pengusaha yang dzalim kepada yang mengayomi, hijrahnya seorang preman menjadi seorang ustadz, bahkan yang terbaru-baru ini munculnya gerakan hijrahnya para pembisnis konvensional kepada bisnis yang syariah.

Dalam sejarah, perintah hijrah merupakan perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad  bersama para sahabat dari kota Mekah menuju kota Madinah. Salah satu tujuannya adalah untuk mempertahankan dan menegakkan agama Allah , yang berupa akidah dan syari’at Islam. Namun dalam artian secara umum makna hijrah pada saat ini dapat kita artikan sebagai berpindahnya perbuatan manusia dari yang buruk kepada kebaikan, atau dari sesuatu yang salah dalam syariah menuju kepada kebenaran dan sesuai tuntunan ajaran Islam.

Perintah berhijrah terdapat dalam beberapa ayat dalam Al-Qur’an salah satunya adalah pada surah Al-Baqarah yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan orang yang berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Baqarah [2] : 218).

Dari ayat ini pelajaran penting yang dapat kita ambil adalah anjuran untuk berhijrah dengan mempertahankan akidah yang benar dan segera kembali kepada jalan kebenaran, serta kita berharap dengan berhijrah ini, kita akan mendapatkan ampunan dan rahmat-Nya, sehingga kita diberikan hadiah terbaik berupa syurga.

Dalam sebuah riwayat yang sangat masyhur, dijelaskan kisah seorang pemuda yang berhijrah dari jalan keburukan menuju jalan kebaikan, maka takkala pemuda ini mau meninggalkan perbuatan buruknya dan menuju tempat yang terbaik. Di tengah perjalanan pemuda ini meninggal dunia namun karena pemuda ini lebih dekat kepada tempat yang terbaik, maka Allah  mengampuni dosa-dosanya dan memasukkannya ke dalam syurga-Nya Allah .

Selanjutnya yang dapat kita persiapkan untuk kembali kepada-Nya adalah bertaubat. Bertaubat atau kembali kepada aturan yang telah Allah tetapkan merupakan suatu jalan yang mulia. Makna taubat secara umum dapat kita artikan sadar dan menyesal akan dosa (perbuatan yang salah dan jahat) serta berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatan yang salah tersebut dan berjanji dengan sepenuh hati untuk tidak mngulangi lagi perbuatan yang buruk tersebut.

Bertaubat adalah perkara yang sangat di sukai oleh Allah  dan juga merupakan salah satu perintah-Nya ketika manusia itu melakukan dosa dan kesalahan. Sebagaimana taubatnya nabi Adam ‘Alaihissalam yang diturunkan oleh Allah  ke muka bumi ini. Maka dengan taubatnya yang sungguh-sungguh, kemudian Allah  mengampuni kesalahan-kesalahannya. Orang yang bertaubat adalah mereka yang mendapatkan rahmat Allah , karena dengan taubat ini Allah  masih merindukan hamba-Nya untuk kembali menaati perintah-perintahnya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Begitu juga orang yang bertaubat dan segera menyesali perbuatan buruknya di masa lalu adalah mereka yang senantiasa mendapatkan kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat, sebagaimana halnya nabi Yunus ‘Alaihissalam yang kembali kepada Allah  takkala ia meninggalkan kaumnya yang tak mau mendengarkan nasehat-nasehat dan dakwahnya. Namun Allah  yang senantiasa menyayangi setiap hambanya menerima taubatnya nabi Yunus dan menjadikanya sebagai orang-orang yang mulia di sisi-Nya takkala beliau bertaubat dan menyesali kesalahan-kesalahannya.

Pentingya seorang hamba untuk segera kembali kepada jalan kebenaran dan takwa merupakan bentuk keyakinan kita kepada Allah . Bukankah kehidupan di dunia ini hanyalah sementara, dan kesenangan palsu, dan tempat kembali kita yang sebenarnya adalah di akhirat kelak sebagaimana di sebutkan di salah satu ayat al-Quran yang artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu. (Q.S Al Hadid [57]: 20)

Oleh sebab itulah mari kita bertaubat dan kembali kepada Allah , bertaubat pada jalan kebenaran dan jalan yang di ridhoi oleh Allah .

