Mengambil Faidah Agung dari Hadist Puasa Ramadhan

Bismillâhi walhamdulillâhi wash-shalâtu wassalâmu ‘alâ rasûlillâh,
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , ia berkata, bahwasannya Rasulullah ﷺ bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (H.R. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).
Dari hadis tersebut, terdapat beberapa mutiara hikmah yang sangat agung yang bisa kita ambil faidahnya.

Pertama, berpuasa di bulan Ramadhan karena iman. Allah ﷻ berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (Q.S. al-Baqarah [2]: 183).

Ayat ini dimulai dengan menyeru orang beriman untuk mengingatkan supaya memasang telinga karena akan disebut suatu beban hukum. Hukum yang dimaksudkan dalam ayat tersebut ditunjukkan pada orang mukmin secara khusus. “Kutiba ‘alaikum” dalam ayat tersebut menunjukkan akan wajibnya puasa Ramadhan [1].

Iman disebutkan dalam hadits ini memiliki makna yang luar biasa bagi ibadah puasa yang kita lakukan. Iman menjadi kunci utama agar semua ibadah yang kita lakukan diterima oleh Allah ﷻ. Iman adalah pembenaran dengan hati, perkataan dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota tubuh [2].

Amal perbuatan merupakan bagian dari iman. Orang yang tidak beriman (kafir) tidak diterima amal kebaikan yang mereka lakukan karena tidak memenuhi dua syarat diterimanya amalan yaitu, (1) Semata-mata ikhlas kepada Allah ﷻ. Syarat ini adalah realisasi dari makna syahadat “Tidak ada sesembahan yang disembah selain Allah”. (2) Mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ. Syarat ini adalah realisasi makna syahadat “Bahwa Muhammad adalah utusan Allah”. Orang kafir tidak memenuhi dua syarat tersebut sehingga amalan mereka bathil dan tertolak [3].

Jangan sampai kita terjerumus dalam hal-hal yang dapat merusak bahkan membatalkan keimanan sehingga ibadah puasa dan ibadah kita yang lainnya menjadi sia-sia. Hal ini menjadi penting karena di negeri yang kita
cintai ini sudah ada yang berani menyampaikan hal-hal yang dapat mengeluarkan seseorang dari keimanan seperti meyakini bahwa “semua agama itu sama dan masuk surga”. Meyakini hal tersebut adalah kekufuran yang dapat membatalkan keislaman seseorang. Seorang muslim yang tidak menghukumi kafir orang-orang Yahudi, Nasrani, para penyembah berhala, dan dari kalangan orang-orang musyrik lainnya, atau ragu akan kekafiran mereka atau membenarkan mazhab mereka, maka ia kafir karena telah menafikan, menentang, dan mendustakan hukum dalam kitab-Nya [4].

Allah ﷻ menghukumi kafir bagi orang-orang Yahudi, Nasrani, para penyembah berhala, dan dari kalangan orang-orang musyrik lainnya sebagaimana dalam firman-Nya, “Sesungguhnya orang-orang kafir yakni
ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya…” (Q.S. al-Bayyinah [98]:6). Jagalah diri dan keluarga kita dari hal-hal yang dapat merusak dan membatalkan keimanan, karena Allah ﷻ berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (Q.S. AtTahrim [66]: 6).

Kedua, mengharap pahala dari Allah ﷻ. Ini termasuk dalam raja’ (berharap). Ketahuilah bahwa raja’ yang terpuji itu hanya dimiliki oleh orang yang melakukan ketaatan kepada Allah c dan selalu mengharap pahala dari-Nya, atau hanya dimiliki oleh orang yang bertaubat dari kemaksiatan kepada Allah ﷻ dan mengharap taubatnya diterima oleh-Nya [5].

Ketiga, diampuni dosanya yang telah berlalu. Ini adalah bentuk kemurahan Allah ﷻ terhadap orang-orang yang beriman dengan melakukan puasa Ramadhan dan mengharap pahala dari Allah ﷻ, maka diampuni dosa-dosa kita yang telah berlalu. Namun, An-Nawawi di dalam al-Minhaj mengatakan bahwa pendapat yang populer di kalangan ulama ahli fikih  menyatakan bahwa dosa yang dimaksud dalam hadits ini adalah dosa-dosa kecil bukan dosa-dosa besar. Lalu bagaimana dengan dosa-dosa besar? Apakah bisa diampuni? Tentu saja bisa, karena semua hari di bulan Ramadhan dipenuhi rahmat, ampunan, dan pembebasan. Salah satu riwayat lemah yang tersebar luas di masyarakat adalah, “Awal bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, dan akhirnya adalah
pembebasan dari neraka.” Padahal di setiap hari pada bulan Ramadhan pintu-pintu rahmat akan dibuka dan di setiap malam Allah akan membebaskan orang-orang dari neraka. Maka, di sepanjang bulan Ramadhan akan dipenuhi rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka, tidak terbatas pada beberapa fase [6].

Rasulullah ﷺ bersabda, “Pada awal malam bulan Ramadhan, setansetan dan jin-jin jahat dibelenggu, pintu
neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang dibuka. Pintu surga dibuka, tidak ada satu pintu pun yang ditutup. Kemudian Allah menyeru: ‘wahai  penggemar kebaikan, rauplah sebanyak mungkin, wahai penggemar
keburukan, tahanlah dirimu’. Allah pun memberikan pembebasan dari neraka bagi hamba-Nya. Dan itu terjadi setiap malam.” (HR. Tirmidzi).

Selain bersungguh-sungguh menjalankan puasa dan giat melakukan ibadah lainnya, manfaatkan juga waktu pada bulan Ramadhan ini untuk memohon ampunan kepada Allah ﷻ agar semua dosa baik dosa besar maupun dosa kecil yang telah kita lakukan diampuni oleh Allah ﷻ. Setiap manusia tidak terlepas dari kesalahan-kesalahan, pelanggaran-pelanggaran, danberbagai kemaksiatan. Akan tetapi, apabila dia senantiasa berbaik sangka kepada Allah ﷻ, diiringi dengan taubat dan tidak merasa putus asa dari rahmat-Nya kemudian senantiasa beristighfar dan memohon ampunan kepada-Nya, Maka Allah ﷻ akan mengampuni semua dosanya [7]. Allah ﷻ berfirman, “Katakanlah: Wahai para hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diridiri mereka, janganlah kalian merasa putus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah itu mengampuni semua dosa-dosa.” (Q.S. az-Zumar [39]: 53).

Semoga dengan mengamalkan hadis ini dosa-dosa kita yang telah berlalu diampuni oleh Allah ﷻ dan menjadi orang yang bertakwa sebagaimana dalam firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.(Q.S. al-Baqarah [2]: 183).

Marâji’

[1]. Muhammad Abduh Tuasikal. Untaian Faedah dari Ayat Puasa. Gunung Kidul: Rumaysho. 2020 M.Cet.k-1. hal. 9-10.
[2]. ‘Abdul ‘Aziz bin Fathil bin as-Sayyid ‘Aid Nada. al-Itmam Bisyarhi al-‘Aqidah ash-Shahihah wa
Nawaqid al-Islam, alih bahasa Ronny Mahmuddin. Syarah Aqidah ash-Shahihah. Jakarta: Pustaka
as-Sunnah. 2011 M. Cet.k-1. hal. 179
[3]. Ibid. 19.
[4]. Ibid. 294-295
[5]. Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin. Syarh al-Ushul ats-Tsalatsah. alih bahasa Nur Rahman.
Syarah Ushul Tsalatsah (Mengenal Allah, Rasul dan Dienul Islam). Surakarta: Insan Kamil Solo.
2018 M. Cet.k-1. hal. 112.
[6]. Muhammad Shalih al-Munajjid. Alih bahasa Tim Belajar Tauhid. Buku Pintar Ramadhan Kumpulan Twit Seputar Ramadhan Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid. Yogyakarta: Pustaka Muslim. hal. 20.
[7]. Shalih bin Fauzan bin Abdillah al-Fauzan. Al-Minhatu ar-Rabbaniyah fi Syarhi al-Arba’in anNawawiyah. Alih bahasa Abu Abdillah al-Watesi. Syarah Arba’in an-Nawawiyah Mendulang Faedah Ilmiyah dari Lautan Sunnah Nabawiyah. Yogyakarta: Pustaka al-Haura’. 1433 H. Cet.k-1. hal. 590.

Penyusun :

Hendi Oktohiba
Alumni FIAI UII

 

Mutiara Hikmah:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda,

ثَلاثَةٌ لا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Tiga orang yang do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizalimi.” (H.R. Ahmad 2: 305. Syaikh Syu’aib al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Download Buletin klik disini

Penggunaan Obat Ketika Berpuasa

Bismillâhi walhamdulillâhi wash-shalâtu wassalâmu ‘alâ rasûlillâh,

Allah ﷻ memberikan kesempatan untuk berpuasa pada bulan Ramadhan merupakan  kenikmatan terbesar bagi orang mukmin. Namun, tak sedikit orang yang bertemu bulan Ramadhan dalam kondisi sakit. Berdasarkan kemampuan fisik seseorang untuk berpuasa maka ada 2 macam kondisi sakit seseorang yakni a) tidak bisa berpuasa karena kondisi sakitnya misalnya tipus, pasca operasi, diare-muntaber, dan semisalnya; b) seseorang yang mampu berpuasa dalam kondisi sakit namun dengan menjalani pengobatan misalnya asma, diabetes, hipertensi, asam urat, infeksi atau luka kulit, dan semisalnya.

Kondisi seseorang yang mampu berpuasa dalam kondisi sakit namun dengan menjalani pengobatan itulah yang menyebabkan sebagian muslimin butuh akan ilmu tentang hukum dan panduan berobat ketika berpuasa. Oleh karena itu simaklah penjelasan berikut ini,

 

Hukum Berpuasa bagi Orang Sakit

Orang tidak diwajibkan atasnya puasa ialah orang yang sakit dan dalam perjalanan (musafir), sebagaimana Allah ﷻ berfirman bahwasanya “… Dan barangsiapa diantara kalian yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. …” (Q.S. al-Baqarah [2]: 184).

