Cinta dan Iman: Kesejukan yang Terpancar dari Tanah Palestina

Cinta dan Iman: Kesejukan yang Terpancar dari Tanah Palestina

Yelis Nur Wahidah*

 

Di tengah hiruk-pikuk konflik yang melanda, Palestina menawarkan kekayaan cinta dan iman yang menyejukkan hati. Lebih dari sekadar medan perjuangan perebutan wilayah kekuasaan, Palestina adalah kisah tentang bagaimana cinta dan iman dapat menjadi sumber kekuatan bagi penduduknya. Palestina, tanah suci yang kaya sejarah dan keagamaan, bukan hanya menjadi medan konflik, tetapi juga menghidupkan jalan keimanan yang menakjubkan. Di tengah konflik yang melanda, Palestina mengajarkan kepada dunia bahwa keimanan adalah sumber kekuatan yang tak terbatas, yang dapat membawa ketenangan di tengah cobaan.

Cinta Sebagai Pengikat Komunitas

Cinta di Palestina tidak hanya berkisar pada hubungan individu, tetapi juga perekat yang mengikat seluruh komunitas. Solidaritas dan gotong-royong menjadi pondasi yang membangun kehidupan bersama, memastikan bahwa setiap orang dianggap sebagai bagian dari satu keluarga besar yang saling mendukung dan melindungi. Inilah tanah pilihan, Allah ﷻ yang telah menetapkan keberkahan tanah Palestina (bagian dari Syam). Keberkahannya ini dapat diingat kembali, misalnya Syam menjadi tempat hijrah Nabi Ibrahim, tempat singgah Nabi Muhammad ﷺ  ketika menjalankan Isra dan Mi’raj, sebagaimana firman Allah ﷻ,

سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Q.S. Al-Isrâ [17]: 1)[1]

Keberkahan lain yang Allah ﷻ khususkan atas Palestina (sekelilingnya) yaitu merupakan tempat dakwahnya para Nabi dengan misi agama tauhid serta keberadaan kiblat pertama kaum muslim (Masjidil Aqsha) di tanah Palestina.[2]

Cinta pada Tanah Air

Cinta pada tanah air di Palestina tidak dapat diukur dengan kata. Setiap bukit, lembah, dan pohon memiliki kisah yang dalam tentang kehidupan (perjuangan). Cinta tanah air merupakan fitrah, di mana setiap individu tidak akan mampu melupakan tempat kelahirannya. Kondisi ini bisa dilihat dari penduduk Palestina yang mencintai tanah mereka dengan penuh perjuangan walaupun nyawa taruhannya, hidup terbiasa dengan suara tembakan, ledakan bom yang bisa terjadi kapan saja tidak menjadikan mereka meninggalkan negeri kelahirannya, tetapi tetap bertahan di atas keimanan dan kekuatan do’a yang dipanjatkan, sebagaimana Nabi Ibrahim pernah berdoa kepada Allah ﷻ untuk negeri yang didiaminya. Allah ﷻ berfirman,

وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا ءَامِنًا وَٱرْزُقْ أَهْلَهُۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ مَنْ ءَامَنَ مِنْهُم بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۖ

Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim berdoa: Wahai Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa dan berikanlah rezeki dari berbagai jenis buah-buahan kepada penduduknya, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat…” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 126).

Cinta dalam Perjuangan

Perjuangan panjang yang dihadapi masyarakat Palestina menjadi ajang di mana cinta akan keadilan dan kebebasan membimbing setiap langkah. Meskipun terjebak konflik yang kompleks, cinta pada nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan terus menjadi api yang menyala dalam hati setiap individu yang tinggal di Palestina. Sekarang kita dikagumkan sosok pejuang palestina yang dikenal Abu Ubaidah, walaupun masih menjadi misteri tetapi keberaniannya patut dicontoh karena dianggap menjadi salah satu simbol perlawanan Palestina terhadap agresi, penjajahan (makar) dilakukan Israel dan zionis. Cinta dalam perjuangan, keimanan yang kuat dan ketaqwaan hanya kepada Allah ﷻ menjadikan pejuang Palestina tidak gentar dalam berjuang karena rahmat dan syahid yang diharapkan. ini sesuai dengan firman Allah ﷻ,

وَلَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَٰحِهَا وَٱدْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ ٱلْمُحْسِنِينَ

 “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik” (Q.S. Al-A’râf [7]: 56).

Iman sebagai Pilar Kekuatan

Iman adalah pilar utama di Palestina. Meskipun terjadi cobaan (penderitaan), penduduknya tetap menemukan kekuatan, ketenangan dalam keyakinan mereka. Masjid yang luluh lantah tidak menggoyahkan keimanan, pujian kepada Allah ﷻ, doa yang diucapkan dengan penuh kekhusyukan menjadi sumber kekuatan spiritual yang tidak tergoyahkan dalam berjihad melawan kedzaliman. Allah ﷻ berfirman,

لَا يَسْتَـْٔذِنُكَ ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ أَن يُجَٰهِدُوا۟ بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ ۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌۢ بِٱلْمُتَّقِينَ

“Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. At-Taubah [9]:44)

Iman dalam Keragaman

Palestina bukan hanya diwarnai oleh konflik politik, tetapi juga merangkul keragaman iman. Kristen, Islam, dan Yudaisme hidup berdampingan, menciptakan mosaik spiritual yang memperkaya kehidupan. Toleransi dan keterbukaan menjadi wujud nyata dari iman yang berkembang dalam keragaman. Cinta dan iman, dua kekuatan spiritual yang terpancar dari tanah Palestina, mengajarkan kepada dunia bahwa ketenangan dan kebahagiaan bukanlah hasil dari kekayaan materi, tetapi dari kekayaan batin yang memancar dari hati yang penuh cinta dan keyakinan. Dengan kesejukan ini, penduduk Palestina memberikan pelajaran tentang kehidupan yang harmonis, saling mengenal antar suku dan bangsa kendati dihadapkan pada tantangan konflik yang berat. Sesuai firman Allah ﷻ,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

 “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujurat [49]: 13).

 

* Alumni Takmir Masjid Ulil Albab UII & Pengajar STIT Madani Yogyakarta.

[1] https://tafsirweb.com/.

[2] Majalah As-Sunnah. “Palestina Tanah Kaum Muslimin.” https://almanhaj.or.id/8028-palestina-tanah-kaum-muslimin.html. Diakses pada 25 November 2023.

Download Buletin klik disini

Tak harus “Berperang“ untuk Bela Palestina

Tak harus “Berperang“ untuk Bela Palestina

Muhammad Irfan Dhiaulhaq AR

 

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh,

Sudah ribuan saudara-saudari kita para mujahid di tanah gaza sana telah tumbang menuju Allah ﷻ. Pembantaian yang tidak berperi kemanusiaan dilakukan oleh Zionis Yahudi yang semakin memarak. Sebelumnya, mereka menargetkan serangan kepada tentara Hamas Palestina yang menyerang mereka. Hingga saat ini, kaum zionis telah meluluh lantahkan berbagai tempat dan kalangan. Mulai dari Tempat beribadah, rumah sakit hingga rumah pengungsian yang menjadi target serangan empuk bagi mereka. Tercatat, lebih dari 11.000 orang yang telah kehilangan nyawa akibat serangan ini. Data tersebut diperparah dengan hancurnya 21 rumah sakit di Gaza serta beberapa tempat umum yang lainya.[1]

Menurut data dari Kementerian Kesehatan di Gaza, Korban tewas mencakup sedikitnya 4.506 anak-anak. Kejahatan yang sangat parah ini melampaui agresi yang telah ditetapkan oleh PBB, sehingga kegiatan ini dapat disebut sebagai salah satu dari tindakan genosida. Kita sebagai umat Muslim yang tidak bisa diam saja melihat kekejaman Zionis Yahudi yang telah melampaui batas. Sudah seharusnya kita memberikan bantuan kepada saudara kita di Palestina dengan beberapa cara berikut ini:

Memanjatkan Do’a Qunut Nazilah

Seperti yang telah dilaksanakan di beberapa Masjid di Indonesia, kerap melaksanakan do’a qunut nazilah yang diucapkan ketika waktu shalat fardhu pada posisi i’tidal di rakaat terakhir. Tidak hanya dipanjatkan untuk saudara kita di Palestina yang sedang terzalimi, namun juga kerap dipanjatkan ketika masa pandemi Covid-19 melanda. Menurut madzab Syafi’i sendiri, hukum qunut nazilah adalah sunnah ketika terjadi malapetaka atau bahaya yang menimpa kaum muslimin atau sebagainya. Dalilnya adalah hadis shahih dari Ibnu Abbas, ia berkata,

قَنَتَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَهْرًا مُتَتَابِعًا فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَصَلَاةِ الصُّبْحِ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ، إِذَا قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ مِنَ الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ، يَدْعُو عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ بَنِي سُلَيْمٍ، عَلَى رِعْلٍ، وَذَكْوَانَ، وَعُصَيَّةَ، وَيُؤَمِّنُ مَنْ خَلْفَهُ

Rasulullah ﷺ qunut nazilah selama satu bulan. Beliau melakukannya berturut-turut pada shalat Zuhur, Asar, Magrib, Isya, dan Subuh di setiap akhir shalat jika telah membaca ‘Sami‘allāhu liman hamidah’ dari rakaat yang terakhir mendoakan kejelekan untuk sekelompok kaum dari Bani Sulaim, Ri‘l, Dzakwan, dan Ushaiyah. Para Sahabat yang shalat di belakang beliau mengaminkan doanya.” (H.R. Abu Dawud, Ahmad, al-Hakim).[2]