Hal berikutnya yang menjadi kunci dan senjata seorang muslim untuk kembali kepada-Nya adalah kita senantiasa berdo’a dan memohon kepada Allah  agar di kembalikan pada saat yang terbaik dan tempat yang atau khusnul khotimah, berada di jalan yang benar, jalan yang diridhoi oleh Allah . Sebagaimana doa Umar bin Khatab radhiallahu’anhu yang selalu meminta mati syahid.

Oleh karenanya, doa terbaik yang dapat kita panjatkan adalah doa yang telah Allah  ajarkan dalam al-Qur’an. Do’a mereka adalah “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau Bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau Bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau Pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah Pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.” (QS. al-Baqarah [2] : 286).

Berdoa dan memohon kebaikan adalah sebuah perintah Allah  dan Rasul-Nya, sebagaimana kita selalu dianjurkan beribadah sholat lima waktu yang didalamnya terdapat do’a dan permohonan agar kita  senantiasa diampuni dosa-dosanya. Selain berdo’a kita juga dianjurkan untuk berikhtiar dan mencari lingkungan yang baik serta membawa kebaikan. Hal ini di karenakan mencari lingkungan yang baik, tempat yang baik adalah landasan utama dalam mempersiapkan kita untuk kembali kepada kebenaran dan takwa.

Ingatlah salah satu wasiat  Rasulullah  kepada kita, bahwasannya barang siapa yang berteman dengan seorang pedagang minyak wangi maka ia akan mendapatkan warum wewangian dari sisinya begitu juga dengan orang-orang yang berteman dengan seorang pandai besi maka mereka akan siap menerima asap yang dihasilkan dari kegiatannya. Maka penting bagi kita untuk selalu mencari teman dan lingkungan yang baik sehingga kita dapat menjadi sumber kebaikan bagi diri kita maupun orang lain. Oleh sebab itulah sudah siapkah kita kembali?

 

Romi Padli, SEI., ME

Alumni Magister Studi Islam

Universitas Islam Indonesia

 

 

”Mutiara Hikmah”

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah dzalim terhadap diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni dosa kami dan memberi rahmat kepada kami. Niscaya kami termasuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi” (Q.S Al A’raf [7] : 23)