Orang sakit yang tidak diwajibkan puasa pada ayat diatas ialah orang dengan sakit parah  yang apabila ia berpuasa akan memperparah kondisinya atau memperlama kesembuhannya. Pada pembahasan fikih, kewajiban puasa pada orang yang sakit ada dua macam yakni sakit yang tidak dapat diharapkan kesembuhannya atau lemahnya kondisi untuk berpuasa yang terus-menerus maka bagi mereka tidak wajib puasa qadha namun menggantinya dengan fidyah; adapun orang sakit yang dapat diharapkan kesembuhannya, maka baginya wajib qadha pada hari lain[1],[2].

Pada pembahasan kali ini, penulis hanya akan merangkum hukum penggunaan sediaan obat pada orang sakit yang mampu berpuasa. Yuk kita simak penjelasanya,

 Sediaan Obat dan Hukum Menggunakannya

Hukum menggunakan sediaan obat saat berpuasa mengikuti keumuman dalil yakni tidak diperbolehkan makan dan minum saat berpuasa, karena hal tersebut termasuk pembatal puasa [1]. Sebagaimana firman Allah ﷻ, “Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam , yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam” (Q.S. al-Baqarah [2]: 187).

Secara umum  sediaan obat terbagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan cara menggunakannya, yakni:

  1. Sediaan oral 

Sediaan obat yang dikonsumsi melalui saluran cerna dan sampai lambung. Misalnya tablet, kapsul, sirup, atau puyer/serbuk. Konsumsi obat sediaan oral pada saat berpuasa maka membatalkan puasanya karena sediaan obat ini sampai pada lambung dan diserupakan dengan makan atau minum sebagaimana dalil diatas.

Apabila anda ingin tetap berpuasa, maka penulis menyarankan yakni; pertama, konsultasikan pada dokter akan keinginan untuk tetap berpuasa. Kedua, anda dapat menyiasati penggunaan sediaan oral dengan jadwal sebagai berikut:

  1. Obat 1x dalam sehari dapat diminum antara waktu berbuka sampai sahur.
  2. Obat 2x dalam sehari dapat diminum saat anda berbuka dan saat sahur.
  3. Obat 3x dalam sehari dapat diminum segera setelah berbuka (±18.00 WIB), kedua pada pukul 23.00 WIB dan ketiga saat anda sahur ±04.00 WIB.
  4. Obat 4x dalam sehari dapat diminum segera setelah berbuka (±18.00 WIB), kedua pada pukul 22.00 WIB, ketiga pada pukul 01.00 WIB dan keempat saat anda sahur ±04.00 WIB.

Adapun obat yang dianjurkan diminum setelah makan, maka dapat anda siasati dengan berbuka terlebih dahulu menggunakan makanan atau minuman, kemudian setelah 5-10 menit anda minum obat.

  1. Sediaan Topikal 

Sediaan topikal ialah obat yang diaplikasikan pada permukaan luar tubuh, misalnya salep, krim, gel, param luka, atau sediaan transdermal. Sediaan topikal diaplikasikan pada kulit baik pada muka, kulit kepala, kulit tangan dan semisalnya. Para ulama berpendapat bahwa sediaan obat ini tidak dapat membatalkan puasa karena tidak dapat diserupakan dengan makan dan minum.

  1. Sediaan Inhaler dan Obat Tetes

Inhaler mengandung cairan obat yang disemprotkan menjadi partikel kecil dan diaplikasikan dengan dihirup melalui saluran nafas yang ditujukan untuk area paru-paru, misalnya inhaler untuk asma, dan inhaler untuk hidung tersumbat. Sedangkan obat tetes ialah obat yang diteteskan pada area tertentu misalnya mata, hidung atau telinga. Obat tetes umumnya diaplikasikan sebanyak 2-3 tetes.

Obat tetes yang diaplikasikan pada telinga dan mata tidak membatalkan puasa. Adapun sediaan inhaler dan tetes hidung maka para ulama berselisih pendapat karena adanya kemungkinan masuknya kedalam lambung.

Pendapat terkuat dalam hal ini ialah sediaan inhaler dan tetes hidung tidak membatalkan puasa[3], hal ini berdasarkan pada:

  1. Sediaan tersebut tidak dapat dianalogikan dengan makan dan minum, baik ditinjau dari bahasa maupun urf’, serta obat ditujukan pada  paru-paru, bukan lambung.
  2. Zat yang sampai kedalam perut sangatlah sedikit, itupun bukanlah makanan atau minuman yang menguatkan atau mengenyangkan. Adapun hadits “Masukkanlah air dengan benar-benar kecuali jika dalam keadaan berpuasa.” (H.R. Abu Daud no. 2366). Berkumur-kumur dan menghirup sedikit air ketika berwudhu diperbolehkan saat puasa namun tidak berlebihan. Begitu pula dengan siwak yang sering dilakukan oleh Nabi ﷺ saat puasa, padahal didalam siwak terdapat banyak sekali kandungan zat yang akan terlarut dalam air liur dan memungkinkan tertelan[4].

 

  1. Sediaan Obat Injeksi 

Sediaan injeksi diaplikasikan dengan memasukkan zat kedalam bagian tubuh (bawah kulit, otot, atau jaringan lemak) atau pembuluh darah. Semua jenis injeksi obat yang diaplikasikan pada area bawah kulit, otot, atau jaringan lemak tidaklah membatalkan puasa dan tidak terdapat khilaf dalam hal ini.

Adapun injeksi pada pembuluh darah umumnya adalah zat dextrose, NaCl 0.9%, glucose, dan semisalnya sebagai pengganti makanan dan minuman. Penggunaan injeksi tersebut membatalkan puasa karena dekatnya dengan aktivitas makan dan minum, dan diantara para ulama yang berpendapat demikian adalah Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz, dan Syaikh Muhammad bin Sholih al-‘Utsaimin[5] [5].

Demikianlah sedikit pemaparan terkait penggunaan sediaan obat saat berpuasa, semoga menjadi hal yang bermanfaat dan bagi mereka yang sedang sakit menjadi penggugur dosanya dan diberikan kesembuhan atas penyakitnya.

 

Marâji’:

[1] Syaikh sholih Abdul aziz Ats-tsaighy. Al-fiqh-ul Muyassar fii Dhou-il Kitabi wa Sunnati. Beirut-libanon. Daar Nuurussunnah. 2017. Cetakan pertama. Hal. 154-155

[2] Syaikh Sholih ibn Fauzan ibn Abdl Fauzan. Al-mulakhos Al-fiqhy. Riyadh-Arab Saudi. Daar Ibnu Aljauzi. 2013. Cetakan kelima. Hal. 301

[3] Raehanul Bahraen.  Tetes Hidung dan Semprot Hidung Tidak Membatalkan Puasa. 2015. Muslim Afiyah. Dikutip dari laman: https://muslimafiyah.com/tetes-hidung-dan-semprot-hidung-tidak-membatalkan-puasa.html#_ftn1. Terakhir diakses pada 18 April 2021.

[4] Muhammad Abdul Tuasikal. Pembatal Puasa Kontemporer (4), Menggunakan Inhaler dan Obat Tetes pada Hidung. Rumaysho.Com. . Dikutip dari laman: https://rumaysho.com/2553-pembatal-puasa-kontemporer-4-menggunakan-inhaler-dan-obat-tetes-pada-hidung.html. Terakhir diakses pada 18 April 2021.

[5] Muhammad Abdul Tuasikal. Pembatal Puasa Kontemporer (8), Suntik Pengobatan. 2013. Dikutip dari laman: https://rumaysho.com/3410-pembatal-puasa-kontemporer-8-suntik-pengobatan.html. Terakhir diakses pada 18 April 2021.

 

Penyusun:

Rizki Awaludin, S.Farm., M.Biomed

Alumni FMIPA UII & Dosen UNIDA Gontor

 

Mutiara Hikmah

 Nabi ﷺ bersabda:

إِذَا أَصْبَحَ أَحَدُكُمْ يَوْمًا صَائِمًا فَلا يَرْفُثْ ، وَلا يَجْهَلْ ، فَإِنْ امْرُؤٌ شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ

“Barangsiapa salah satu di antara kalian di pagi hari dalam kondisi berpuasa, maka jangan berkata jorok dan jangan bersikap bodoh. Kalau ada seseorang yang menghardiknya atau menghinanya maka katakan kepadanya, sesungguhnya saya sedang puasa, sesungguhnya saya sedang puasa.”

(H.R. Bukhari, no. 1894 dan  Muslim, no. 1151)

 

Download Buletin klik disini

Lakukan 5 Hal Dalam Menyambut Ramadhan

Bismillâhi walhamdulillâhi wash-shalâtu wassalâmu ‘alâ rasûlillâh,

Tidak terasa sebentar lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan yang penuh keistimewaan. Diantara keistimewaannya adalah dimana bulan diturunkannya al-Qur’an didalamnya dan dibulan tersebut amal ibadah kita akan dilipat gandakan oleh Allah ﷻ. Oleh karenanya kita harus menyambut bulan yang mulia ini dengan persiapan yang serius agar ibadah kita nantinya menjadi pahala yang berlipat ganda. Umat Islam berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, salah satunya dengan memberi orang lain makanan berbuka puasa dan juga berbagi makanan ketika sahur on the road. Namun sebagian yang lain hanya menyiapkan hal-hal yang bersifat materi seperti membeli pakaian baru. Terkadang kita melupakan bahwa menyambut Ramadhan tidak hanya meyiapkan hal-hal materi, akan tetapi persiapan secara batin dan jiwa yang bersih. Agar ibadah kita di bulan Ramadhan tidak sia-sia, maka lakukanlah 5 hal berikut ini dalam menyambut Ramadhan,

  1. Perbaiki Hubungan Dengan Allah dengan Bertaubat

Memperbaiki hubungan dengan Allah ﷻ yaitu dengan sebenar-benarnya taubat. Dalam keseharian kita sebagai manusia tentu tidak luput dengan yang namanya kesalahan dan dosa. Dengan bertaubat, hati kita akan lebih siap untuk menyambut bulan suci Ramadhan.