Qunut Nazilah sunnah dilakukan sebab ada Musibah seperti merebaknya wabah di berbagai belahan dunia, penjajahan atau bencana besar di suatu negara, termasuk di antaranya menimpa sebagian kaum muslimin, sebagai salah satu upaya penting berdimensi spiritual yang seharusnya dilakukan oleh kaum muslimin di mana pun berada. Cara ini dapat kita lakukan untuk membantu saudara muslimin di palestina sana dengan mengirimkan senjata jitu berupa doa-doa dan Memanjatkan Qunut Nazilah didalam sholat kita.[3]

Like, Share dan Comment Postingan tentang Palestina

Banyak beredar postingan dan video tentang keadaan negara Palestina sekarang yang memperlihatkan betapa mirisnya keadaan masyarakat palestina ditengah gencaran senjata dan rudal bom yang diluncurkan oleh kaum Zionis Yahudi. Selain itu, banyak juga konten-konten yang memberikan belas kasih serta dukungan terhadap saudara-saudara kita di palestina sana. Dengan adanya konten dan postingan tersebut, kita dapat berkontribusi untuk memberikan Like, Share dan Comment kebaikan dalam postingan tersebut. Karena dengan semakin banyak Like, Share dan Comment terhadap postingan tersebut, akan menjadikan konten-konten yang tadinya tidak terlihat oleh dunia Internasional, dapat terangkat dengan Algoritma yang ada.

Karena menurut Algoritma yang ada, Interaksi serta frekuensi likes serta komen yang diberikan akan memengaruhi konten apa saja yang menjadi page pribadi maupun publik. Hal ini dapat memberikan wadah bagi konten-konten yang berkaitan dengan Palestinan nantinya akan tampil di seluruh paltform media sosial baik itu Instagram, Tiktok dan yang lainya. Hal ini dapat membuat seluruh konten tentang Palestina nantinya dapat ter ekspos di publik dan menjadi perhatian bagi Umum.

Ikut Aksi Bela Palestina

Dengan banyak antusias umat Muslim dan non-Muslim yang menentang keras adanya konflik di Palestina, diadakan berbagai macam Aksi Bela Palestina di beberapa kota di dunia. Salah satunya di Kota Yogyakarta yang berlokasi di Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Aksi yang diiringi dengan Spanduk, Poster dan Bendera Palestina itu dihadiri oleh banyak kalangan. Sejumlah elemen dari masyarakat turut ikut serta dalam aksi ini.[4] Mulai dari tokoh masyarakat, artis media sosial maupun para da’i dan ulama. Dengan semangat yang menggebu-gebu dalam membela saudara kita di palestina sana dalam mengikuti aksi ini, kita dapat turut serta untuk mendukung para saudara kita tanpa terjun ke medan perang melalui suara dan aksi kita.

Memberikan Donasi lewat Lembaga Penyalur yang ada

Selain beberapa dukungan tadi, yang paling utama adalah kita bisa menyalurkan bantuan kita berupa sembako serta nominal uang yang nantinya akan disalurkan oleh lembaga yang terpercaya kepada saudara-saudara kita di Palestina. Presiden RI Ir Joko Widodo juga telah melepas bantuan kemanusiaan yang terdiri dari logistik untuk disalurkan kepada rakyat di Palestina. Aksi dari presiden ini dapat kita contoh dengan memberikan sejumlah harta kita untuk disalurkan kepada kaum muslimin di Palestina melalui lembaga yang sudah kredibel seperti Inisiatif Zakat Indonesia (IZI), Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah (LAZIS) dan lain sebagainya. Semoga denagn cara ini dapat meringankan penderitaan warga Palestina. Semoga Allah memberikan kemerdekaan untuk negeri Palestina. Âmîn.[]

Marâji’

[1] Rolando Fransiscus Sihombing. “Korban Tewas Serangan Israel di Gaza Tembus 11.000 Orang, Termasuk 4.506 Anak” selengkapnya https://news.detik.com/internasional/d-7030467/korban-tewas-serangan-israel-di-gaza-tembus-11-000-orang-termasuk-4-506-anak. Diakses pada 13 November 2023.

[2] An-Nawawi berkata dalam al-Majmū‘ (3/482), “Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang hasan atau shahih.” Ibnul Qayyim berkata, “Hadits ini shahih.” (Zādul-Ma‘ād 1/280) Dinyatakan hasan oleh al-Albani dalam Shahīh Sunan Abū Dāwūd no. 1443. https://artikel.alfurqongresik.com/qunut-nazilah-apa-dan-bagaimana-caranya/. Diakases pada pada 14 November 2023.

[3] Ahmad Muntaha. “Sejarah dan Ketentuan Praktis Qunut Nazilah.” https://nu.or.id/shalat/sejarah-dan-ketentuan-praktis-qunut-nazilah-pada-saat-wabah-F9v6I. Diakses pada 14 November 2023.

[4] Hari Susmayanti. “Ribuan Warga Yogyakarta Gelar Aksi Bela Palestina.” https://jogja.tribunnews.com/2023/11/11/breaking-news-ribuan-warga-yogyakarta-gelar-aksi-bela-palestina. Diakses pada 14 November 2023

Download Buletin klik disini

 

Ketika Iman Menjadi Senjata: Ketenangan Hati Mujahidin Palestina

Ketika Iman Menjadi Senjata: Ketenangan Hati Mujahidin Palestina

Fortuna Khoiriyatul Muslimah*

 

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh,

Ditengah hiruk pikuk kekacauan kota dengan bangunan yang hancur, kerabat dan keluarga yang sudah tiada, para muslim mujahidin Palestina terus mengucap dzikir dan beribadah kepada Allah ﷻ  dengan tidak menyalahkan takdir ataupun ketentuan-Nya, sebagai bentuk penyembahan termurni akan kebesaran Allah ﷻ, ikhlas akan ketetapan dan berserah diri di tangan Sang Pencipta selagi terus berjuang akan tanah kelahiran mereka.

Dengan tidak berbekal apa-apa kecuali doa, iman dan takwa yang menyertai, mereka melawan dengan ketenangan hati yang diberikan oleh Allah ﷻ, percaya bahwa segala usaha mereka akan dibalas dengan pahala dan surga yang telah menanti. Sungguh, Allah yang Maha Melihat lagi Maha Mengetahui tidak akan memberikan cobaan hidup yang tidak sesuai dengan kesanggupan hambanya, sungguh besar kesabaran hati para muslim mujahidin Palestina yang berjuang melalui doa, iman dan usaha yang diiringi dengan ketakwaan.

Ketenangan Hati Para Pejuang

Meskipun dengan minim senjata ataupun roket yang menghancurkan, kemuliaan kesabaran mereka merupakan kekuatan terbesar yang mendorong mereka untuk berjuang menegakkan agama Allah. Berpegang teguh dengan konsep ‘mengingat Allah hati menjadi tenang’ bukan merupakan sebuah bualan semata karena tidak semua makhluk dapat merasakan ketenangan hati, ataupun kesabaran yang sama ketika diuji. Ketenangan hati yang diemban para mujahidin Palestina dan orang-orang mukmin lainnya tidak luput dari keimanan yang mereka tanam dalam hati, meyakini bahwa Allah Maha Melihat atas setiap perbuatan manusia baik yang tampak secara langsung ataupun tidak. Sekecil apapun amal seseorang akan dibalas sesuai dengan niatnya.[1]

Berjuang jihad fii sabilillah untuk menegakkan agama Allah, dengan imbalan derajat kedudukan tinggi dan surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, seperti yang sudah dijanjikan Allah ﷻ dalam firman-Nya,

فَٱلَّذِينَ هَاجَرُوا۟ وَأُخْرِجُوا۟ مِن دِيَٰرِهِمْ وَأُوذُوا۟ فِى سَبِيلِى وَقَٰتَلُوا۟ وَقُتِلُوا۟ لَأُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّـَٔاتِهِمْ وَلَأُدْخِلَنَّهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ ثَوَابًا مِّنْ عِندِ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلثَّوَابِ

Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannnya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik” (Q.S. Ali ’Imrân [3]: 195).

Kesedihan hati yang mereka rasakan di dunia atas meninggalnya saudara dan kerabat dekat, ataupun ketakutan atas ancaman dari zionis laknatullah sesungguhnya akan dibalas kemuliaan oleh Allah ﷻ di hari akhir kelak. [2]

Salah satu kemuliaan adalah ketabahan dan ketenangan hati ditengah-tengah tragedi pembantaian, penganiayaan dan penindasan terhadap rakyat Palestina yang disaksikan oleh sistem pemerintahan yang bisu yang membuat seolah-olah perang ini tidak berujung perdamaian. Allah ﷻ menjanjikan ketenangan hati terhadap mereka yang percaya akan kemenangan Allah ﷻ melalui surah al-Fath ayat 4. Allah ﷻ berfirman,

هُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِى قُلُوبِ ٱلْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوٓا۟ إِيمَٰنًا مَّعَ إِيمَٰنِهِمْ ۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. al-Fath (48): 4).

Janji Allah itu Benar

Sebagai seorang muslim, sepatutnya kita mengimani bahwa Allah ﷻ tidak akan pernah meninggalkan orang-orang yang beriman dalam kondisi apapun, meskipun zionis Israel memutus koneksi internet meng-isolasi rakyat Palestina dari dunia luar, memutus akses makanan ataupun minuman hingga menghancurkan rumah sakit sebagai fondasi kehidupan terakhir yang dimiliki.

