Zhalim Termasuk Perbuatan Hipokrit?
Zhalim Termasuk Perbuatan Hipokrit?
Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh
Pembaca budiman yang senantiasa dirahmati Allah ﷻ. Dalam hidup, kita selalu dianjurkan untuk berbuat jujur, adil, berpenampilan sopan, berkata lemah lembut dan perilaku bijak lainnya. Kepada sesama manusia siapapun mereka. Baik kepada adik, tetangga sekitar atau bahkan kepada orang yang lebih tua daripada kita seperti orang tua dan guru-guru kita. Allah ﷻ telah menganugerahi kira akal untuk berpikir sehingga bisa membedakan baik-buruk, benar-salah yang itu semuanya menegaskan perbedaan antara manusia dengan makhluk lainnya.
Pengertian Munafik
Hipokrit merupakan sinonim dari kata munafik. Dalam bahasa arab, munafik adalah seseorang yang berbuat nifak. Sedangkan nifak sendiri adalah perilakunya. Nifak berarti penjelasan apa yang di lahir berbeda dengan apa yang di batin. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, munafik adalah berpura-pura percaya atau setia dan sebagainya kepada agama dan sebaginya, tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak.
Kita sering mendengar istilah munafik ini sejak dalam pendidikan dasar atau dalam kelas mengaji. Munafik umumnya mempunyai tiga ciri utama, yaitu: berdusta, ingkar janji, dan berkhianat. Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda, “Tanda orang munafik ada tiga; apabila berkata ia berbohong, apabila berjanji mengingkari, dan bila dipercaya mengkhianat”. (H.R Bukhari)
Contoh Perbuatan Munafik
Perbuatan munafik sangatlah banyak contohnya seperti seorang teman yang menyanjung dan memuji seseorang ketika berhadapan dengannya dan mencaci maki serta menyumpah serapahi ketika sedang tidak bersama dengannya. Hal ini sering dikenal dalam masyarakat umum sebagai orang yang bermuka dua.
Ada juga bermuka dua digambarkan dengan mengatakan apa yang disukai atau dibenci oleh kelompok tertentu dan mengatakan hal sebaliknya di kelompok yang lain. Kebenaran yang ditutupi oleh fakta yang dibuat-buat seolah-olah benar dapat berakibat buruk pada diri sendiri dan diri orang lain. Tindakan seperti itu sudah sangat sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari akan tetapi kadang kala kita lalai untuk menyadarinya.
Zhalim Termasuk Munafik
Berdasarkan hadits riwayat muslim nomor 58, dari Abdullah bin ‘amr radhiyallahu ‘anhu, ia berkata Rasulullah ﷺ bersabda, “Ada empat tanda, jika seseorang memiliki empat tanda ini, maka ia disebut munafik tulen. Jika ia memiliki salah satu tandanya, maka dalam dirinya ada tanda kemunafikan sampai ia meninggalkan perilaku tersebut, yaitu jika diberi amanat, khianat; jika berbicara, dusta; jika membuat perjanjian, tidak dipenuhi; jika berselisih, dia akan berbuat zhalim”. Dari hadits di atas dapat kita simpulkan ciri orang munafik adalah: Khianat, Berdusta, Ingkar janji, dan zhalim.
Tentunya kita harus melihat teks aslinya sebelum kemudian menghakimi secara serius perilaku zhalim ini. Dalam hadits di atas terdapat kata: “Wa idzâ khâsama fajara,” tidak ada sama sekali ada teks “zhalim” dalam kalimat tersebut, akan tetapi kita bisa menggali makna dari kata “fajara” ini. Yang dimaksud denga al-fujûr di sini adalah keluar dari kebenaran secara sengaja, sehingga dia menjadikan yang benar menjadi keliru dan yang keliru menjadi benar.
Contoh Perbuatan Zhalim
Kita sering menyaksikan perdebatan-perdebatan yang panas dan menggebu-gebu. Apalagi perdebatan itu berdasarkan tema politik dan agama yang semua saja seperti berhak menghukumi orang lain tanpa dasar yang jelas.
Dalam perdebatan itu sudah barang tentu ada selisih-selisih dan silat lidah. Apalagi perselisihan itu untuk mempertahankan kebatilan. Dia menyuarakan kepada orang-orang bahwa kebatilan itu sebagai sesuatu yang benar, serta menyamarkan yang benar dan menampilkannya sebagai suatu kebenaran. Hal seperti itu merupakan keharaman karena argumen yang dipakai adalah untuk mempertahankan kebatilan.