Syarat diterimanya taubat ialah a) Harus menghentikan maksiat. b) Harus menyesal atas perbuatan yang telah dilakukannya. c) Niat bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan itu kembali. Apabila dosa itu ada hubungannya dengan hak manusia maka taubatnya ditambah dengan syarat keempat. d) Menyelesaikan urusan dengan orang yang berhak dengan minta maaf atas kesalahannya atau mengembalikan yang harus dikembalikannya.[1]

Bertaubatlah agar menjadi orang yang beruntung sebagaimana Allah ﷻ berfirman, “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. an-Nûr [24]: 31)

  1. Memperbaiki Hubungan Baik Bersama Saudara Atau Keluarga

Banyak diantara kita memperbaiki hubungan dengan saudara atau keluarga Ketika momen hari raya, namun hendaknya dilakukan sebelum masuknya Ramadhan. Karena tidak harus menunggu hari raya kita bermaaf-maaafan. Ketika kita sudah saling memaafkan sebelum Ramadhan, kita melaksanakan ibadah jauh lebih tenang karena tidak ada pikiran yang mengganggu ibadah kita. Dan selain ibadah kita semakin tenang, keharmonisan dalam kekeluargaan akan bertambah. Sebagaimana Allah ﷻ berfirman, “Bertakwalah kepada Allah dan perbaiki hubungan diantara kalian”. (QS. al-Anfal [8]: 1)

  1. Bekali Diri Dengan Pengetahuan Fiqih Tentang Puasa

Berilmu sebelum berkata dan beramal. Ilmu merupakan syarat diterimanya amal yaitu mutaba’ah. Mutaba’ah ialah amal tersebut benar-benar sesuai dengan syariat. Itulah perlu dalam menyambut Ramadhan dibekali ilmu seputar fiqih puasa, shalat tarawih, zakat, dan ibadah lainnya.

Ilmu yang kita pelajari mengenai kewajiban yang harus dilakukan dan larangan yang harus ditinggalkan selama berpuasa di bulan Ramadhan.[2]  Selain itu, tambah dengan ilmu mengenai amalan-amalan utama di bulan Ramadhan dan ilmu mengenai zakat serta aktivitas seoang muslim menjelang idul fitri atau saat idul fitri.

Belajar ilmu mengenai fiqih puasa bisa dimana saja dan kapan saja. Jika kita tidak mengetahuinya maka langsung bertanya kepada orang berilmu. Allah ﷻ berfirman,Maka bertanyalah pada orang-orang yang berilmu jika kalian tidak mengetahui.” (Q.S. al-Anbiya [21]: 21).

  1. Mempersiapkan Fisik dan Mental

Persiapan secara fisik yaitu dengan menjaga kesehatan. Fisik yang sehat dan kuat di bulan Ramadhan sangatlah penting karena kita menahan lapar dan dahaga mulai dari terbitnya fajar sampai waktu maghrib. Jika badan kita sakit maka puasa yang kita jalankan bakal terasa berat dan terganggu. Karena itu, Kesehatan merupakan modal utama untuk ibadah di bulan Ramadhan. Badan yang sehat membuat kita melakukan ibadah dengan baik dan optimal.

Selain persiapan fisik, kita juga mempersiapkan jiwa dan mental dengan cara membiasakan diri melakukan ibadah sunah seperti shalat sunah dan banyak membaca al Qur’an dalam menyambut Ramadhan, agar ketika bulan Ramadhan tiba kita sudah terbiasa melakukan ibadah tersebut sehingga kita merasa lebih mudah dalam menjalankannya.

  1. Siapkan Uang Untuk Sedekah di bulan Ramadhan

Di bulan Ramadhan amal ibadah kita dilipat gandakan, tentu kita perlu mengalokasikan uang kita untuk memperbanyak sedekah, infaq dan memberi bukaan kepada orang lain. Momen Ramadhan sangat cocok memberi makanan kepada orang lain, misalnya kita bisa memberi makanan ke masjid yang menyelenggarakan buka bersama. Dengan kita melakukan hal tersebut pahala kita sama dengan orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang tersebut. Sebagaimana hadits Nabi berikut ini:

Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5: 192. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa bagi orang yang memberi makan orang yang berpuasa akan mendapatkan pahala yag sama dengan orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang berpuasa tersebut. Semaki banyak kita memberi makan orang yang berpuasa semakin banyak pahala yang kita dapatkan.

Penutup

Demikian 5 hal yang perlu dipersiapkan seorang Muslim dalam menyambut Ramadhan. Sehingga kita mendapatkan keutamaan Ramadhan yang dijanjikan Allah ﷻ. Semoga kita yang menjalankan ibadah puasa menjadikan kita jadi insan yang bertaqwa, sebagaimana tujuan berpuasa agar menjadikan kita lebih bertaqwa kepada Allah ﷻ. Marilah kita sambut bulan Ramadhan yang sudah di depan mata dengan gembira dan senang hati. Dan marilah kita mempersiapkan diri untuk beribadah dengan optimal di bulan Ramadhan ini. Dengan harapan dan berdoa kepada Allah ﷻ  semoga ibadah kita selama ini dan di bulan Ramadhan nanti diterima. dan dapat meraih berbagai keutamaannya.

Penyusun:

Handal Pratama Putra

Magister Ilmu Agama Islam,

Konsentrasi Pendidikan Islam, UII 2021

 

Marâji’

[1] Muhammad Fadholi, Keutamaan Budi Dalam Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, tt, hal. 387.

[2] Muhammad Abduh Tuasikal. Panduan Ramadhan Bekal Meraih Ramadhan Penuh Berkah. Yogyakarta: Pustaka Muslim, 2014. hal. 6.

 

Mutiara Hikmah

Memperbanyak Doa

اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً

“Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.” (Lathaif Al-Ma’arif, hal. 264)

Download Buletin klik disini

Bekal Ramadhan

Bismillâhi walhamdulillâhi wash-shalâtu wassalâmu ‘alâ rasûlillâh,

Saudaraku yang berbahagia, semoga Allah ﷻ  senantiasa merahmati kita, marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allâh ﷻ dan hendaklah senantiasa ingat, bahwa sebagai seorang muslim kita diwajibkan untuk senantiasa beribadah kepada Allâh ﷻ . Allâh ﷻ berfirman, “Dan beribadahlah kepada Rabbmu sampai datang kematian kepadamu.” (Q.S. al-Hijr [15]: 99) .

Ramadhan sudah tinggal beberapa hari lagi, sudah saatnya kita mempersiapkan bekal untuk menyambut Ramadhan mubarak dengan bekal terbaik. Sudah siapkah bekal Ramadhan kita? Mari kita persiapkan bekal kita tentang apa saja yang harus dipersiapkan dalam menyembut Ramadhan, agar amal shalih yang kita lakukan dibulan tersebut bernilai tinggi disisi Allâh ﷻ.

Bergembiralah dengan Datangnya Ramadhan

Bergembiralah dengan datangnya bulan Ramadhan karena sahabat yang mulia Abu Hurairah radhiyallahu’anhu pernah bercerita. Ketika datang bulan Ramadhan, Rasulullah  ﷺ memberi kabar gembira kepada para sahabat akan datangnya bulan Ramadhan. Beliau bersabda, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa. Di bulan ini, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan diikat; di sana terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa terhalangi untuk mendapat kebaikannya, berarti dia telah terhalangi untuk mendapatkan kebaikan.” (H.R. Ahmad dalam Al-Musnad (2/385). Dinilai shahih oleh al-Arna’uth dalam Takhrijul Musnad no.8991)

Sekali lagi, bergembiralah dengan datangnya bulan Ramadhan dan harus lebih bersamangat lagi dalam beramal shalih karena amal kebaikan akan dilipatgandakan dengan kelipatan tujuh ratus kali lipat. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda, “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)

Ibnu Rajab al-Hambali mengatakan, “Sebagaimana pahala amalan puasa akan berlipat-lipat dibanding amalan lainnya, maka puasa di bulan Ramadhan lebih berlipat pahalanya dibanding puasa di bulan lainnya. Ini semua bisa terjadi karena mulianya bulan Ramadhan dan puasa yang dilakukan adalah puasa yang diwajibkan oleh Allah pada hamba-Nya. Allah pun menjadikan puasa di bulan Ramadhan sebagai bagian dari rukun Islam, tiang penegak Islam.” (Lathaif Al-Ma’arif, hal. 271)[1]

 

Bekal Menyambut Ramadhan

Ada banyak bekal dalam menyambut bulan Ramadhan, berikut beberapa bekal dalam menyambut bulan Ramadhan mubarak: [2]

  1. Ilmu tentang Ramadhan

Ilmu merupakan bekal utama dalam menyambut bulan Ramadhan. Ilmu apa saja yang mesti disiapkan sebelum puasa? Yang utama adalah ilmu yang membuat puasa kita sah, mulai dari, 1) Makna puasa, 2) Hukum puasa Ramadhan, 3) Keutamaan puasa, 4) Hikmah disyariatkannya puasa, 5) Rukun puasa, 6) Awal dan akhir bulan Ramadhan (bulan puasa) 7) Rentang waktu puasa, 8) Syarat sah puasa, 9) Sunnah-sunnah ketika puasa, 10) Orang-orang yang dibolehkan tidak berpuasa, 11) Pembatal-pembatal puasa, 12) Yang bukan merupakan pembatal puasa sehingga dibolehkan melakukannya, 13) Yang dimakruhkan ketika puasa, 14) Beberapa kesalah-pahaman dalam ibadah puasa. Lalu dilengkapi dengan ilmu tentang zakat, idul fitri dan amalan sunnah yang menyertainya. Semoga dengan mempelajarinya, bulan Ramadhan kita menjadi lebih berkah

Imam Bukhari  membuat bab dalam kitabnya, “Bab ‘Ilmu Sebelum Berkata dan Beramal’, dalilnya adalah firman Allah ﷻ, ‘Maka ketahuilah (berilmulah), bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu’.” (QS. Muhammad [47]: 19). Dalam ayat ini, Allah ﷻ memulai dengan berilmu lalu beramal.[3]

Dengan ilmu, orang memiliki panduan untuk bisa beramal dengan benar. Mu’adz bin Jabal a berkata,  “Ilmu adalah pemimpin amal, dan amal adalah pengikut ilmu” (al-Amru bil Ma’ruf wan nahyu anil munkar karya Ibnu Taimiyyah hal.15)

Umar bin Abdil Aziz berkata, “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka ia lebih banyak merusak dibandingkan memperbaiki” (Majmu’ Fataawa Ibn Taimiyyah: 2/383).

  1. Memperbanyak doa

Doa merupakan amalan utama  dalam setiap hajat seorang hamba kepada Rabbnya. Kita tidak akan mampu beribadah, tanpa pertolongan dari-Nya. Berdoalah kepada Allah ﷻ, agar Allah ﷻ mempertemukan kita dengan Ramadhan, dalam kondisi sehat jasmani rohani. Sehingga bisa maksimal dalam beribadah ketika Ramadhan. Perbanyaklah berdoa sebelum dan saat bulan Ramadhan agar Allah ﷻ memberikan kemudahan untuk mendapatkan kebaikan di bulan Ramadhan yang penuh berkah.