Allah ﷻ tetap bersama orang-orang yang sabar dan tabah meskipun ujian yang diberikan sangat berat. Tidak semua orang dapat mengemban beban amanah yang sama dengan kemuliaan ketenangan hati rakyat Palestina. Mereka yakin bahwa pertolongan Allah ﷻ itu dekat dan janji Allah ﷻ akan kemenangan itu benar meskipun dengan perjuangan yang berdarah-darah.

Mereka telah Tertipu

Dengan permainan dan tipu daya manusia, penduduk Palestina di sorot oleh media sebagai kaum yang paling sengsara dan terkecam oleh takdir sedangkan zionis yang menjajah dan menginjak-injak nyawa manusia digambarkan sebagai kaum yang beruntung atas kekuasaan militer mereka, dijustifikasi oleh kebohongan yang mereka lakukan sejak zaman dahulu.[3]

Kekuasaan Zionis Yahudi yang didukung dan di danai oleh negara-negara barat adalah fitnah yang mengelabui masyarakat internasional. Apa yang mereka lakukan selama ini adalah benar, seperti menghancurkan tempat ibadah (masjid ataupun gereja), rumah sakit, membunuh anak-anak dan warga yang tidak bersalah.[4]

Ketika mereka menyombongkan kekuasaan untuk bersikap semena-mena seakan-akan kematian tidak sedang menunggu untuk membalas mereka, maka sungguh mereka merupakan kaum yang telah hanyut dalam tipu daya dunia yang memabukkan dan membuka jalan menuju neraka jahannam.[5]

Penutup

Fenomena kekuasaan yang tidak diimbangi dengan iman sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an seperti tragedi Fir’aun dan Qarun, yang memiliki harta berlimpah, termasuk kekuasaan dan jabatan yang disalahgunakan sewenang-wenang, namun semua hal tersebut tidak dapat menolong mereka dari adzab Allah ﷻ karena nikmat duniawi mereka digunakan untuk menindas orang-orang yang tidak bersalah dengan kesombongannya. Sungguh, terdapat pembelajaran dalam al-Qur’an bagi orang-orang yang berakal, salah satunya adalah janji ketenangan hati yang diberikan oleh Allah terhadap orang-orang yang beriman. Wa Allâhu a’lam.[]

* Mahasiswa Fakultas Hukum 2019

[1] https://web.suaramuhammadiyah.id/2022/01/20/ketenangan-hati/ Diakses pada 14 November

2023.

[2] Muh. Yunan Putra. “Hukum Ikut Berjihad ke Palestina Membela Islam” Talfiq dan Pengaruhnya Terhadap Ibadah Masyarakat Awam Serta Pandangan-Pandangan Ulama Fikih Vol. 3. No. 2. 2019. h. 179.

[3] Al-Qur’an telah menggambarkan watak kaum Bani Israil sebagai kaum yang suka berbohong, salah satunya adalah kebohongan meninggalnya Nabi Yusuf yang dimakan oleh serigala. Peristiwa ini dijelaskan dalam surah Yusuf ayat 7-22.

[4] Tika Saripah, et.al. “Fungsi Zuhud Terhadap Ketenangan Jiwa (Studi Analisis terhadap Tafsir Jailani Karya Abd al-Qadir Jailani” Al-Bayan: Jurnal Studi al-Qur’an dan Tafsir. Vol. 2. No. 2. 2017. h. 145.

[5] Al-Isra (17) ayat 18-19

Download Buletin klik disini

Semangka dan Solidaritas Umat Islam Terhadap Palestina

Semangka dan Solidaritas Umat Islam Terhadap Palestina

Imaduddin Fadhlurrahman*

 

Jagad dunia maya ramai dibanjiri dengan postingan buah semangka. Bombardir postingan buah semangka yang dilakukan masyarakat maya merupakan wujud solidaritas sebagai dukungan kepada Palestina. Semangka dipilih karena memiliki makna sebagi simbol ‘the fruit of Palestine’.

Dukungan yang diberikan tersebut adalah bukti bahwa kemanusiaan tidak mengenal batas-batas negara, suku, ras, maupun agama. Bahwa kemanusiaan adalah hakikat utama sebagai manusia. Manusia hanya menjadi manusia manakala kemanusiaan di dalam dirinya senantiasa hidup dalam tindakan.

Islam menempatkan hubungan kemanusiaan dibangun pada sistem yang dapat menjamin terpenuhinya hak dan kewajiban, mendorong tumbuhnya sikap saling mengasihi bagi kemajuan manusia, dan menghimpun antara apa yang mesti dilakukan untuk diri sendiri dan apa yang wajib dipenuhi oleh orang lain.

Seorang muslim yang sejati tidak akan segan mencurahkan rahmat kasih sayang itu kepada sesama manusia, memberinya kepada makhluk-makhluk lain. Itu sebabnya seorang muslim yang sejati akan menjadi bagian penting dalam komunitasnya karena selalu melahirkan kebaikan dan keutamaan. Gerak dan diamnya adalah pancaran cahaya kebenaran, bentangan anugerah keberkahan dan kemuliaan, dan penolong untuk mendekatkan yang jauh dan memudahkan yang sulit.[1]

Dalam menjalankan kehidupan, Islam mendorong umat muslim untuk memenuhi hatinya dengan cinta, membasahi mulutnya dengan kasih sayang dan salam keselamatan, memenuhi tangannya dengan kenikmatan yang dapat diteruskan kepada siapa pun tanpa adanya paksaan.[2]

Maka menengok peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini, kejadian yang sedang menimpa bumi Palestina. Tidak perlu menjadi seorang muslim untuk merasakan penderitaan mereka, cukuplah dengan menjadi manusia kita sudah sepatutnya merasakan derita mereka. Maka sudah sepantasnya kita yang merupakan umat Islam untuk senantiasa mengirimkan bantuan dan doa kepada saudara kita yang berada di bumi Palestina.

Simbol Kemanusiaan

Buah semangka yang membanjiri lini masa dunia maya adalah bagian dari simbol kemanusiaan. Semangka merupakan simbol dari perwujudan perlawanan rakyat Palestina sebagai bentuk protes dan representasi atas identitas nasional yang berhubungan dengan tanah dan perlawanan. Bukan hanya umat Islam saja yang terketuk hatinya untuk memberikan dukungan bagi Palestina, namun seluruh masyarakat dunia berbondong-bondong memberikan dukungannya bagi Palestina.

Maka kita sebagai umat Islam yang bermukim di Indonesia tentu tidak hanya berhenti pada sebatas simbol semata dengan mempsoting aneka gambar semangka di media sosial. Kita harus menunjukkan bahwa kita bisa memberikan kontribusi yang lebih nyata dan berdampak untuk saudara-saudara kita di bumi Palestina.

Sesungguhnya Allah ﷻ telah menegaskan di dalam Al-Qur’an bahwa seluruh muslim itu bersaudara. Allah ﷻ berfirman,

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ

Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara.” (Q.S. al-Hujurat [49]: 10).

Lalu dipertegas kembali oleh Rasulullah ﷺ dalam sebuah hadis yang berbunyi,

المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ

Seorang muslim itu bersaudara dengan muslim yang lainnya.” (H.R. Muslim, no. 2564).

Dengan demikian, meski kita berada di belahan bumi yang berbeda, memiliki budaya berbeda, hingga bendera yang berbeda dengan warga Palestina, namun kita adalah saudara yang dipersatukan karena agama dan iman oleh Allah ﷻ.

Solidaritas Terhadap Palestina

Islam tidak hanya menginginkan persaudaraan karena agama dan iman hanya berhenti sebatas ucapan, melainkan harus selaras dengan tindakan nyata dalam sikap dan perbuatan. Dalam konteks Palestina, bentuk persaudaraan tersebut adalah solidaritas untuk menolong umat Islam di Gaza, Palestina.

Allah ﷻ memerintahkan umat Islam untuk senantiasa menolong saudaranya yang memerlukan pertolongan. Allah ﷻ berfirman,

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَهَاجَرُوا۟ وَجَٰهَدُوا۟ بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَٱلَّذِينَ ءَاوَوا۟ وَّنَصَرُوٓا۟ أُو۟لَٰٓئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يُهَاجِرُوا۟ مَا لَكُم مِّن وَلَٰيَتِهِم مِّن شَىْءٍ حَتَّىٰ يُهَاجِرُوا۟ ۚ وَإِنِ ٱسْتَنصَرُوكُمْ فِى ٱلدِّينِ فَعَلَيْكُمُ ٱلنَّصْرُ إِلَّا عَلَىٰ قَوْمٍۭ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُم مِّيثَٰقٌ ۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Dan Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Anfal [8]: 72).

Rasulullah ﷺ juga bersabda,

وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ

Allah selalu menolong hambanya selama hambanya menolong saudaranya.” (H.R. Muslim, no. 2699).

Rasulullah ﷺ juga memberikan sebuah penggambaran bahwa sesungguhnya seluruh umat Islam itu selayaknya satu tubuh sebagaimana sabdanya,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (H.R. al-Bukhari, no. 6011 dan Muslim, no. 2586).