CIRI-CIRI WALI ALLAH Swt

Bismillâhi walhamdulillâh wash shalâtu was salâmu ‘ala rasûlillâh,
Kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah Swt, belakangan ini fenomena wali mulai menjamur di tengah-tengah kita. Secara etimologi wali adalah lawan dari aduwwu (musuh) dan muwâlah lawan dari muhâdah (permusuhan). Dengan demikian wali-wali Allah Swt adalah orang yang mendekat dan menolong agama Allah Swt, atau orang yang didekati atau orang yang ditolong oleh Allah Swt.
Hampir di setiap kota-kota bahkan pelosok-pelosok negeri kita ini memiliki walinya masing-masing. Hal ini bisa terjadi karena pemahaman sebagian masyarakat bahwa wali Allah Swt itu adalah orang-orang yang memiliki kekhususan-kekhususan yang tidak dimiliki oleh orang biasa pada umumnya. Hal tersebut berupa hal-hal yang ajaib atau aneh bagi akal sehat, yang sering disebut oleh masyarakat sebagai karomah para wali. Sehingga apabila ada seseorang yang memiliki ilmu syar’i begitu luasnya disertai dengan pengamalan-pengamalan yang begitu khusyuknya, namun apabila tidak memilki suatu kekhususan ini, maka orang ini masih tidak bisa dipandang sebagai wali Allah Swt. Sebaliknya, meski seseorang itu tidak memiliki ilmu syar’i sama sekali, bahkan kerap kali melanggar perintah Allah Swt dan meninggalkan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang muslim, akan tetapi dia mampu menunjukkan sesuatu yang ajaib di luar nalar akal sehat manusia, maka orang tersebut bisa dianggap sebagai wali Allah Swt.
Hal ini bisa terjadi karena sejak kecil kaum muslimin di negeri yang kita cintai ini sudah diberi pengajaran yang keliru tentang wali-wali Allah Swt. Terlebih hal ini ditunjang oleh sarana-sarana elektronik semisal telivisi yang mempertontonkan kesaktian wali-wali yang bisa terbang, bisa berjalan di atas air, dan bisa melakukan hal-hal ajaib lainnya. Maka tontonan semacam ini menjadi mindset yang tertanam di setiap pola fikir kaum muslimin hingga dia dewasa bahkan sampai usia senja.
Pemahaman sebagian masyarakat yang seperti demikian sungguh sangat berbahaya bagi aqidah kaum muslimin. Karena tak sedikit kaum muslimin yang takjub dengan hal tersebut dan berusaha untuk mempelajari ilmu kewalian itu. Dikatakan berbahaya bagi aqidah kaum muslimin adalah karena kebanyakan orang-orang yang mengaku sebagai wali ini ternyata mereka bersekutu dengan jin saat melakukan aksi ajaibnya tersebut. Sehingga kaum muslimin yang telah terlanjur takjub dengan keajaiban-keajaiban tersebut sudah tidak lagi mempertimbangkan aspek-aspek kesyirikan yang dapat membatalkan keislamannya tatkala mempelajari ilmu tersebut. Yakni bersekutu dengan jin dalam memohon pertolongan, bantuan, dan lain-lain yang seharusnya hal tersebut hanyalah dihadapkan kepada Allah Swt semata. Padahal hakikatnya karomah para wali Allah Swt itu tidaklah dapat dipelajari. Sebagaimana kata seorang alim yakni Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, bahwa “karomah wali adalah sebuah pemberian dari Allah Swt kepada hamba-hamba-Nya yang shalih tanpa ia bersusah payah darinya. Berbeda dengan seorang yang menggunakan ilmu hasil dari persekutuannya dengan syaitan, maka ia akan bersusah payah untuk melakukannya”.
Adapun ciri-ciri wali Allah yang benar telah Allah Swt kabarkan sendiri dalam kitab-Nya yang mulia, yakni al-Qur’an petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa, juga telah disabdakan oleh Rasulullah ` yang mulia dalam sunnah-sunnahnya yang agung. Sehingga sudah selayaknya dan semestinya kaum muslimin mencoba untuk mempelajari ciri-ciri wali Allah Swt dari 2 sumber petunjuk yang meluruskan ini.
Untuk menjadi wali Allah Swt, seseorang itu haruslah mencintai dan dicintai oleh Allah Swt. Lalu bagaimana cara seseorang itu bisa mendapatkan kecintaan Allah Swt? Di dalam al-Qur’an Allah Swt berfirman yang artinya, “katakanlah (hai Muhammad), jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintaimu…” (Q.S. Ali Imran [3]: 31).
Ayat ini menerangkan bahwasannya syarat pertama seorang itu untuk bisa menjadi walinya Allah Swt adalah ia mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah ` selama hidupnya dengan istiqomah. Karena dengan mengikuti jalan hidup Rasulullah lah cinta Allah Swt dapat ia miliki. Sehingga menjadi mustahil seseorang yang meninggalkan syariat nabi Muhammad Saw dapat memiliki karomah wali Allah Swt. Adapun ciri berikutnya terdapat dalam surat al-Mâidah yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa dari kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai Allah, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, yang bersikap keras kepada orang-orng kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan tidak takut terhadap celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah maha luas (pemberian-Nya) lagi maha mengetahui”. (Q.S. al-Mâidah [5]: 54).
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa orang-orang yang dicintai Allah itu adalah orang-orang yang bersikap lemah lembut sesama kaum mukminin, dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir, bukan sebaliknya, justru dekat dan loyal dengan orang-orang kafir dan keras lagi kasar kepada sesama muslim. Seorang yang bisa mendapat kecintaan Allah juga berjihad di jalan Allah Swt. Bukan seperti pandangan sebagian masyarakat kita yang menganggap jika seseorang itu masih jihad maka dia gugur dikategorikan sebagai wali Allah Swt. Pemahaman ini sungguh jauh dari kebenaran, karena Nabi Muhammad ` dan para sahabat-sahabatnya yang mulia tidak pernah meninggalkan jihad tatkala telah terpenuhi panggilan jihad tersebut, justru pada masa Nabi `,, barangsiapa yang meninggalkan jihad tanpa udzur syar’i, maka dia dikatakan munafik.
Dari ayat tersebut juga dapat diketahui bahwa wali-wali Allah Swt itu adalah orang-orang yang tidak takut dengan celaan orang-orang yang pencela. Selama dia berada dalam syariat Islam yang mulia ini, maka tiada ketakutan dan kesedihan di dalam hatinya.
Kemudian wali-wali Allah itu juga memiliki ciri berikut, yakni disebutkan dalam Qur’an yang mulia yang artinya, “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tiada ketakutan dan tiada pula dia bersedih (hati). (Yaitu) orang-prang yang beriman dan selalu bertaqwa keapada Allah”. (Q.S. Yunus [10]: 62-63). Dari ayat di atas, maka dapat kita pahami bahwa ciri dari wali Allah Swt itu adalah dia tidaklah takut dengan sesuatu yang akan menimpanya dan dia tidaklah bersedih dengan apa-apa yang telah menimpa dirinya, dan dia adalah orang-orang yang selalu menjaga ketaqwaannya dan keimanannya kepada Allah Swt.
Dari ayat-ayat yang telah disebutkan di paragraf sebelumnya, maka dapat kita jumpai dengan terang bahwasanya wali-wali Allah itu adalah orang-orang yang ittiba (mengikuti) Sunnah Rasulullah `, lemah lembut kepada sesama mukmin, namun tegas lagi keras terhadap orang-orang kafir, berjihad di jalan Allah Swt, tidak takut terhadap celaan si pencela, tidak ada rasa takut dan sedih dalam hatinya terhadap segala ketetapan Allah Swt, dan yang selalu menjaga keimanan serta ketaqwaannya kepada Allah Swt.
Wahai kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah Swt, bagaimana mungkin seseorang yang mengaku wali itu bisa meninggalkan shalat, sedangkan Nabi ` dan para sahabat tidak meninggalkannya meski tengah dalam keadaan perang terluka dan berdarah-darah. Bagaimana mungkin seorang wali itu tega meninggalkan syariat Nabi Muhammad `, sedangkan Rasulullah ` selalu memegang syariat Allah  ini sampai akhir hayatnya, bahkan beliau sampai menangis khawatir kalau umat ini sudah tidak lagi memperdulikan hukum-hukum Allah  yang tertuang dalam al-Qur’an yang mulia dan sunnah-sunnahnya yang shahih.
Dengan demikian para wali-wali Allah itu tidaklah melepaskan diri dari syariat Nabi Muhammad `. Bahkan wali-wali Allah Swt itu adalah orang-orang bertaqwa yang sangat memegang teguh syariat Allah dan Rasul-Nya. Sehingga barangsiapa yang mengaku sebagai wali Allah  namun tidaklah memiliki sifat-sifat tersebut, maka dia adalah seorang pendusta. Allahu musta’an