Diantara doa yang bisa dipanjatkan  adalah yang diriwayatkan oleh Yahya bin Abi Katsir –seorang ulama tabi’in–, bahwa sebagian sahabat ketika mendekati datangnya Ramadhan mereka berdoa, “Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.” (Lathaif Al-Ma’arif, hal. 264)[4]

  1. Membiasakan diri dengan kebaikan

Sesuatu yang dilakukan dengan mendadak, biasanya hasilnya tidak masksimal. Karena manusia jadi baik, tidak bisa dilakukan secara instan. Semuanya butuh proses. Rasulullah ﷺ mengingatkan, “Siapa yang melatih diri menjaga kehormatan maka Allah akan jaga kehormatannya, siapa yang melatih diri untuk bersabar, Allah jadikan dia penyabar. Dan siapa yang merasa cukup, Allah akan memberikan kecukupan.” (H.R. Bukhari, Abu Daud, dan yang lainnya)

Umumnya, ketika kita memasuki Ramadhan, ada 3 amalan besar yang akan dirutinkan masyarakat, 1) Berpuasa di siang hari, 2) Qiyam Ramadhan (tarawih), dan 3) Membaca al-Quran (tadarusan), amalan ini butuh kesabaran[5] jadi harus dibiasakan agar terbiasa.

  1. Tekad untuk menjadikan Ramadhan kesempatan untuk berubah

Kita harus punya target. Ramadhan tahun ini harus mengubah diri kita menjadi lebih baik. Allah memberikan banyak kemudahan bagi hamba-Nya untuk beribadah selama Ramadhan. Dalam hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda, “Ketika datang Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. (H.R. Muslim)

Pintu surga dibuka, artinya peluang besar bagi anda yang melakukan ketaatan, untuk diterima amalnya dan mengantarkannya ke dalam surga. Pintu neraka ditutup, artinya kita berharap semoga kemaksiatan yang kita lakukan, segera diampuni dan tidak mengantarkan kita ke neraka. Setan-setan dibelenggu, sehingga tidak mudah baginya untuk menggoda manusia. tidak sebagaimana ketika dia dalam kondisi lepas. Artinya, itu kesempatan terbesar bagi kita untuk berubah. Target ramadhan tahun ini menjadi lebih berkualitas. Jika sebelumnya hanya membaca setengah juz, targetkan agar yang dibaca lebih banyak.[6]

 

Penyusun:

Aisyah Qosim

Penghuni Griya Muslimah Istiqomah Bonjotan

 

Marâji’:

[1] Lathaif Al-Ma’arif. Cetakan pertama, tahun 1428 H. Ibnu Rajab Al-Hambali. Penerbit Al-Maktab Al-Islami.

[2] https://konsultasisyariah.com/27889-kultum-persiapan-menjelang-ramadhan.html

[3] https://rumaysho.com/18246-tsalatsatul-ushul-ilmu-sebelum-berkata-dan-beramal.html

[4] https://konsultasisyariah.com/27889-kultum-persiapan-menjelang-ramadhan.html

[5] Ibid

[6] Ibid

 

Mutiara Hikmah

 

اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً

“Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.” (Lathaif Al-Ma’arif, hal. 264)

Download Buletin klik disini

Amanah Orang Tua Tak Kunjung Selesai?

Bismillâh walhamdulillâh washalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh,

Tentang Rezeki

Allah ﷻ telah menetapkan rezeki pada setiap makhluk-Nya. Ada yang rezekinya didekatkan dengan jodohnya, ada yang rezekinya dimudahkan dalam menuntut ilmu, ada yang rezekinya diberi jalan untuk berkarir dan bekerja, ada yang rezekinya dicerahkan untuk berkarya, ada yang rezekinya punya uang banyak, ada yang rezekinya punya waktu luang, ada yang rezekinya punya energi penuh, sehat utuh. Diantara bentuk rezeki yang lainnya adalah menyelesaikan amanah orang tua dalam tugas belajar kuliah, seperti menyelesaikan skripsi dan wisuda.

Jika kita mengukur rezeki dengan apa yang sudah didapatkan orang lain kita akan selalu merasa tertinggal dan berada di bawah, padahal disaat yang sama ada orang lain yang berharap memiliki hidup seperti yang kita miliki saaat ini. Rezeki bukan hanya tentang harta saja, selama ini manusia memahami rezeki hanya uang dan harta saja, padahal tidak demikian. Syaikh Shalih al-Fauzan Menjelaskan, “Rezeki adalah semua (apa-apa) yang bermanfaat (dimanfaatkan) oleh makhluk (yang diberi rezeki).” (Hushulul Ma’mul hal. 31) 

Sesuatu yang Belum

Sesuatu yang belum terjadi itu tidak selalu sebagai cobaan apalagi musibah. Nabi Muhammad ﷺ belum diterima dakwahnya di Thaif. Hal ini ada hikmah yang tidak diketahui oleh manusia. Allah tunda dakwah Nabi Muhammad ﷺ untuk diterima di Thaif karena sebuah alasan yang menakjubkan, kelak para pejuang-pejuang Islam yang tangguh lahir dari tanah ini. Terdapat banyak hal di dunia ini yang tidak bisa kita pahami saat itu juga, namun hal yang harus selalu kita ingat adalah tidaklah Allah ﷻ menimpakan suatu hal kepada hamba kecuali itu pasti yang terbaik baginya.

Dari Shuhaib Radhiyallahu’anhu, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (H.R. Muslim, no. 2999)

Tertinggal itu bukan musibah, yang musibah adalah kita jika tidak bisa bersyukur. Kehilangan sesuatu  itu bukan musibah, yang musibah adalah kita jika tidak bisa mengikhlaskan. Belum terselesaikannya  urusan  itu bukan musibah, yang musibah adalah kita jika tidak bisa bersabar.

Tips Memperjuangkan Amanah Orang Tua

  1. Kuatkan tegad sebagai bentuk ketaatan pada orang tua

Salah satu hikmah perintah berbakti pada orang tua diletakkan oleh Allah ﷻ setelah perintah bertauhid adalah karena besarnya pahala berbakti pada orang tua. Mulai sekarang mari kita kuatkan tekad untuk menyelesaikan amanah orang tua, mulailah kerjakan, berjalan menyusuri ruang-ruang kelas, teriknya mentari saat mencari data, setiap evaluasi dari dosen yang terkadang membuat kita sedikit kecewa  adalah bentuk perjuangan kita untuk membahagiakan orang tua, adalah catatan amal kita untuk berbakti.

  1. Evaluasi diri 

Mari kita mengevaluasi lagi apakah terdapat maksiat yang sering kita kerjakan? Apakah ada pintu syariat yang dengan mudah kita dobrak? Apakah pernah kita berbuat maksiat saat sendirian? Siapa yang bermaksiat, Allah ﷻ akan mempersulit urusanya. Sebaliknya, siapa yang bertaqwa pada Allah ﷻ, akan dipermudah urusanya oleh Allah ﷻ. “Tidaklah seseorang melakukan dosa, kecuali menjadi sulitlah urusanya”. (Ibnu Qayyim)

  1. Berdoa kepada Allah

Selalu minta tolong pada Allah ﷻ, karena mustahil bagi Allah ﷻ untuk tidak mengabulkan permintaan hamba-Nya. Mintalah tolong kepada Allah ﷻ dengan sabar dan shalat. Merengeklah pada Allah ﷻ pada sepertiga malam, di tengah sujud panjang, pada setiap adzan dan iqomah. Sungguh jawaban dari setiap doa itu adalah “iya”. Serti merutinkan dzikir pagi dan petang.

  1. Ikhtiar  dan Tawakal

Terkait dengan Ikhtiar atau usaha, Sahl At Tusturi mengatakan, ”Barangsiapa mencela usaha (meninggalkan sebab) maka dia telah mencela sunnatullah (ketentuan yang Allah tetapkan). Barangsiapa mencela tawakkal (tidak mau bersandar pada Allah) maka dia telah meninggalkan keimanan.”. Dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Ukaim, Nabi ﷺ  bersabda, “Barangsiapa menggantung hati pada sesuatu, urusannya akan diserahkan padanya” (H.R. Tirmidzi no. 2072)

  1. Mencari lingkungan yang mendukung

Tinggalkanlah lingkungan yang tidak mendukung dalam mengerjakan skripsi, tinggalkan kesenderian disaat fikiran sudah buntu. Bertemulah dengan kawan-kawan yang shalih. Mintalah nasehat mereka, tataplah mata sendu penuh taqwa mereka. Sesungguhnya pada lingkungan yang Allah ﷻ selalu menjadi topik pembicaraannya terdapat cahaya yang akan menghidupkan kembali jiwa.

Akhirnya

Akhirnya kita tahu bahwa bersabar yang sesungguhnya bukan hanya menanti dalam ukuran waktu, melainkan menunggu dalam ukuran usaha. kita tidak berputus asa karena kita tahu bahwa Allah tidak menilai hasil namun proses. Kita tenang karena setiap niat yang tepat pasti menghasilkan sesuatu yang hebat.

Selamat berusaha. Semoga kini kita tak lagi menyebut yang belum kita peroleh sebagai ujian, ketertinggalan sebagai cobaan, dan kesulitan pada setiap urusan sebagai musibah, Sebab kita tahu bahwa rezeki kita lain, sebab kita tahu bahwa Allah Maha Adil, sebab kita tahu bahwa musibah yang sejati adalah saat kita tidak lagi mampu bersyukur dan bersabar.