Seperti itulah seharusnya kita sebagai umat Islam dalam menjaga persaudaraan dan membangun solidaritas kepada sesama muslim. Umat Islam mau di belahan bumi mana pun berada harus memiliki perasaan selayaknya sebagai satu tubuh yang sama. Sehingga penderitaan yang dialami oleh saudara-suadara kita yang ada di Palestina, seharusnya turut kita rasakan sebagai umat Islam meski kita berada di Indonesia.[3]

Paling tidak solidaritas kita terhadap Palestina harus berangkat dari kesadaran dan dukungan nyata. Selain membangun rasa persaudaraan kepada Palestina yang terjalin karena iman. Kita wajib bersolidaritas sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bisa berupa bentuk aksi membela Palestina, melakukan penggalangan dana, mengrimkan bantuan kemanusiaan seperti makanan, obat-obatan, pakaian, hingga mendoakan keselamatan dan kemenangan rakyat Palestina.[4]

Maka, marilah kita senantiasa membangun rasa persaudaraan dan solidaritas kepada Palestina dengan ikut membela, membantu, mendoakan, hingga ikut merasakan penderitaan saudara-saudara kita yang ada di Palestina.[]

 

* Pengajar di Rumah Quran Liwaul Haq

[1] Quraish Shihab, Al-Luhab Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah Al-Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati. 2012).

[2] Muhammad Al-Ghazali. Perbarui Hidupmu Petunjuk Islam Untuk Hidup Lebih Tentram dan Bahagia, Terj. Taufik Dimas dan Zaenal Arifin (Jakarta: Zaman, 2013).

[3] Suara Muhammadiyah. “Solidaritas Untuk Gaza Palestina”. https://www.suaramuhammadiyah.id/read/solidaritas-untuk-gaza-palestina. Diakses 03 November 2023

[4] Suara Muhammadiyah. “Solidaritas Untuk Gaza Palestina”. https://www.suaramuhammadiyah.id/read/solidaritas-untuk-gaza-palestina. Diakses 03 November 2023

Download Buletin klik disini

Jangan Berputus Asa Membela Palestina

Jangan Berputus Asa Membela Palestina

Ahkam Aulia Rahman*

 

Konflik berdarah kembali terjadi di jalur Gaza hingga sekarang. Saat itu Hamas dari pihak Gaza melancarkan serangan kepada para penjajah Zionis Yahudi. Serangan ini tentu menewaskan banyak pihak dari  terlebih pasukan tentara mereka. Namun tetap saja, serangan pembalasan dari Yahudi lebih membabi buta. Tidak hanya pasukan Hamas, warga sipil, bahkan bayi dan anak-anak tanah Gaza turut menjadi korban. Tempat tinggal, rumah sakit, dan tempat ibadah menjadi sasaran penghancuran oleh Zionis.

Diantara ratusan negara yang ada, Indonesia menjadi salah satu yang berdiri mendukung kebebasan Palestina. Bahkan di sebagian tempat digerakan aksi bela palestina beserta penggalangan donasi. Namun, meski begitu, mirisnya ternyata masih ada diantara masyarakat kita yang berpihak pada Yahudi dan secara terang-terangan menolak dukungan pada Palestina, bahkan seorang yang mengaku muslim sekalipun.

Sikap bela atau tolong menolong merupakan bentuk ketaatan kita pada perintah Allah ﷻ untuk saling menolong sesama Muslim. Dalam Al-Qur’an surah al-Mâidah ayat 2, Allah ﷻ berfirman,

وَتَعَاوَنُوۡا عَلَى الۡبِرِّ وَالتَّقۡوٰى‌ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوۡا عَلَى الۡاِثۡمِ وَالۡعُدۡوَانِ‌ ۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيۡدُ الۡعِقَابِ

“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.” (Q.S. al-Mâidah [5]: 2).

Diperkuat dalam sabda Rasulullah ﷺ dari Sahabat an-Nu’man bin Basyir, Rasulullah ﷺ  bersabda,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.

Perumpamaan kaum Mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam.” (H.R. Al-Bukhari, no. 6011, Muslim, no. 2586 dan Ahmad (IV/270), lafazh ini milik Muslim).

Kesalahpahaman masyarakat tentang bela Palestina

Akhir-akhir ini terbentuk pola pikir yang salah namun berkembang di masyarakat terkait aksi bela palestina. Pandangan ini bahkan mulai muncul pada seseorang yang taat pada ajaran Islam[1]. Mereka secara terang-terangan menolak dukungan kepada Palestina dengan berbagai macam dalih. Ada yang berdalih bahwa Hamas (gerakan pembebas Palestina) merupakan teroris dan tidak boleh dibela.

Pandangan dan alasan lain yang paling absurd dan nyeleneh adalah “Jangan membantu Palestina, nanti jika mereka menang bakalan cepat kiamat”. Seperti hadits mengenai pembebasan Baitul Maqdis (Palestina) sebagai salah satu tanda kiamat (H.R. Bukhari). Masalahnya, muncul kekeliruan pengambilan kesimpulan di masyarakat bahwa membantu kemenangan Baitul Maqdis sama dengan mempercepat terjadinya hari kiamat.

Mari kita luruskan, bentuk peduli kita terhadap sesama manusia bahkan saudara sesama muslim di Palestina merupakan amal saleh. Sedangkan membiarkan atau bahkan mendukung penjajahan  adalah suatu maksiat yang meski dijauhi. Kedua hal ini merupakan bagian dari ibadah yang menjadi tujuan hidup kita[2].

Selanjutnya, ranah pembahasan hari kiamat dengan membela palestina sudah berbeda. Ranah hari kiamat masuk ke dalam bab Aqidah yang mesti kita yakini sebagai dalil naqli. Sedangkan membela Palestina merupakan bab syariah dalam bentuk muamalah (hubungan sesama manusia). Terakhir, sejatinya pembebasan Palestina sudah pernah dilakukan berabad-abad yang lalu seperti oleh sahabat Umar bin Khattab dan Shalahuddin Al-Ayyubi. Jika memang memakai pola pikir tadi, maka seharusnya dari dulu kiamat sudah terjadi. Kesimpulannya, mari kita berfokus membantu dan membela Palestina. Urusan kiamat cukup kita yakini sebagai hal yang akan terjadi dan hanya Allah yang mengetahui waktunya.

Sikap yang Dapat Dilakukan

Dari Abu Sa’id Al-Khudri, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ.

Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (H.R. Muslim, no. 49)[3].

Penjajahan zionis  terhadap rakyat Palestina merupakan kemungkaran atau kejahatan yang jelas di depan mata kita. Berdasarkan hadits tersebut, sikap yang dapat kita lakukan yaitu:

1. Bantu dengan tangan (kekuasaan)

Tangan yang dimaksud ialah dengan kemampuan fisik/kekuasaan yang dimiliki. Jika saat ini kemampuan kita belum bisa membantu korban di Palestina secara langsung, maka bisa melalui bentuk materi/donasi. Saat ini, banyak pihak yang membuka penyaluran donasi untuk korban di Palestina. Jika mampu, mari kita salurkan bantuan materi kita disana.

2. Bantu dengan lisan

Jika kita tidak mampu dengan tangan, maka cukup bagi kita bantu mereka dengan menyuarakan penolakan secara lantang. Saat ini, bentuk menyuarakan lebih mudah dilakukan melalui media sosial. Mari bantu orang-orang yang belum paham agar mereka mengetahui akan kekejaman zionis. Melangitkan doa kepada Allah ﷻ menjadi senjata spesial kita sebagai umat muslim. Kekuatan doa tidak dapat diukur karena kita sudah melibatkan Yang Maha Penolong, Allah ﷻ.

3. Bantu dengan hati

Bentuk bantuan dengan hati adalah dengan sikap menyalahkan kita terhadap tindakan zionis. Cukup diam, tidak memunculkan pandangan yang menjurus pada pembelaan kaum zionis  sudah cukup meskipun hal ini merupakan selemah-lemahnya iman.

Penutup

Kesalahpahaman yang muncul di masyarakat harus segera kita cabut dan hilangkan karena jika dibiarkan khawatirnya dapat mengakar pada seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi muslim. Bagaimana jadinya jika umat muslim terkecoh dengan pola pikir ini dan membiarkan saudaranya sesama muslim di Palestina ditindas? Sungguh, jika itu terjadi, dapat dipastikan kaum zionis  sudah menang dan berhasil mengalahkan dan menguasai kita.  tidak akan berhasil menguasai Palestina, namun  bisa saja “menguasai” umat muslim dunia selain Palestina. Na’ûdzubillâh Min Dzalik. Wallâhu a’lam bish shawwâb.[]

 

* Mahasiswa Psikologi 2020 Universitas Islam Indonesia.

[1] Ahmad (2023). Akmal: Waspadai Pembenaran untuk Tidak Bela Palestina. https://hidayatullah.com/berita/2023/10/17/259894/akmal-waspadai-pembenaran-untuk-tidak-bela-palestina.html. Diakses pada tanggal 22 September 2023.

[2] Siregar, Dani. (2023). “Jangan bantu palestina” [instagram post]. http://surl.li/mkhhf. Diakses pada tanggal 22 September 2023

[3] Hasan, F.A. (2020). Syarah hadits Arba’in an-Nawawi. Depok: Gema Insani

Download Buletin klik disini

Shalat Tahajud As a Moeslim’s Coping Mechanism

Shalat Tahajud As a Moeslim’s Coping Mechanism

Oleh : Reza Wahyuningsih*

Pendahuluan

Manusia, bahkan seluruh makhluk di muka bumi adalah hamba Allah ﷻ, kepemilikan Allah ﷻ atas hambanya adalah kepemilikan yang mutlak dan sempurna. Di dalam al-Qur’an ditegaskan bahwa tujuan utama diciptakannya manusia di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah ﷻ dan mengabdikan seluruh aktifitas kehidupannya hanya kepada Allah ﷻ.  Allah ﷻ berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku.” (Q.S. Al-Dzariyat [51]: 56).