Anas Ahmad Rahman
Mahasiswa MIAI UII

Mutiara Hikmah:
“Jika kalian melihat seseorang berjalan di atas air dan terbang di atas udara, maka janganlah terpedaya olehnya sampai kalian menimbang perkaranya di atas al-Qur’an dan as-Sunnah. (Imam Syafi’i)

MENCEGAH TOLERANSI YANG MELEMAHKAN AQIDAH

Pembaca yang dirahmati Allah, manusia menurut hakikat penciptaannya memiliki dua tugas utama, yaitu sebagai Abdullah (Q.S. adz-Dzariyat [51]: 56), yang bertugas sebagai hamba Allah yang mengabdi kepada-Nya, dan sebagai khalifah (Q.S. al-Baqarah [2]: 30), yaitu sebagai pemimpin dimuka bumi. Terdapat aspek vertical dan horizontal dalam mengemban tugas tersebut. Secara vertikal yaitu hubungan terhadap Allah l, […]

This is a standard post format with preview Picture

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Aenean commodo ligula eget dolor. Aenean massa. Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus.

Donec quam felis, ultricies nec, pellentesque eu, pretium quis, sem. Nulla consequat massa quis enim. Donec pede justo, fringilla vel, aliquet nec, vulputate eget, arcu. In enim justo, rhoncus ut, imperdiet a, venenatis vitae, justo. Nullam dictum felis eu pede mollis pretium. Integer tincidunt. Cras dapibus. Vivamus elementum semper nisi.

Read more

Postformat Gallery: Multiple images with different sizes

Nullam dictum felis eu pede mollis pretium. Integer tincidunt. Cras dapibus. Vivamus elementum semper nisi. Aenean vulputate eleifend tellus. Aenean leo ligula, porttitor eu, consequat vitae, eleifend ac, enim. Aliquam lor

Donec quam felis, ultricies nec, pellentesque eu, pretium quis, sem.

Read more

This is a test

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Aenean commodo ligula eget dolor. Aenean massa. Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus.

Donec quam felis, ultricies nec, pellentesque eu, pretium quis, sem.

Read more

Custom Lightbox!

Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.

Read more