 

Penyusun:

Yonatan Yolius Anggara

Santri Pesma Nur Baiturrahman Yogyakarta

Direktur Center of Excellent Student Yogyakarta 2019

 

Marâji’

  1. Ali bin Muhammad  Ad – Dihami. Al-Maajalis Al-maaniyah Min Kaalam Ibni Qyyim Al-Jauziyah.Surakarta : Shofa. 2009 M. Cet.k-1.hal. 42.
  2. Raehanul Bahraen. Tak akan Hasad Jika Paham Apa itu Rezeki .2018. https://muslimafiyah.com/tidak-akan-hasad-jika-paham-apa-itu-rezeki.html
  3. Muhammad Abduh Tuasikal. Kiat Meraih Sukses dengan Tawakkal .2010. https://rumaysho.com/847-kiat-meraih-sukses-dengan-tawakkal.html

 

Mutiara Hikmah

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu, beliau berkata bahwa Nabi ﷺ bersabda (berdoa),

اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً

“Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah”. (Jâmi’ul Ahadits, 6/257, Asy Syamilah)

Download Buletin klik disini

Persiapan Terbaik Menjelang Bulan Ramadhan

Bismillâh walhamdulillâh washalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh,

Pembaca yang dirahmati Allah ﷻ, bulan Ramadhan sebentar lagi menyapa. Sudah berapa puluh bulan Ramadhan yang kita lewatkan, dan dari bulan Ramadhan yang sudah kita lalui itu, berapa kali bulan Ramadhan yang sudah kita maksimalkan dengan amalan shalih. Maka dengan datangnya bulan Ramadhan hendaknya kita mempersiapkan diri untuk menyambut bulan Ramadhan ini agar bisa memaksimalkannya dengan amalan shalih, jangan sampai bulan Ramadhan yang sudah terlewat menjadi penyesalan bagi kita karena tidak memaksimalkan bulan Ramadhan dengan amalan-amalan shalih.

Keutamaan Bulan Ramadhan

Pembaca yang dirahmati Allah ﷻ, ketahuilah bahwasanya bulan Ramadhan memiliki banyak keutamaan, berikut di antaranya:

  1. Ramadhan adalah bulan diturunkannya al-Qur’an. Allah ﷻ berfirman, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu berada (di negeri tempat tinggalnya) pada bulan tersebut maka hendaklah ia berpuasa saat itu.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 185)
  2. Setan-setan dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup dan pintu-pintu surga dibuka ketika Ramadhan tiba. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (H. Bukhari, no. 3277 dan Muslim, no. 1079)
  3. Terdapat malam yang penuh kemuliaan dan keberkahan. Allah ﷻ berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.”(Q.S. al-Qadr [97]: 1-3)
  4. Bulan Ramadhan adalah salah satu waktu dikabulkannya doa. Dari Jabir bin ‘Abdillah; Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan, dan apabila setiap muslim memanjatkan doa maka pasti dikabulkan.” (H. Al-Bazaar. Al-Haitsami dalam Majma’ Az-Zawaid, 10:149 mengatakan bahwa perawinya tsiqah (terpercaya). Lihat Jami’ul Ahadits, 9:221)[1]

Persiapan Terbaik Menjelang Bulan Ramadhan

Setelah mengetahui keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan, maka hendaknya kita melakukan persiapan terbaik untuk menyambut bulan yang mulia ini sebagai ajang pemanasan sebelum bulan yang dinanti-nanti itu tiba. Berikut persiapan-persiapan yang bisa kita lakukan untuk menyambut bulan Ramadhan:

  1. Berdoa semoga Allah Pembaca yang dirahmati Allah ﷻ, pertemukan kita dengan bulan Ramadhan. Dari Anas bin Malik rahhiyallahu”anhu, beliau berkata, Nabi ﷺ bersabda ketika memasuki waktu bulan Rajab, “Ya Allah, Berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban. Ya Allah, Berkahilah kami di bulan Ramadhan” (H.R. Ahmad, no.23460). Hadits ini dinilai lemah oleh sebagian ulama seperti Syaikh Al-Albani, akan tetapi orang-orang shalih terdahulu berdoa kepada Allah ﷻ agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan. Doa yang mereka lakukan berdasarkan keumuman dalil dari al-Qur’an dan hadits-hadits shahih tentang meminta kebaikan, dan salah satu kebaikan adalah bertemu dengan bulan Ramadhan.[2]

Ibnu Rajab menyebutkan keterangan Mu’alla bin Al-Fadhl – ulama tabi’ tabiin – yang mengatakan, “Dulu para sahabat, selama enam bulan sebelum datang Ramadhan, mereka berdoa agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan. Kemudian, selama enam bulan sesudah Ramadhan, mereka berdoa agar Allah menerima amal mereka selama bulan Ramadhan.”(Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 264)[3]

  1. Memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Dari Aisyah beliau berkata, “Rasulullah ﷺ tidak pernah berpuasa di bulan lain (selain Ramadhan) melebihi banyaknya beliau berpuasa di bulan Sya’ban” (H. Muttafaqun alaihi, Bukhari, no.1969, Muslim, no.782). Rasulullah ﷺ memperbanyak puasa bulan Sya’ban sebagai persiapan untuk berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan, karena bulan Sya’ban merupakan bulan sebelum datangnya bulan Ramadhan.[4]
  2. Mempersiapkan ilmu seputar bulan Ramadhan seperti rukun fiqih puasa, fiqih shalat tarawih, dan fiqih zakat fitri. Karena suatu amal ibadah tidak akan diterima kecuali amal ibadah yang sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ, maka agar amal ibadah kita diterima oleh Allah ﷻ, dibutuhkan ilmu. Allah ﷻ berfirman, “Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Mâidah [5]: 27).

Ibnul Qayyim berkata, “Tafsiran yang paling bagus mengenai ayat ini bahwasanya amalan yang diterima hanyalah dari orang yang bertakwa. Yang disebut bertakwa adalah bila beramal karena mengharap wajah Allah dan sesuai dengan tuntunan Nabi  ﷺ. Tentu saja ini perlu didasari dengan ilmu.” (Miftah Daris Sa’adah, 1: 299)[5]

Semoga kita dipertemukan dengan bulan Ramadhan, bisa memaksimalkan bulan Ramadhan dengan amalan shalih, melewati bulan Ramadhan dengan keadaan yang lebih bertakwa kepada Allah ﷻ, serta semoga Allah ﷻ menerima amal ibadah kita di bulan Ramadhan nanti. Aâmiîn.

Penyusun

Galih Enggartyasto

Teknik Mesin 2017

 

Marâji’:

[1] Muhammad Abduh Tuasikal, Ramadhan Bersama Nabi, Gunung Kidul: Rumaysho. 2018. Cet.2. hal. 1

[2] https://konsultasisyariah.com/36278-menyambut-bulan-ramadhan-jauh-jauh-hari.html

[3] https://konsultasisyariah.com/19029-doa-menyambut-ramadhan.html

[4] Ibid

[5] https://rumaysho.com/3452-sudahkan-anda-mempersiapkan-ilmu-sebelum-ramadhan.html

 

Mutiara Hikmah

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Nabi ﷺ bersabda,

لاَ يَتَقَدَّمَنَّ أَحَدُكُمْ رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ إِلاَّ أَنْ يَكُوْنَ رَجُلٌ كَانَ يَصُوْمُ صَوْمَهُ فَلْيَصُمْ ذَلِكَ الْيَوْمَ

“Janganlah salah seorang di antara kalian mendahului puasa ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari (sebelumnya), kecuali bia dia telah terbiasa berpuasa dengan suatu puasa, maka hendaklah ia berpuasa pada hari itu.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim)

 

Download Buletin klik disini

Manajemen Waktu: Untuk Hidup Yang Lebih Baik

Bismillâhi walhamdulillâh wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh,

Setiap dari kita memiliki 24 jam yang sama dalam sehari semalam untuk bisa digunakan dengan tepat dan efisien sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu. Hanya saja tak sedikit yang memahami dan menggunakan waktu yang dimiliki dengan sebaik-baiknya. Manajemen waktu merupakan sebuah guideline atau panduan cara menggunakan terhadap berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah kegiatan atau aktivitas. Pengelolaan waktu yang baik dapat membantu meningkatkan kinerja dan karier individu, pengorganisasian setiap kegiatan dapat membantu menyelesaikan sebuah pekerjaan tepat waktu .

Waktu merupakan salah satu dari nikmat tertinggi yang diberikan Allah ﷻ kepada hamba-Nya. Dengan demikian, sudah sepantasnya waktu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk menjalankan tugas sebagai makhluk Allah ﷻ di muka bumi ini. Bukankah Allah telah bersumpah dengan waktu, yang disebutkan dalam beberapa permulaan surat dengan menggunakan fase tertentu, seperti dalam surat al-Lail ayat 1-2 “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang)”. (Q.S. al-Lail [92]: 1-2)  Begitu pula pada surat al-Ashr ayat 1-3 “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”. (Q.S. al-Ashri [103]: 1-3)[1]

Kata al-‘ashr terambil dari kata ‘ashara yang artinya menekan sesuatu sehingga apa yang terdapat pada bagian terdalam dari padanya nampak ke permukaan atau keluar. Pada surat al-Ashr Allah ﷻ bersumpah demi waktu dengan kata Ashr-bukan selainnya- untuk menyatakan bahwa demi waktu (masa) dimana manusia mencapai hasil setelah meremas tenaga nya, sesungguhnya ia merugi. Kecuali orang orang yang mendekatkan diri kepada sang pemberi waktu.[2]

Ayat diatas menjelaskan bahwa manusia benar-benar dalam kerugian apabila tidak mengoptimalkan penggunaan waktu untuk melakukan kegiatan-kegiatan baik. Seorang muslim memiliki kewajiban untuk mengelola waktu dengan baik. Ajaran Islam menganggap pemahaman terhadap hakikat menghargai waktu merupakan salah satu indikasi keimanan dan bukti ketaqwaan seseorag, seperti dalam firman Allah ﷻ dalam surat al-Furqan ayat 62 yang artinya. “Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur (Q.S. al-Furqan [25]: 62)

Manusaia akan tetap berada dalam keugian kecuali orang orang yang memiliki empat kualifikasi dalam haidupnya, yakni iman, amal shalih, nasihat menasihati dalam kebenaran, dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran[3]

Sebagai seorang muslim, haruslah pandai dalam mengatur waktu untuk dapat melakukan amalan-amalan shalih baik secara vertikal maupun horizontal. Secara vertikal berarti langsung kepada sang khalik, menjadikan dirinya seorang ahli ibadah, puasa, serta taqarrub ilallah. Dan secara horizontal berarti mu’amalah ma’annas, menunaikkan dakwah di lingkungan masyarakat, bekerja, dll.