Dari ayat ini, dapat dipahami bahwa beribadah merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Salah satu bentuk ibadah yang memiliki makna mendalam bagi umat Muslim adalah shalat Tahajud. Shalat ini bukan hanya ritual rutin, tetapi juga merupakan mekanisme coping yang dapat membantu seorang Muslim untuk terhindar dari stress.

Shalat Tahajud yang dilakukan dengan penuh kesungguhan, khusyuk, tepat, ikhlas dan kontinyu dapat menumbuhkan persepsi dan motivasi positif dan mengefektifkan coping, respon emosi positif yang terus berkembang ini dapat mengontrol respon emosi dan menghindarkan reaksi stress.  sebagaimana firman Allah ﷻ dalam surah al-Baqarah ayat 153. Allah ﷻ berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Wahai orang orang yang beriman, mohonlah pertolongan kepada allah denagan sabar dan shalat. Sesungguhnya allah Bersama orang orang yang sabar” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 153).

Shalat Tahajud: Definisi dan Signifikansi

Shalat Tahajud adalah ibadah sunnah yang dilakukan pada malam hari. Kata tahajud sendiri berasal dari kata hujud yang berarti “tidur”. Shalat ini dikenal juga sebagai shalat lail atau shalat malam. Ibadah ini memiliki signifikansi mendalam dalam Islam karena syariat mendirikan shalat Tahajud sudah dilakukan oleh nabi Muhammad ﷺ. Dalam riwayat disebutkan bahwa sejak pertama kali muncul perintah shalat Tahajud Rasulullah ﷺ tidak pernah meninggalkan shalat Tahajud1.  Rasulullah ﷺ secara konsisten menganjurkannya. Dalam surah Al-Isrâ ayat 79, Allah ﷻ berfirman,

وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا

Dan pada malam hari bersembahyang tahajjud sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu akan mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (Q.S. Al-Isrâ [17]: 79).

Perintah shalat Tahajud memiliki nilai dimensional, baik secara psikis, psikologis, dan aura spiritual. Diriwayatkan dari ‘Amr bin ‘Abasah bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الرَّبُّ مِنْ الْعَبْدِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ الْآخِرِ فَإِنْ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَكُونَ مِمَّنْ يَذْكُرُ اللَّهَ فِي تِلْكَ السَّاعَةِ فَكُنْ.

Sedekat-dekatnya Allah dengan hamba-Nya adalah pada sepertiga malam terakhir, maka jika kamu mampu menjadi di antara mereka yang berdzikir pada waktu tersebut maka lakukanlah”. (H.R. at-Tirmidzi,no. 3579, an-Nasâ’I, no. 572, dan dishahihkan al-Bani dalam “Shahih Jami’” no. 1173).

Maka Ibadah shalat Tahajud bukan hanya tentang menjalankan perintah agama, tetapi juga merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah ﷻ2. Selama shalat ini, seorang Muslim dapat merenungkan, berdoa, dan mencari bimbingan dari Sang Pencipta. Ini adalah waktu ketika hubungan pribadi dengan Allah ﷻ diperkuat, dan dorongan spiritual diperoleh.

Shalat tahajud dalam tinjauan medis bisa menjaga homeostasis tubuh. Ketika pelaksanaan shalat Tahajud akan terjadi keseimbangan dalam sekresi kortisol secara endogen dan eksogen. Secara endogen, terjadi peningkatan sekresi kortisol karena aktifitas tahajud yang di lakukan pada malam hari Ketika bangun dari tidur, namun secara eksogen karena pengaruh lingkungan pada malam sholat tahajud dengan suasan tenang dan gelap terjadi penurunan sekresi kortisol, sehingga kadar kortisol menjadi normal. Shalat Tahajud yang dilakukan secara ikhlas dan teratur dapat memperbaiki emosi positif dan coping aktif. Emosi positif dapat ditransmisi ke system limbik dan korteks serebral yang dapat menjaga keseimbangan antara sintesis dan sekresi neurotransmitter.3

Mekanisme Coping dalam Shalat Tahajud

1. Mengatasi gelisan dan kecemasan

Rasa gelisah dan cemas dapat hilang dengan merasakan kehadiran Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Ketika shalat Tahajud seorang hamba dapat berdialog intens dengan Tuhannya. Shalat Tahajud membantu individu Muslim mencapai ketenangan batin. saat itulah ras gelisah dan cemas dapat berganti menjadi rasa tenang dan damai. Melalui ketenangan batin dan doa yang diberikan dalam shoalat Tahajud, seorang muslim dapat menjadi lebih lega dan mendapatkan perspektif yang lebih jelas dalam menghadapi masalah.

2. Menciptakan harapan dan cita cita

Salah satu aspek penting dari shalat Tahajud adalah doa. Muslim digalakkan untuk mengangkat semua permasalahan, kekhawatiran, dan keinginan mereka kepada Allah ﷻ. Ini adalah momen ketika hati terbuka, dan permohonan kepada-Nya dianggap sangat berharga.

3. Peningkatan kualitas hidup

Shalat Tahajud membantu meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Shalat Tahajud dapat memperkuat hubungan spiritual dengan Allah ﷻ. Ini adalah waktu ketika seseorang merasa lebih dekat dengan-Nya, dan kesadaran akan kehadiran-Nya yang senantiasa ada dalam hidupnya. Hal ini memberikan kepercayaan diri, mengingatkan bahwa meskipun dunia mungkin penuh dengan kesulitan, Allah ﷻ adalah pendamping yang setia. Dengan memperkuat hubungan spiritual dan mendapatkan bimbingan dari Allah ﷻ, individu Muslim dapat hidup dengan lebih penuh makna dan tujuan. Ini mendorongnya untuk menghargai nilai-nilai seperti kebaikan, kejujuran, dan belas kasihan dalam interaksi sehari-hari.

Kesimpulan

Shalat Tahajud adalah salah satu mekanisme coping yang kuat bagi umat Muslim dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Ibadah ini bukan hanya ritual keagamaan untuk mendekatkan diri kepada Allah ﷻ namun juga menjadi sarana untuk , merenungkan diri sendiri, dan mencari kekuatan serta solusi untuk masalah yang dihadapi. Melalui shalat Tahajud, individu Muslim dapat meraih ketenangan batin, mengatasi stres, dan memperkuat hubungan spiritual mereka. Oleh karena itu, praktik ibadah ini tetap menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari umat Muslim yang ingin menghadapi dunia dengan ketenangan, kebijaksanaan, dan keyakinan yang lebih kuat. Wa Allâhu a’lam bish shawwâb.[]

 

—————

* Mahasiswa Fakultas Kedokteran UII

  1. Rahman A, Ma’sum MA. Psikoterapi Islam Shalat Tahajjud Dalam Meningkatkan Kesehatan Mental Santri. Jurnal At-Taujih. 2022 May 30;2 (1):71-85.
  2. Rahem Z. Teologi Tahajjud Pemikiran Prof. Dr. Moh. Sholeh Melawan Mitos Sangkal di Kalangan Masyarakat Kabupaten Sumenep Madura. Palapa. 2017 May 5;5(1):1-3.
  3. Pramita NP. Pengaruh Shalat Tahajud Dalam Mengatasi Kecemasan Penyelesaian Skripsi Mahasiswa Prodi Pai Iainu Kebumen Tahun Akademik 2021-2022(Doctoral dissertation, Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Kebumen).

Download Buletin klik disini

Menjadi Manusia Yang Matang

Menjadi Manusia Yang Matang

Ahkam Aulia Rahman*

 

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâhi, waba’du.

Sahabat al-Rasikh yang senantiasa dirahmati Allah ﷻ,, peristiwa turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah n terjadi saat beliau berusia 40 tahun 6 bulan[1] dan di usia tersebut menjadi titik awal Islam dibumikan. Ahli sejarah sepakat semenjak kelahirannya hingga usia menjelang 40 tahun, Rasulullah ﷺ merupakan pribadi yang cerdas, bijak serta memiliki tutur kata dan perilaku yang amat mulia. Namun, Allah ﷻ baru mengutus beliau sebagai Rasul saat menginjak usia 40 tahun. Mengapa di usia 40 tahun? Apakah ada keistimewaan tersendiri pada usia itu? Mari kita telaah pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Karakteristik Individu Usia 40 Tahun

Jika anda mencermati keseluruhan al-Qur’an dari al-Fâtihah hingga an-Nâs, hanya satu umur yang Allah ﷻ sebutkan secara spesifik, yaitu umur 40 tahun. Hal ini Allah ﷻ firmankan dalam al-Qur’an surah al-Ahqaf ayat 15. Allah ﷻ berfirman,

…حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُۥ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً…

“… Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun…” (Q.S. al-Ahqaf [46] : 15)

Individu dewasa yaitu ketika umur 40 tahun. Akalnya matang, pemahaman dan pengendalian dirinya sudah sempurna” tutur Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya[2]. Dapat dikatakan usia 40 tahun ini merupakan momen individu kembali ke fitrahnya. Ketika seseorang menjaga dirinya dari sifat dasar yang buruk sebelum usia 40 tahun, maka setelah usia ini perilakunya akan lebih terjaga dan menetap. Sebaliknya jika individu tenggelam pada perilaku buruk di usia ini, maka keburukannya ini akan senantiasa menetap kecuali memang rahmat dan hidayah Allah ﷻ datang padanya.