Dalam situasi yang lain kita sering mendapati orang yang bersikukuh akan argumennya, padahal perilaku yang dilakukannya adalah jelas salah. Hal itu karena mereka takut akan kehilangan jabatan, ketenaran, nama, harta dan hal-hal buruk yang akan menimpanya sebagai konsekuensi atas tindakan yang telah diperbuatnya. Hal ini sesuai dengan pepatah, “Apa yang kita tanam, akan kita tuai jua,” apa-apa yang kita lakukan dan perbuat nantinya akan berbuah sesuai dengan apa yang kita perbuat.
Zhalim dalam bahasa Arab berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnhya, atau zhalim adalah lawan kata dari pada adil, menempatkan sesuatu pada tempatnya. Inti dari perbuatan zhalim dalam munafik ini adalah ketika ada perselisihan dan terjadi perdebatan, ada potensi penutupan atau penyamaran kebenaran dengan kebatilan yang dibuat seolah-olah benar dengan cara rekayasa kata dan argumen. Pernyataan ini mempertegas pengertian munafik: Apa yang dikatakan berbeda dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Bagaimana Menghindari Perilaku Hipokrit?
Pertama, menghindari atau menjauhi perbuatan nifak harus menjadi watak dan juga karakter setiap muslim dan muslimat. Salah satu upaya agar terhindar dari perbuatan munafik adalah dengan berdo’a. Rasulullah ﷺ mengajarkan do’a, “Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kefakiran, kekufuran, kefasikan, kedurhakaan, kemunafikan, sum’ah, dan riya’”. (H.R al Hakim no 1944, Shahih)
Kedua, bertaubat. Menyadari kesalahan dari diri sendiri dan memohon ampun kepada Allah ﷻ atas segala kesalahan lalu berjanji untuk tidak mengulangi lagi, dalam hal ini adalah perilaku munafik.
Ketiga, selalu berkata jujur dalam bertutur kata, tidak ingkar janji dan selalu menetapi akan janji yang telah dibuatnya dan siap sedia dengan amanah yang dibebankan. Segala hal ini lama-kelamaan akan membantu seseorang terhindar dari perilaku munafik itu sehingga terciptalah kedamaian hati dan terbebas dari rasa was-was dan khawatir.
Balasan bagi Orang Munafik
Sudah barang tentu setiap amal perbuatan akan mendapat balasan yang sesuai. Hal ini senada dengan pepatah yang sudah dipaparkan sebelumnya, “Apa yang kita tanam akan kita tuai juga”. Orang yang memaki atau menghinakan orang lain, maka suatu saat dia akan terhina dengan sendirinya. Entah penghinaan itu berupa caci maki, sumpah serapah, ataukah dalam bentuk lain seperti ketidakbahagiaan dan kesulitan hidup sehingga menjadikannya terhina. Apapun itu segala amal pasti ada balasannya.
Allah ﷻ, “Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih”. (Q.S an-Nisâ’ [4]: 138). Di surat yang sama, Allah ﷻ berfirman, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka”. (Q.S an-Nisâ’ [4]: 145)
Pembaca budiman yang senantiasa dirahmati oleh Allah ﷻ sudah seyogyanya kita menghindari daripada perbuatan munafik. Zaman perselisihan dan perdebatan dalam dunia maya maupun nyata seringkali menggelincirkan seseorang dalam perbuatan zhalim yang bisa jadi masuk dalam kategori munafik tersebut. Alih-alih mendapat kenikmatan hidup sesuai ekspektasinya, hidupnya selalu dirundung kewas-wasan dan kekhawatiran. Naudzubillâhi min dzalik.[]
Marâji’
https://tafsirweb.com/1670-quran-surat-an-nisa-ayat-138.html
https://rumaysho.com/10836-barangkali-kita-termasuk-munafik.html
https://www.islampos.com/4-ciri-orang-munafik-hati-hati-anda-mungkin-salah-satunya-132288/
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/munafik
Fatkhur Rohman Khakiki
Teknik Kimia FTI UII
Mutiara Hikmah
Doa dari kekufuran dan kemunafikan
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْفَقْرِ وَالْكُفْرِ، وَالْفُسُوقِ، وَالشِّقَاقِ، وَالنِّفَاقِ، وَالسُّمْعَةِ، وَالرِّيَاءِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kefakiran, kekufuran, kefasikan, kedurhakaan, kemunafikan, sum’ah, dan riya’.”(H.R. al-Hakim no.1944)