Waktu luang adalah salah satu nikmat yang sering dilalaikan oleh manusia, padahal Rasulullah ﷺ telah bersabda, “Gunakanlah lima perkara sebelum datang yang lima:masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, waktu kayamu sebelum datang masa miskinmu, waktu luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang ajalmu”(H.R Hakim dishahihkan oleh Al-Albani)

Tips Untuk Hidup Lebih Baik

Berikut beberapa tips agar hidup lebih baik dan agar tidak menjadi orang yang merugi

  1. Hilangkan kebiasaan menunda-nunda!

Perbuatan suka menunda merupakan tindakan yang kurang baik, namun bila menunda pekerjaan guna melakukan suatu kewajiban kepada Allah maka hal tersebut diperbolehkan. Jangan sering menunda nunda sesuatu, terlebih jika yang ditunda adalah ibadah dan amalah baik lainnya, karena dikhawatirkan usia tidak sampai pada menit selanjutnya. Bukankah tidak ada yang tahu kapan Allah akan memanggil hambaNya untuk kembali?

  1. Dahulukan yang wajib

Allah menyukai dan mencintai hambanya yang bertakwa kepadaNya, untuk menjadi orang yang tidak merugi, alangkah baiknya mendahulukan sesuatu yang diwajibkan bagi umat muslim. Apabila amalan wajib telah dipenuhi, barulah mengerjakan amalan amalan sunnah dan mubah yang memberikan manfaat dan mendatangkan kebaikan.

  1. Selesaikan pekerjaan tepat waktu

Jika memiliki sebuah aktivitas atau pekerjaan yang dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan, maka hendaklah segera diselesaikan dan tidak mengulur ulur waktu supaya pekerjaan lain dapat terselesaikan juga

  1. Membuat batasan waktu

Untuk mengatur waktu agar tidak sia sia, sebaiknya membuat batasan waktu dari setiap kegiatan. Misalnya belajar dari jam sekian sampai jam sekian, shalat sekian jam, tidur sekian jam, dan lain sebagainya.

  1. Meninggalkan aktvitas yang tidak bermanfaat

Dari Abu Hurairah berkata bahwa :di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya” (HR. Tirmidzi). Dalam hadits tersebut disebutkan bahwa seorang muslim dianjurkan untuk meninggalkan hal hal yang tidak bermanfaat, misalnya menonton tv berlebihan, bermain ponsel seharian, dll. Kebiasaan tersebut sebaiknya dikurangi karena masih banyak hal bermanfaat lainnya yang dapat dilakukan.

  1. Membuat jadwal kegiatan

Agar waktu dapat digunakan dengan baik dan terisi hal hal yang bermanfaat, hendaklah membuat jadwal kegiatan tentang hal apa saja yang akan dilakukan.

  1. Jangan terjebak dengan masa lalu

Jika seseorang ingin menjadi pribadi yang lebih baik, hendaklah selalu berjalan ke depan. Silahkan menengok kembali masa lalu jika untuk mengambil pelajaran dan hikmah dari sebuah kejadian yang telah dialami.

  1. Fokus pada tujuan

Banyak goal yang mungkin sudah ditetapkan sejak dini, namun jangan langsung berfokus pada semua tujuan, fokuslah pada satu tujuan supaya apa yang telah didapatkan tidak terlepas, dan waktu tidak terbuang sia sia.

  1. Niat untuk berubah menjadi yang lebih baik

Innamal a’mâlu binniyyah” segala sesuatu yang dikerjakaan pasti bergantu pada niat. Niat merupakan hal terpenting sebelum melakukan sesuatu, apabila tidak ada niat untuk berubah, maka bagaimana bisa seseorang mengatur waktunya untuk menjalankan hal hal yang bermanfaat?

Jadi, sebagai seorang muslim hendaklah senantiasa mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya agar kelak tidak masuk ke dalam golongan orang orang yang merugi.

Penyusun:

Nurul Kharismawati

NIM 17423137

Pendidikan Agama Islam

Mutiara Hikmah

Dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.” (H.R. Tirmidzi, no. 2317; Ibnu Majah, no. 3976)

[1] Yusuf Al-Qardhawi, Al Waqtu fi Hayati al-Muslim terj Ali Imron, Waktu adalah kehidupan (Yogyakarta, Mardhiyah press, 2005) hal. 1

[2] Mohammad Zahid, Makna dan Pesan Penguat Sumpah Allah Dalam Surat-Surat Pendek, dalam jurnal Nuansa  vol 8, no.01, 2011, hal. 42

[3] Ibrahin al-Huwaimil, silsilah manahij Dawrat asy-syariah at-Tafsir fi ah an-Nasyiah hal. 462-463

Download Buletin klik disini

Peringatan Bagi Orang Taat Beribadah

Bismillāhi walhamdulillāhi wash shalātu was salāmu ‘alā rasūlillāhi

Pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah ﷻ, ibadah yang kita lakukan belum tentu membawa masuk pelakunya ke surga-Nya melainkan karena rahmat Allah ﷻ lah kita dapat menikmati nikmatnya surga. Oleh karena itu tulisan ini akan berisi beberapa peringatan bagi orang yang taat beribadah agar jangan sampai dia terjerumus dalam ibadah yang sia-sia.

Peringatan Untuk Berilmu Sebelum Beramal

Para pembaca yang senantiasa dirahmati Allah ﷻ, hendaknya para ahli ibadah untuk tetap menuntut ilmu agar keilmuan yang dimiliki lebih mendalam dan senantiasa mendapatkan rahmat serta karunia Allah ﷻ dengan ditinggikan derajatnya, selain itu ilmu yang didapat hendaklah diamalkan supaya menjadi amalan jariyyah.

Lalu diwajibkan bagi orang-orang yang taat dan tekun beribadah sedangkan ilmu yang dimilikinya masih sangat dasar. Dapat diartikan di sini sebagai orang yang awam dalam beragama. Wajib atas dirinya menuntut ilmu-ilmu lahiriyah seperti ilmu bersuci, fiqih shalat, puasa, ilmu membaca Al-Quran serta yang lainnya. Apabila orang yang seperti ini mandek dalam menuntut ilmu maka bisa jadi kecelakaan atas dirinya. Ibadah yang dikerjakan bisa jadi kurang sempurna dan bahkan bisa saja tidak diterima oleh Allah ﷻ segala ibadah yang dia kerjakan.

Serta diwajibkan pula untuk menuntut ilmu mengenai keesaan Allah ﷻ, tentang iman, tentang Islam, dan yang lainnya sehingga kelak akan menjadi fondasi bagi dirinya untuk melawan keburukan dan membenarkan bahwa Allah ﷻ Dialah Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam menuntut ilmu tersebut mewajibkan penggunaan akal demi mengilmui sesuatu dan output ilmu tersebut adalah beramal dengan baik atas ilmunya tersebut, karena akal menyempurnakan ilmu dan amal kita. Penggunaan akal harus diilhami dengan Al-Quran dan As-Sunnah, sebab ketika akal keluar dari jalur al-Quran dan as-Sunnah maka akal akan redup dan tersesat. Juga akal tidak boleh mendahului wahyu, karena ada beberapa wahyu al-Quran tidak bisa diterima di akal dan itu harus diterima.[1]

Hal-hal dalam menuntut ilmu tersebut harus didahulukan daripada beribadah karena fondasi untuk beragama adalah berilmu dahulu. Apabila beragama tanpa berilmu maka mudahlah dia tergoda dengan kenikmatan dunia dan seisinya sehingga ibadah yang dia lakukan semata-mata hanya mencari keridhaan dari makhluk lain dan itu dinamakan riya. Ketika riya sudah mendarah daging dalam setiap gerakan ibadah niscaya semua amal ibadahnya tidak akan diterima oleh Allah ﷻ, riya merupakan sebuah kesyirikan walaupun tergolong syirik kecil akan tetapi dapat diingat bahwa Allah ﷻ mengampuni semua dosa kecuali dosa apabila dia berbuat syirik.

Para pembaca yang semoga dirahmati Allah ﷻ semoga ibadah kita yang senantiasa kita perbuat semoga selalu dilandasi dengan ilmu Allah ﷻ sehingga tidak terjerumus kedalam hal yang buruk.

Sebab di zaman yang ilmu sudah bisa dicapai dengan internet ini masih ada orang-orang yang beribadah tanpa berilmu sehingga keluar dari ibadah yang disyariatkan. Sedangkan kita harus ingat bahwa kaidah asal dalam beribadah adalah “al-uṣul fī ‘ibādati at-taḥrīm” yaitu asal ibadah itu haram hingga terdapat dalil yang mensyari’atkannya. Juga banyak dari kita yang ilmu bisa dicapai dengan internet ini masih saja tidak mau menuntut ilmu agama. Padahal apabila shalat bacaan yang dibaca masih banyak salahnya.

Peringatan Dalam Mencari Rezeki

Pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah ﷻ.Hendaknya setiap orang dari kaum muslimin yang taat beribadah senantiasa memeriksa asal hartanya yang dia dapat, apakah dari pekerjaan yang halal ataukan yang haram. Apabila dia dapat dari harta yang haram maka hendaklah tinggalkan karena itu akan menjadi sebuah bencana dan kecelakaan. “Innamā yataqabbalu llāhu min al-muttaqīn”(Q.S. al-Maidah [5]: 27) karena Allah ﷻ hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa dan senantiasa menjaga diri dari apa yang tidak halal apabila dia memakan sesuatu untuk masuk kedalam perutnya.[2]

Hal-hal yang dari makanan tidak halal atau apa yang dipakai dapat dari yang tidak halal maka akan mempengaruhi amal shalilnya. Karena apa yang kita kenakan dan apa yang kita makan menjadi penyebab amal kita diterima dan doa-doa yang kita panjatkan kepada Allah ﷻ dapat memperkenankan doa kita.

Harta-harta yang haram tersebut ada yang secara zatnya haram, seperti daging babi, khamr, dan lainnya. Ada harta benda yang menyangkut hak orang lain seperti hasil mencuri. Dan ada benda haram yang memang berasal dari pekerjaannya, seperti harta yang didapat dari riba, dari berdagang sesuatu yang haram.[3] Maka hal-hal demikian dilarang untuk dijadikan alat kita untuk beramal shalih, karena dijamin akan sia-sia saja. Mungkin misalnya koruptor yang berfikir ingin membangun masjid karena dia fikir hartanya harus dibersihkan dari kotoran pekerjaan korupnya. Maka masjidnya jadi tetapi dia tetap tidak mendapatkan apa-apa dari masjid itu bahkan bisa jadi mendapat dosa jariyyah.