Dalam ilmu psikologi, individu dengan rentang usia 40-60 tahun disebut dengan usia dewasa madya atau paruh baya. Salah satu pakar psikologi yaitu Hurlock[3] menjelaskan bahwa usia dewasa madya atau paruh baya hampir sama dengan usia remaja, dimana ada perasaan canggung karena mereka merasa tidak lagi muda namun juga belum dikatakan tua.  Individu harus menyesuaikan perubahan peran yang biasanya cenderung sulit karena fisik mereka mulai menurun. Karenanya, mereka memiliki karakteristik perilaku yaitu:

1) Muncul perasaan rasa cemas dan takut tidak diperhatikan di masyarakat.

2) Perasaan kesepian dan merasa “diabaikan”.

3) Kekhawatir terhadap pasangan meningkat sehingga banyak yang mudah cemburu khususnya dialami wanita. Berbagai perasaan negatif ini berpeluang menimbulkan depresi jika tidak ditangani.

4) Masa paruh baya juga disebut dengan masa kebosanan karena banyak laki-laki dan perempuan yang bosan dengan kehidupan rutin mereka. Meski begitu, mereka juga sadar bahwa menentukan tujuan baru di usia ini tidak menguntungkan karena kesempatan yang ada sudah terbatas.

Mempersiapkan dan Menyikapi Usia 40 tahun

Karena usia 40 tahun ini cukup “istimewa”, maka Allah ﷻ telah memberi panduan bagi individu yang hendak atau sudah memasuki usia paruh baya dalam doa yang tercantum di akhir ayat 15 surah al-Ahqaf. Allah ﷻ berfirman,

قَالَ رَبِّ اَوۡزِعۡنِىۡۤ اَنۡ اَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ الَّتِىۡۤ اَنۡعَمۡتَ عَلَىَّ وَعَلٰى وَالِدَىَّ وَاَنۡ اَعۡمَلَ صَالِحًا تَرۡضٰٮهُ وَاَصۡلِحۡ لِىۡ فِىۡ ذُرِّيَّتِىۡ ۚ اِنِّىۡ تُبۡتُ اِلَيۡكَ وَاِنِّىۡ مِنَ الۡمُسۡلِمِيۡنَ

Ia berkata,Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sungguh, aku termasuk orang muslim.’ (Q.S al-Ahqaf [46] : 15)

3 poin utama dalam doa ini, diantaranya:

  1. Senantiasa bersyukur

Mungkin banyak sekali penyesalan muncul di benak individu, “andai masa mudaku dulu begini” atau “andai aku dulu begini pada keluargaku”. Semua penyesalan atau apapun itu tidak merubah kita karena memang sudah terjadi. Jika terus berkubang dalam penyesalan, maka yang ada hanya keletihan serta kekhawatiran. Karenanya, Allah ﷻ member solusi yang paling tepat yaitu dengan perbanyak mensyukuri apa yang telah ada. Mulai dengan bersyukur, setidaknya hati menjadi tenang dan berbahagia[4]. Hati yang tenang dapat memunculkan semangat untuk berubah, baik dalam lingkup keluarga, sosial, bahkan ibadah.

  1. Memohon diberi petunjuk agar senantiasa beramal baik

Pada usia paruh baya, di samping menjadi pribadi yang stabil intelektual dan emosi, individu juga bisa berpeluang sebaliknya menjadi seorang yang pemarah, egosentris, dan mudah khawatir[5]. Agar terhindar dari hal ini, Allah ﷻ memberi panduan agar kita senantiasa memohon petunjuk supaya istiqomah dalam berbuat baik. Upaya memohon petunjuk paling mudahnya ialah berdoa pada waktu-waktu diijabah doa seperti selepas shalat, sepertiga malam terakhir, atau ketika sujud dalam shalat. Doa ini diharapkan mempermudah kita dalam berbuat baik pada diri sendiri, keluarga, dan orang lain sehingga memunculkan pribadi yang sehat secara sosial.

  1. Bertaubat

Astaghfirullâha wa atûbu ilaihi”, lafadz taubat yang paling pendek namun jika kita melafadzkannya disertai dengan penuh keyakinan dan pemaknaan, tidak hanya ampunan yang didapatkan, bahkan ketenangan juga bisa meningkat[6]. Taubat adalah sebuah permulaan kembalinya hamba terhadap Rabb-nya. Taubat menjadi sikap penutup dari doa tersebut bagi seseorang yang memasuki usia 40 tahun. Sudah sepantasnya individu kembali meyakini bahwa seluruh raga dan jiwanya tidak lain hanya milik sang penguasa semesta raya, Allah ﷻ. Taubat menjadi pembuka individu untuk kembali berada di jalan-Nya dan menjadi penutup di akhir nafasnya.

Penutup

Sejatinya menjadi manusia yang “matang” tidak harus menunggu usia 40 tahun. “Matang”nya individu mesti dipersiapkan selayaknya mempersiapkan matang buah pada pohon. Siapapun dan berapapun umur anda saat ini, mari kita persiapkan kematangan pribadi kita mulai sekarang. Perbanyak syukur kepada Allah l, orang tua, dan lingkungan sekitar. Tebar kebaikan kepada siapapun tanpa pandang bulu, karena tiada kebaikan yang dilakukan sekecil apapun tidak pasti akan mendatangkan kebaikan lagi. Dan terakhir, senantiasa beristighfar dan bertaubat kapanpun itu. Tidak perlu menunggu lebaran idul fitri atau menunggu sakit dan musibah menghampiri. Mashlahat menjadi pribadi matang tidak hanya dirasakan nanti di akhirat, bahkan di dunia saja bisa terasa nikmat kebahagiaannya. Kebijaksanaan berperilaku, perkataan yang lembut lagi menenangkan, serta ketentraman hati dan pikiran bisa diraih oleh manusia yang matang.

Wa Allâhu a’lam bish shawwâb.[]

* Mahasiswa Psikologi 2020 Universitas Islam Indonesia

[1] Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri. Ar-Rahiq al-Makhtum. Jakarta: Darul Haq. 2001 M.

[2] Ibnu Katsir. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7. Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i. 2004 M. Cet.k-1. h. 364.

[3] Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan ed 5. Jakarta: Erlangga. 2017 M.

[4] Prabowo & Laksmiati. “Hubungan antara Rasa Syukur dengan Kebahagiaan pada Mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Negeri Surabaya”. Jurnal Penelitian Psikologi. Vol 7. 2020. 1-7

[5] John W. Santrock. Life-Span Development. New York: McGraw-Hill Education. 2019

[6] Nisa & Purwaningrum. “Pengaruh Terapi Sayyidul Istighfar Terhadap Ketenangan Jiwa”. Psycho Aksara. Vol 1.  2023. h 41-45

Download Buletin klik disini

Menjadi Mahasiswa Bermental Sehat dan Kuat

Menjadi Mahasiswa Bermental Sehat dan Kuat

Ahmad Arun Nafidz*

 

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâhi, waba’du.

Sahabat al-Rasikh yang senantiasa dirahmati Allah ﷻ,, akhir-akhir ini kita sering mendegar tentang isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan mental. Tahu tidak apa itu kesehatan mental?  “Lantas apa sih arti dari Kesehatan mental itu sendiri?” Menurut Dr. Jalaluddin dalam bukunya “Psikologi Agama” bahwa: “Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman, dan tenteram serta upaya untuk menemukan kesenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan).”

Sebagai mahasiswa tentunya kita sering dihadapkan dengan banyak persoalan, baik yang menyangkut dengan masalah pribadi maupun dengan orang lain, dari persoalan ringan hingga persoalan yang cukup berat. Karena berbagai persoalan yang kita hadapi tersebut terkadang dapat membuat kita stress, merasa tertekan, bahkan hingga mengakibatkan kemarahan, dan lain sebagianya sehingga hal itu dapat mengganggu kondisi kejiwaan kita.

Karena banyaknya persoalan yang kita hadapi, maka sangat penting bagi kita untuk menjaga kesehatan mental. “Mengapa dikatakan demikian?” Karena psikologi seseorang dipengaruhi oleh mental yang sehat. Apabila mental kita rusak, maka dapat memberikan dampak pada perbuatan yang kita lakukan, seperti berjudi, mabuk-mabukan, perzinahan, dan perbuatan-perbuatan yang menjurus kepada hal-hal negatif lainnya. Perbuatan-perbuatan tersebut nantinya tentu akan berdampak pada diri kita sendiri maupun orang lain.

Cara Menjaga Keseahatan Mental

Lantas bagaimana cara menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan tersebut? Banyak cara yang dapat kita lakukan agar kesahatan mental kita dapat tetap terjaga. Cara untuk melakukan hal tersebut antara lain,

Pertama, ialah dengan menerima dan menghargai diri sendiri. Jarang kita sadari bahwa Allah ﷻ telah menciptakan kita sebagai manusia pasti dengan berbagai macam kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kekurangan yang kita miliki bukan untuk menjadi hal yang perlu disesali apalagi membuat kita menjadi pribadi yang pesimis. Sebaliknya, kelebihan yang ada pada diri kita haruslah membuat kita selalu bersyukur. Rasa syukur tersebut dapat kita praktikkan dalam kehidupan kita sehari-hari yakni dengan selalu mengerjakan hal-hal yang positiif dan memberikan kemanfaatan baik bagi diri kita sendiri maupun orang lain.