Peringatan Bagi yang Sombong

Pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah ﷻ. Dalam kitab Al-Hikam mengatakan bahwa maksiat yang melahirkan rasa hina dan kekurangan lebih baik dari pada ketaatan yang melahirkan rasa bangga dan kesombongan. Hal ini bukan ungkapan biasa yang dilontarkan penulis kitab, akan tetapi memiliki sebuah makna yang sangat dalam. Allah ﷻ melihat sebuah ketulusan dalam beribadah bukan banyaknya ibadah banyak tapi akhirnya untuk sombong.

Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa apa saja ibadah yang dilaksanakan atas dasar yang lain selain Allah ﷻ maka ibadahnya tertolak dan itu merupakan perbuatan riya sehingga bisa dibilang bahwa orang yang ibadahnya banyak karena riya adalah orang yang musyrik.

Apabila ibadah yang kita lakukan menuntut kita untuk sombong, hendaknya kita cegah. Belajarlah dari ibadah puasa, ibadah yang dilaksanakan kepada Allah ﷻ dan hanya Allah  dan dirinya sajalah yang tahu. Ibadah puasa merupakan ibadah pasif bukan ibadah aktif, yang artinya tidak membutuhkan gerakan yang bisa terlihat mencolok. Sebisa mungkin ibadah diniatkan lillāhi ta’alā bukan karena lilinsān.[4]

Muhasabah Diri

Ibadah yang berlebihan pada dasarnya tidak baik karena Rasulullah ﷺ menganjurkan ibadah sesuai dengan kemampuan diri. Apalagi ibadah yang sia-sia apabila dilakukan seperti hal yang telah disebutkan sebelumnya. Selain itu ibadah yang terlalu banyak namun tidak konsisten juga tidak dianjurkan, melainkan Allah ﷻ lebih menyukai ibadah yang secara konsisten dilakukan “Amal yang paling disukai oleh Allahﷻ adalah yang terus menerus (konsisten) walaupun sedikit” selain itu ibadah yang dilakukan secara sempurna juga lebih disukai oleh Allah ﷻ. Cukup bagi kami Allah dan Dialah penolong.

Penyusun:

Uyu Fauziah

Alumni FIAI UII

Marâji’

[1] Brilly El-Rasheed. Berguru Kepada Jibril. Lamongan: Quantum Fiqih Publishing. 2017 M. Cet. k-1. hal. 278.

[2]  Allamah Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad. Peringatan Bagi 8 Kelompok Manusia. Terj. Husin Nabil. Jakarta: Hikmah. 2011. Cet. k-1. hal. 238.

[3] Muhammad Abduh Tausikal. Ibadah dan Sedekah Dengan Harta Haram. https://rumaysho.com/3043-ibadah-dan-sedekah-dengan-harta-haram.html.

[4]  Maman Suherman. #Hidup Kadang Begitu. Jakarta: Noura Books. 2020. Cet. k-1.hal. 62.

Mutiara Hikmah

Rasulullah ﷺ bersabda,

ثَلاَثُ مُهْلِكَاتٍ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

Tiga perkara yang membinasakan: rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri” (H.R. At-Thabrani dalam Mu’jam Al-Ausath)

Download Buletin klik disini

Ketenangan Membuahkan Kemenangan

Bismillâhi walhamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh,

Pembaca buletin al-Rasikh yang dirahmati Allah ﷻ, pernahkah kau merasakan, bagaimana perubahan emosimu ketika dihadapkan oleh situasi yang sulit? Masih banyak amanah dan tugas yang belum terselesaikan sedangkan batas waktu sudah mendesakmu agar selesai tepat waktu. Adapun momen lain, di mana dirimu membutuhkan pencerahan dan jawaban atas suatu masalah. Rasanya, sudah tak mampu memaksa diri untuk mengemas solusi karena perasaan cemas sudah lebih dulu menguasai diri.

Begitulah ritme kehidupan manusia, hari-harinya tak pernah kosong dari masalah. Selalu ada hal baru yang membutuhkan penyelesaian dan pemecahan. Saat proses menghilangkan kegelisahan, manusia kerap kali mengalami dilematis kecerdasan emosi. Ada manusia yang memang sudah terampil dalam mengelola emosi, adapula yang masih menjadi pemula. Dalam Islam, keterampilan ini sangat mungkin untuk dilatih.

Level Emosi Manusia

Level emosi manusia, menurut penjelasan dari dr. Aisyah Dahlan terdiri dari tiga bagian, yaitu: 1) Nafsu-l-Lawwamah; 2) Nafsul Amarah; dan 3) Nafsul Muthmainnah. Emosi yang ada pada bagian nafsu-l-lawwamah adalah apatis, sedih, dan takut. Kemudian, pada bagian nafsul amarah terdapat emosi berupa nafsu, marah, dan sombong. Sedangkan pada bagian nafsul muthmainnah,  terdapat emosi positif yaitu semangat, menerima, damai, dan yang paling tertinggi adalah pencerahan.

Bagian pencerahan ini hanya bisa diperoleh pada saat manusia tekun untuk melakukan self healing dengan cara merutinkan ibadah seperti shalat, mengaji dan tadabur al-Qur’an, puasa, dan juga selalu mencharger diri di lingkungan yang mengkaji Islam untuk mempertebal keimanan. Manusia yang berada pada level nafsul muthmainnah, ia akan selalu mendapat ketenangan dalam mengambil keputusan dan bertindak. Hari-harinya selalu disinari oleh nur, cahaya keimanan yang membuatnya menjadi pribadi yang bersih dan cemerlang.

Islam adalah Agama yang Sempurna

Seluruh aspek kehidupan manusia di dalam Islam, telah diatur dengan sangat rapi dan sempurna. Sampai setingkat cara untuk menstabilkan emosi di dalamnya juga dibahas. Al-Qur’an sebagai pedoman umat Islam, juga telah menyuguhkan panduan hidup paling komplit sepanjang sejarah. Kekuatan al-Qur’an dalam memberi nasehat tak tertandingi oleh literatur apapun. Masih ingatkah dengan ayat al-Qur’an yang memilki arti berikut?

“Dan berdzikirlah pada Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung” (Q.S. al-Jumu’ah [62]: 10).

“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Q.S. al-Ahzab [33]: 35).

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berdzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du [13]: 28).

Shalat dan Sabar Sebagai Penolong

Rasulullah ﷺ sebagai figur paling utama telah mewariskan pelajaran berharga bagi umatnya. Setiap merasa gelisah dan resah karena masalah, Beliau selalu menjadikan shalat dan sabar sebagai penolong. Kedua amalan ini mampu menjadi jembatan untuk melatih kestabilan emosi dalam menghadapi masalah. Selain itu, shalat dan sabar juga mampu memupuk rasa optimis serta respon positif, Rasulullah ﷺ sendiri sudah membuktikannya.  Mengapa shalat dan mengapa harus sabar? Ya, karena kedua hal ini adalah pintu terdekat untuk menggapai petunjuk terbaik dari Allah ﷻ.

Shalat adalah puncak dari dzikir, sedangkan sabar dengan berpuasa dan menjauhkan diri dari maksiat juga merupakan bagian dari ikhtiar yang bisa menghadirkan ketenangan. Setiap kalimat dzikir akan membuahkan ketenangan yang hakiki. Meskipun pada awalnya masalah yang dihadapi terlihat sangat rumit dan sulit, namun dengan terus menghidupkan hati melalui dzikir, ketenangan dalam mencari solusi akan jauh lebih mudah didapatkan. Allah ﷺ berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. al-Baqarah [2]:155)

Lalu, dari sini timbul sebuah pertanyaan. “Saya sudah melaksanakan shalat dan selalu membiasakan diri untuk berdzikir, namun mengapa sampai saat ini rasa tenang masih sangat sulit untuk diraih? Mengapa shalat dan dzikir yang selama ini diamalkan belum membuahkan kemudahan dan keringanan dalam menyuarakan kebaikan?”. Jawabannya sederhana, hanya shalat dan dzikir yang benar, yang akan membuat hati manusia menjadi bersinar. Namun sebaliknya, apabila pelaksanaan shalat dan dzikir masih dianggap sebagai permainan, maka keduanya sama sekali tidak akan membuahkan kebermanfaatan.

Khusyu’

Allah ﷻ juga berfirman, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali orang-orang yang khusyu.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 45)

Khusyu’ adalah sikap berserah dan kebulatan hati. Khusyu’ ada di dalam dan  merupakan manifestasi dari niat yang sempurna. Allah ﷻ sebagai Dzat yang paling Teliti, sangat mudah bagi-Nya untuk melihat hal-hal yang tak bisa dijangkau oleh indera manusia. Sedikit saja ada yang kurang beres dari hati hamba-Nya, hal ini akan terlihat jelas oleh Allah ﷻ. Jadi, rasanya malu apabila kesungguhan kita untuk beribadah tidak meningkat, sementara nikmat yang telah Allah ﷻ beri selalu berlipat. Salah satu syarat untuk bisa meraih predikat ketenangan adalah meningkatkan kualitas shalat. Apabila shalat lebih diutamakan daripada aktivitas dunia lain seperti bekerja, berbelanja, bermain, bersenang-senang, menonton, dan lain sebagainya maka saat itu juga rasa tenang yang diturunkan oleh Allah ﷻ akan jauh lebih mudah meresap ke dalam diri kita.

Melalui catatan ini, kita bisa menyimpulkan bahwa resep menjadi seorang pemenang bagi seorang muslim sangatlah mudah. Allah ﷻ sudah menghamparkan petunjuk melalui ayat qauliyah, kauniyah, dan insaniyah-Nya, yang harus kita lakukan adalah senantiasa berusaha untuk meningkatkan kualitas serta kuantitas ibadah di mata Allah ﷻ agar menjadi wasilah kemudahan dalam meraih dan mengimplementasikan petunjuk yang telah Allah ﷻ berikan.

Setiap ketenangan hanya dapat dihadirkan melalui perjuangan dan untuk bisa meraih kemenangan kita perlu menggiatkan seluruh amalan yang dicintai Allah ﷻ. Bagi seorang muslim, seluruh urusannya bernilai ibadah, sekecil apapun itu. Seperti makan dengan yang halal dan thayyib, membantu orang lain untuk meringankan kesulitannya, tersenyum, hingga hanya sebatas menciptakan ide kebaikan kecil, di mata Allah ﷻ ini juga dinilai sebagai ibadah dengan syarat harus disertai dengan niat yang  tulus dan murni karena-Nya. Untuk itu, tidak ada lagi rasa gelisah dan takut untuk memulai kebaikan sekecil apapun, ingat bahwa kita memiliki nyala iman yang membuat status kita lebih tinggi di hadapan Allah ﷻ daripada orang-orang yang tidak memiliki iman.