Kedua, selalu menjaga komunikasi dengan orang-orang terdekat kita, seperti keluarga, sahabat, atau teman kita. Hal tersebut dapat dilakukan dengan bercerita tentang segala benak atau beban yang mengganggu pikiran maupun hati kita. Dengan cara ini, kita dapat menemukan solusi dari orang terdekat atas segala beban dan permasalahan yang kita hadapi. Selain itu, komunikasi tersebut dapat kita lakukan dengan saling bertukar pikiran. Dengan saling bertukar pikiran, kita juga dapat menemukan pencerahan dalam diri kita dari orang lain.

Ketiga, ikut serta dalam suatu kegiatan dan berpartisipasi aktif di dalamnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara berorganisasi maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Dengan keikutsertaan kita dalam suatu kegiatan, kita dapat berinteraksi dengan banyak orang sehingga dapat melupakan berbagai beban dan permasalahan yang sedang kita hadapi.

Keempat adalah menerapkan pola hidup sehat, pola hidup sehat tentunya juga diperlukan guna mendukung kesahatan mental, karena mental yang sehat dipengaruhi oleh tubuh yang sehat. Pola hidup sehat dapat kita lakukan antara lain dengan berolahraga dan mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat, karena hal tersebut berdampak positif bagi tubuh kita menjadi lebih sehat. Selain itu adalah dengan beristirahat yang cukup. Dengan istirahat yang cukup, tentunya dapat mengembalikan kinerja tubuh kita menjadi lebih fresh dan mengembalikan semangat yang ada dalam diri, sehingga membuat mental menjadi lebih baik.

Kelima adalah selalu berprasangka baik dan berpikiran positif. Pikiran yang positif tentunya akan memberikan pengaruh yang baik pada kesehatan mental kita. Begitu juga sebaliknya, pikiran-pikiran yang negatif justru akan membuat mental kita menjadi tidak sehat dan mengalami kerusakan.

Keenam yang paling utama adalah selalu memperbanyak mengingat Allah ﷻ. Hal ini yang terkadang sering kita lupakan ketika kita dihadapkan dengan berbagai macam persoalan dan permasalahan hidup. Padahal Allah ﷻ telah memerintahkan kita untuk selalu mengingatnya sebagaimana yang telah tertulis dalam firman-Nya.

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q. S. al-Ra’d [13]: 28)

Allah merupakan sebaik-baik penolong bagi kita ketika kita dihadapkan dengan berbagai macam permasalahan yang ada asalkan kita sebagai hamba mau mendekatkan diri kepada Allah ﷻ sebgaimana yang telah termaktub di dalam al-Qur’an.

حَسْبُنَا ٱللَّهُ وَنِعْمَ ٱلْوَكِيلُ

Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan sebaik-baik pelindung (Q. S. Ali Imran [3]: 173).

Berbagai macam cara dapat kita lakukan untuk selalu mengingat Allah l antara lain dengan memperbanyak istighfar kepada Allah ﷻ, berdzikir, berpuasa, memperbanyak shalat sunah seperti dhuha dan tahajjud serta memperbanyak membaca shalawat nabi kepada Nabi Muhammad ﷺ. Cara-cara tersebut dapat kita lakukan agar kita dapat selalu dekat dengan Sang Maha Pencipta yaitu Allah ﷻ.

Dengan  melakukan langkah-langkah di atas, kita sebagai mahasiswa yang sering berhadapan dengan berbagai macam persoalan dan permasalahan yang ada, dapat menyelesaikan hal-hal tersebut dengan mudah. Apabila permasalahan tersebut dapat terselesaikan tentunya tidak akan mengganggu mental kita sehingga mental kita selalu terjaga dan tetap dalam keadaan yang sehat. Karena mental yang sehat dan kuat akan membuat jasmani kita juga tetap dalam keadaan yang sehat dan kuat serta memengaruhi perbuatan yang akan kita perbuat. Wa Allâhu a’lam bish shawwâb.[]

 

* Mahasiswa Prodi Ahwal Asy Syakhshiyah 2021

Download Buletin klik disini

5 Perkara Obat Hati: Solusi Mental Health Islami

5 Perkara Obat Hati: Solusi Mental Health Islami

Muhammad Irfan Dhiaulhaq AR

 

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh, waba’du.

Dewasa ini sanagt marak kasus yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang, entah karena depresi berat maupun berlandaskan hawa nafsu yang menyelimuti sehingga tidak dapat mengontrol dirinya. Kejadian tersebut disebabkan karena kelalaian individu dalam menjaga kesehatan berfikirnya, baik secara Jasmani maupun Rohani. Kesehatan mental atau dalam istilah yang sangat familiar sekarang disebut sebagai “Mental Health” merupakan salah satu unsur atas fikiran rohani seorang manusia.

Untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan tubuh secara menyeluruh, kita tidak bisa hanya berfokus pada kesehatan fisik kita saja. Kesehatan mental juga mengambil peran penting dalam tubuh. Dengan menjaga kesehatan mental diri, kita dapat merasakan sebuah suasana hati yang tentram dan damai.[1]

Dalam Islam, kita telah mengenal cara mengobati penyakit yang bersarang pada kesehatan mental adalah melalui 5 perkara obat hati. Selayaknya, sebagai seorang muslim ketika hendak menjaga kesehatan mentalnya dengan baik maka ia akan berusaha untuk mengonsumsi 5 obat perkara hati ini yang menjadi hakikat kesehatan mental Islami.

Membaca dan Memaknai Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah wahyu Allah ﷻ yang amat dahsyat. Sebuah pedoman hidup yang Allah ﷻ turunkan untuk selalu beribadah kepada-Nya dan menjaga hambanya dari segala malapetaka.

Dr.Al-Qadhi, melalui penelitianya yang secara Panjang dan serius pada Klinik Besar Florida Amerika Serikat (AS), telah berhasil membuktikan bahwa dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat al-Qur’an, seorang Muslim, baik bagi mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, bisa merasakan suatu perubahan fisiologis yang sangat besar. Dari uji cobanya ia pun berkesimpulan, bahwa bacaan al-Qur’an sangat berpengaruh hingga 97% dalam menciptakan ketenangan pada jiwa dan dalam penyembuhan penyakit.[2]

Lebih lagi ketika kita memaknai apa yang kita baca didalam al-Qur’an tersebut. Seakan-akan kita bercerita dengan Rabb pencipta alam semesta. Makna-makna yang terkandung didalam al-Qur’an jikalau kita pelajari secara mendalam dapat menyejukkan hati pembacanya.

Mendirikan Shalat Malam

Ketenangan dan ketentraman yang diperoleh oleh seorang muslim ketika mendirikan shalat malam tak terbandingkan. Ketenangan yang dihasilkan dapat mengobati kesehatan mental hati seorang muslim. Malam dimana seluruh orang tertidur pulas, seorang muslim menggelarkan sajadahnya dan meminta kepada Rabb sang pencipta.

Allah ﷻ berfirman,

وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا

”Dan pada sebagian malam hari bershalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.’‘ (Q.S. Al-Isrâ'[17]: 79).

Ayat tersebut merupakan dasar disyariatkanya shalat malam atau shalat tahajjud. Tahajjud berarti bangun dari tidur dengan bersungguh-sungguh akibat beratnya godaan setan ketika hendak bangun. Ketika itu, ibarat sinyal wifi yang terkoneksi dengan perangkatnya yang terhubung. Tidak ada perangkat lain dimalam itu, sehingga arus sinyal yang didapat sangatlah besar, begitupun shalat malam. Waktu yang sangat mustajab untuk berdoa.

Berkumpullah dengan Orang Shalih

Lingkungan yang baik akan menghasilkan atmosfer dan pergaulan yang baik juga. Manusia itu laksana sekawanan burung, memiliki koloni untuk berkumpul dengan sejenisnya. Oleh karena itu, jika kita ingin menjadi orang shalih, hendaklah berusaha berkawan dan berkumpul dengan orang-orang shalih.[3]

Perkumpulan orang shalih menjadikan kita dapat saling mengobati kesehatan mental satu sama lain. Seorang muslim yang shalih akan senantiasa mengingatkan saudaranya tentang kebaikan dan ibadah serta melarangnya melakukan perbuatan yang kurang baik.

Allah ﷻ berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَكُونُوا۟ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur).” (Q.S. At-Taubah [9]:119)

Pengaruh pergaulan menjadi salah satu sebab terbentuknya kesehatan mental. Jika seorang muslim bergaul dengan lingkungan yang tidak baik, maka kegiatan yang dihasilkan juga tidak baik sehingga kesehatan mental mereka dapat terpengaruh oleh kegiatan yang tidak baik tersebut.

Perbanyak Puasa

Tak hanya puasa wajib Ramadhan, seorang muslim dapat melakukan ibadah puasa diluar bulan Ramadhan yang hukumnya sunnah seperti puasa Senin Kamis, Daud, Asyura dan lain sebagainya. Berpuasa adalah salah satu ibadah yang dapat menahan hawa nafsu serta bisa menghindari seorang muslim dari perbuatan tercela.[4]

Ketika seorang muslim berpuasa maka ia akan segan untuk melakukan perbuatan tercela apalagi dosa. Karena minimalnya, ia takut puasanya akan batal ketika melakukan perbuatan tersebut dan tidak bernilai apapun. Maka, berpuasa adalah salah satu jalan untuk mengobati kesehatan mental dengan menahan hawa nafsu untuk melakukan perbuatan yang tidak ada gunanya. Karena sejatinya menahan hawa nafsu lebih sulit daripada sekedar menahan untuk tidak makan dan minum dari fajar hingga waktu berbuka tiba.