Terakhir, ada satu ayat yang harus menjadi motivasi kita untuk menjadi muslim pemenang. Allah ﷻ berfirman, “Janganlah kamu lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, karena kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (Q.S. Ali Imrân [3]: 139).

Marâji’

Yasmin Mogahed. Renungan Cinta dan Kebahagiaan. Bandung: Mizan Media Utama. 2017.

Penyusun:

Husna Amalia Rahmawati

Pendidikan Agama Islam 2017

NIM: 17422178

Mutiara Hikmah

Dalam hadits Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda,

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah membaca Kitabullah dan saling mengajarkan satu dan lainnya melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat, akan dikeliling para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.” (H.R. Muslim, no. 2699)

Download Buletin klik disini

5 Tips Mudah Menghafalkan Al-Quran

5 Tips Mudah Menghafalkan Al-Quran

Bismillâh, hamdan laka yâ Allâh. Shalâtan wa taslîman alaika yâ Rasûlallâh.

Teman-teman Pembaca buletin al-Rasikh, pernahkah mempunyai keinginan kuat bisa hafal al-Qur’an? Mungkin bisa dikatakan bahwa keinginan tersebut hampir dimiliki oleh sebagian umat Muslim. Akan tetapi, tak jarang juga orang beranggapan bahwa menghafalkan al-Qur’an itu sulit.

Perumpamaannya adalah seperti kita sedang mencari binatang buruan di hutan. Hafalan kita itu di ibaratkan seperti binatang. Pada awalnya kita akan sulit untuk menemukannya, akan tetapi ketika kita sudah mendapatkannya, maka kita tidak boleh melepaskannya. Jika sudah lepas, maka akan sulit mendapatkannya lagi. Sama halnya ketika kita mengahafal ayat per ayat, maka akan sulit jika kita tidak mengulang-ulangnya. Atau dalam bahasa lainnya disebut muraja’ah. Semakin sering kita mencari binatang buruan, semakin tajam juga naluri kita berburu. Semakin sering kita menghafal, semakin mudah juga kita mengingat firman-Nya. Lalu, apa saja tips menghafal Al-Quran? Yuk kita simak!

  1. Awali Dulu dengan Niat

Terkadang niat itu mudah, yang sulit adalah memantapkan niat di dalam hati. Hujamkan dalam hati kita niat lillahi ta’ala, tanpa mengaharapkan apapun kecuali Ridha-Nya. Perlu dicatat, niat ini sangatlah penting. Maka teman-teman harus bersungguh-sungguh dalam berniat. Karena niat ini adalah pintu pertama yang harus kita lewati sebelum memulai menghafal Al-Quran. Dan dengan niat pula, yakinlah bahwasanya Allah ﷻ akan memudahkan pintu-pintu kemudahan lainnya supaya terbuka. Dan tentunya semakin menyenangkan dalam menghafalkan firman-Nya!

  1. Mulai Hafalan dengan Surah-Surah Pendek

Pernahkan teman-teman mendengar istilah Juz ‘Amma? Juz ‘Amma ini merupakan Juz yang berisi surah-surah pendek Juz 30. Sebenarnya Juz Amma ini boleh dikatakan sebagai tahapan awal seseorang menghafal al-Qur’an. Akan menyenangkan jika kita bisa memulai hafalan-hafalan kita dengan ayat-ayat yang relatif pendek ini.

Teman-teman bisa awali dari Juz 30, sering-seringlah mengulang sampai benar-benar hafal dan menancap di otak. Lalu, teman-teman bisa meneruskan ke Juz 29 dan selanjutnya Juz 28. Kok mundur? Tenang, ini hanya tips berdasarkan pengalaman pribadi penulis. Menurut salah seorang Ustadz semasa di Pesantren, perumpamaan Juz 28 adalah seperti Juz 1-10, mengapa demikian? Di dalam Juz 28 didominasi oleh ayat-ayat yang relatif panjang, sama halnya dengan Juz 1-10. Lalu Juz 29 itu layaknya Juz 11-20 karena dalam rentang Juz tersebut relatif berimbang antara ayat-ayat yang pendek maupun yang panjang. Terakhir adalah Juz 30 di ibaratkan seperti juz 21-30. Yang lebih banyak porsi ayat-ayat pendeknya. Dengan menerapkan tips ini, teman-teman bisa melakukan ‘pemanasan otak’ sebelum memulai dari Juz 1.

  1. Cari Waktu yang Pas, dan Tentukan Target

Memang ada? Tentu saja! Ada beberapa waktu yang disarankan untuk menghafal ayat baru dan me-muraja’ahnya. Jika teman-teman hendak menambah hafalan, sangat disarankan untuk menggunakan waktu sebelum dan setelah subuh. Mengapa demikian? Karena di waktu tersebut kita baru saja bangun tidur (jika pola tidur sesuai pada umumnya). Dan cenderung pikiran kita belum dipenuhi oleh perkara-perkara yang akan terjadi setelah satu hari dilewati. Jika kita baru bangun tidur, berwudlu, shalat Shubuh, lalu mulailah hafalan. Atau teman-teman bisa memulainya sebelum subuh. Bisa diawali dengan shalat malam, lalu sembari menunggu waktu Shubuh bisa digunakan untuk menambah hafalan. In sya Allâh ayat yang dihafal akan cepat masuk otak. Hikmah dibalik waktu tersebut salah satunya adalah bahwa Allah l membukakan pintu ilham selebar-lebarnya.

Selain itu, ada waktu yang pas untuk murojaah hafalan yaitu waktu setelah shalat lima waktu. Muraja’ah bisa juga dilakukan dengan melafalkan hafalannya ketika shalat. Yang perlu dicatat, pasanglah target harian, mingguan, atau bulanan dalam menghafal supaya hafalan kita terencana sesuai target yang dipasang. Tidak perlu langsung memasang target tinggi dalam menghafal. Kita bisa memulainya dengan pelan-pelan. Barulah setalah memulai kebiasaan, datanglah kemudahan. Jangan pernah lupa Ketika sudah menghafal dihari itu juga harus di muraja’ah. Karena hafalan yang baru masuk akan mudah hilang ketika tidak diulang.

  1. Mintalah Tolong Teman Untuk Menyimak Hafalan

Proses ini akan melibatkan orang-orang di sekitar teman-teman sebagai unsur pendukung yang sangat penting. Alangkah baiknya Ketika teman-teman sudah mendapat hafalan, maka mintalah tolong kepada teman yang minimal bacaan al-Qur’annya bagus untuk menyimakkan hafalan tersebut. Atau sebisa mungkin mencari teman penyimak yang juga dalam proses menghafal. Akan jauh lebih baik lagi jika meminta tolong kepada teman yang hafal al-Qur’an. Hal tersebut akan membantu memvalidasi hafalan teman-teman. Jika tahapan ini telah dilakukan, In sya Allah akan meminimalisir kesalahan dalam menghafal. Karena jika ada kesalahan walau satu huruf pun akan berakibat fatal karena akan merubah arti dari ayat yang dihafalkan.

  1. Istiqamah dan Berurutan

Pada dasarnya, inilah bagian yang paling sulit dalam proses menghafal al-Qur’an. Tapi tenang, penulis akan memberikan tips pamungkas di bagian akhir artikel untuk mengatasi kesulitan bagian ini. Mengapa Istiqamah atau kontinuitas menjadi bagian paling sulit dalam proses menghafal? Karena sebagai manusia biasa, seringkali kita dilanda kemalasan karena menuruti hawa nafsu lain. Tapi tak mengapa. Hal tersebut manusiawi. Istiqamah menjadi hal penting karena dengan kontinuitas, kita akan mencapai garis akhir dalam proses menghafal ini setelah kita memulainya dengan susah payah. Percayalah bahwa ketika kita bisa mencapai garis akhir itu dan sekuat mungkin melawan kemalasan, kita akan mendapatkan kepuasan yang tak tertandingi harganya.

Namun, perlu dicatat juga bahwa dalam menghafal kita juga harus mengurutkan juz yang akan kita hafal. Dalam hal ini, kesampingkan dulu tips nomor 2. Jadi, sebenarnya tak salah jika kita loncat hafalan semau kita. Tapi percayalah bahwa itu akan menyulitkan proses menghafal. Karena setelah itu kita dituntut untuk mengurutkan Kembali hafalan yang sudah ‘diloncat-loncat’ tersebut. Merepotkan bukan?

Ikhtitâm

Itulah 5 tips mudah dalam menghafal Al-Quran. Sebagai penutup, penulis akan memberikan tips pamungkas. Yaitu tips jika mengalami kemalasan dalam menghafal. Caranya sangat mudah. Teman-teman bisa melakukan kegiatan apapun yang teman-teman suka selain menghafal. Dan tentunya dengan catatan kegiatan tersebut positif. Bisa dengan bermain sepak bola, badminton, voli, atau olahraga apapun yang teman-teman suka. Atau jika memang mempunyai kebiasaan traveling, gemar menikmati alam, maka tidak perlu ditahan. Kan Allah ﷻ sudah berfirman juga “Sîrû fil Ardhi”, berjalan-jalanlah kamu sekalian di muka bumi ini. Lakukanlah semua kegiatan tersebut secukupnya. Ingat bahwasanya kita mempunyai tanggung jawab menghafal dan menjaga firman-Nya. Percayalah setelah tips pamungkas ini dilakukan, teman-teman akan kembali menghafal dengan hati yang senang dan ikhlas.

Bagaimana? Sudah tertarikkah ingin menghafal firmanNya? Mengapa harus ragu? Cukup sekian, Wal ‘afwu minkum.[]

Penyusun:

Alfaa Rizy

Prodi: Hubungan Internasional, FPSB UII

Mutiara Hikmah

Dari Abu Umamah al-Bahili  a, Nabi ﷺ bersabda,

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ

“Rajinlah membaca al-Quran, karena dia akan menjadi syafaat bagi penghafalnya di hari kiamat.” (H.R. Muslim no.1910).

Download Buletin klik disini