Berdzikir Kepada Allah ﷻ

Puncak ketenangan hati adalah dengan mengingat Allah ﷻ. Ketika seorang hamba telah mengingat sang pencipta, maka ia tidak akan tertinggal dari pengawasan-Nya. Sehingga kesehatan mental yang dicapai dengan ketenangan hati yang tentram akan menjadi cerah dan terhindar dari penyakit buruknya mental serta perilaku yang negatif.

Allah ﷻ berfirman,

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingat, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-Ra’d [14]: 28)

 

Marâji’:

[1] Florencia, D. G. (2023, May 25). 9 Cara Sederhana Menjaga Kesehatan Mental. Retrieved from halodoc.com: https://www.halodoc.com/artikel/9-cara-sederhana-menjaga-kesehatan-mental. Diakses pada 1 September 2023.

[2] Sodikin. (2020, September 3). Terbukti Secara Ilmiah, Al-Qur’an bisa Membuat Tenang. Retrieved from ISLAMPOS: https://www.islampos.com/terbukti-secara-ilmiah-alquran-bisa-membuat-tenang-193987/. Diakses pada 1 September 2023.

[3] Al-Atsari, A. I. (2016, December). Berkawan Dengan Orang Shalih. Retrieved from almanhaj: https://almanhaj.or.id/6786-berkawan-dengan-orang-shalih.html. Diakses pada 1 September 2023.

[4] Ini, B. H. (2021, Januari 19). 5 Perkara Obat Hati yang Wajib Diketahui Umat Islam. Retrieved from kumparan.com: https://kumparan.com/berita-hari-ini/5-perkara-obat-hati-yang-wajib-diketahui-umat-islam-1v0Z3YNr4Vl/full. Diakses pada 1 September 2023.

Download Buletin klik disini

Penyakit Hati dan Fear of Missing Out (FoMO) Pada Era Digital

Penyakit Hati dan Fear of Missing Out (FoMO) Pada Era Digital

Nafidhatul Afina*

 

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh, waba’du.

Mengenal FoMO

Pembaca al-Rasikh yang senantiasa dirahmati Allah ﷻ. Kali ini kita akan mengkaji “Penyakit Hati dan Fear of Missing Out (FoMO) Pada Era Digital”. Fear of Missing Out (FoMO) merupakan fenomena yang sedang marak terjadi di kalangan pengguna media sosial. Menurut McGinnis, fear of missing out merupakan perasaan cemas yang tidak diharapkan yang timbul karena pandangan terhadap pengalaman orang lain yang lebih memuaskan daripada pengalaman pribadi, umumnya hal ini terjadi melalui perantara media sosial.[1] Dalam sebuah studi diperkirakan orang yang memiliki FoMO tinggi dapat lebih cenderung tidak dapat mengontrol daya tarik dan perhatian mereka.[2]

Fear of Missing Out (FoMO) dalam perspektif Islam merupakan perasaan takut yang ditimbulkan dari penggunaan media sosial. Bukan termasuk perbuatan tercela saat iman dan aktivitas seseorang kepada Allah ﷻ tidak terganggu. Tetapi, apabila ketakutan ini bersifat wahm yang memunculkan rasa iri terhadap orang lain dan penyakit hati maka ini termasuk dalam perbuatan tercela.[3]

Saat kita merasa takut, sedih dan gundah gulana sebaiknya kita mengingat beberapa pesan Rasulullah ﷺ agar kita mengetahui sebab ujian yang Allah ﷻ berikan, beserta hikmahnya dan lebih berlapang dada dalam menerima takdir.

Dari Abu Said Al-Khudri dan dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda,

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya” (H.R. al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573).

Riwayat senada dari Mu’awiyah, ia berkata bahwa ia mendengar sabda Rasulullah ﷺ,

مَا مِنْ شَىْءٍ يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ فِى جَسَدِهِ يُؤْذِيهِ إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ عَنْهُ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِه

Tidaklah suatu musibah menimpa jasad seorang mukmin dan itu menyakitinya melainkan akan menghapuskan dosa-dosanya” (H.R. Ahmad 4: 98).

Faktor Pendorong Adanya FoMO

Faktor-faktor yang mendorong adanya FoMO yaitu keterbukaan informasi di media sosial, usia, social one-upmanship, melalui fitur hastag, kondisi deprivasi relative, banyaknya media untuk mengetahui suatu informasi.[4] Menurut Przybylski, dkk, adanya FoMO akan berpengaruh negatif terhadap suasana hati dan tingkat kepuasan hidup secara menyeluruh dalam suatu lingkungan. Dengan data, orang yang terbawa oleh FoMO memiliki tingkat suasana hati dan kepuasan hidup yang lebih rendah 0,20, p < 0,001 dan 0,17, p < 0,001.[5]

Sesungguhnya Allah ﷻ berfirman dalam al-Qur’an surah an-Nisa ayat 32 untuk tidak bersikap iri hati dan membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Allah ﷻ berfirman,

وَلَا تَتَمَنَّوْا۟ مَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بِهِۦ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا ٱكْتَسَبُوا۟ ۖ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبٌ مِّمَّا ٱكْتَسَبْنَ ۚ وَسْـَٔلُوا۟ ٱللَّهَ مِن فَضْلِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا

Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. an-Nisâ [4]: 32).

Dampak Buruk FoMO

Dampak buruk dari FoMO membuat seseorang merasa rendah diri, insecure, iri sampai depresi.[6] Selalu terikat dengan media sosial, sehingga seseorang akan selalu ingin terkoneksi dengan media sosial. Hal ini dikarenakan akan rasa takutnya saat melewatkan media sosial dan ingin selalu terkoneksi denga apa yang membuatnya tertarik.[7] Seseorang tersebut akan menunjukkan presentasi terhadap dirinya di real-life agar terlihat berbeda. Kemudian ia akan terus merasa tidak cukup dengan segalanya, dan melihat orang lain lebih baik dari pada dirinya.[8]

Dengan adanya dampak FoMO di atas menumbukan penyakit hati, kufur nikmat, rasa tidak yakin atau ragu terhadap Allah ﷻ sang pemilik jagad raya yang melebihi apapun, sedang ia menyatakan keimanannya kepada Allah ﷻ. Dalam al-Quran surah at-Taubah ayat 125 disebutkan, Allah ﷻ berfirman,

وَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَىٰ رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا۟ وَهُمْ كَٰفِرُونَ

Dan adapun orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit, maka (dengan surah itu) akan menambah kekafiran mereka yang telah ada dan mereka akan mati dalam keadaan kafir.” (Q.S. at Taubah [9]: 125).

Pengaruh dari adanya FoMO harus dihadapi dengan bijak. Seseorang harus mencari jalan tengah dan perasaan cukup akan jalan hidupnya. Hal ini sering disebut sebagai Joy of Missing Out (JoMO). Pada dasarnya, JoMO membuka kesempatan terhadap seseorang untuk merasakan kehidupannya dengan tenang, aman, nyaman, fokus berjejaring sesama manusia, dan juga membuka ruang diri agar lepas dari kecanduan dan ketergantungan teknologi yang akhirnya menumbuhkan energi positif untuk lebih menjalani hidup dan Bahagia. Adapun alternatif yang dapat dipraktekan untuk mengjilangkan kata Fear of Missing Out (FoMO) menjadi Joy of Missing Out (JoMO): dengan cara pembatasan penggunaan gadget ataupun media sosial, lebih berdamai dan diri sendiri, selalu memikirkan hal positif, mencoba untuk lebih bersyukur dengan apa yang dimiliki dan digapai, dan mengganti informasi-informasi yang biasa dilihat agar diri lebih kuat menghadapi tren.[9] Wa Allâhu a’alam. []

* Prodi Farmasi UII

[1] Ayu Nurlaila Sari S. Fear Of Missing Out (Fomo) Dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tematik) [Internet] [skripsi]. UIN Prof. Saifuddin Zuhri Purwokerto; 2022 [cited 2023 Jul 4]. Available from: https://repository.uinsaizu.ac.id/15814/. Diakses pada 10 September 2023.

[2] Przybylski AK, Murayama K, DeHaan CR, Gladwell V. Motivational, emotional, and behavioral correlates of fear of missing out. Comput Hum Behav. 2013 Jul 1;29(4):1841–8

[3] Wulandari A. Hubungan Kontrol Diri Dengan Fear of Missing Out (FoMO) Pada Mahasiswa Pengguna Media Sosial”. http://repository.radenintan.ac.id/12448/2/SKRIPSI_PERPUS.pdf. Diakses pada 10 September 2023.

[4] Ibid.

[5] Przybylski AK, Murayama K, DeHaan CR, Gladwell V. Motivational, emotional, and behavioral correlates of fear of missing out. Comput Hum Behav. 2013 Jul 1;29(4):1841–8.

[6] McGinnis P. FOMO—Fear of Missing Out: Bijak Mengambil Keputusan di Dunia yang Menyajikan Terlalu Banyak Pilihan. Gramedia Pustaka Utama; 2020. 304 p.

[7] Wulandari A. Hubungan Kontrol Diri Dengan Fear of Missing Out (FoMO) Pada Mahasiswa Pengguna Media Sosial”. http://repository.radenintan.ac.id/12448/2/SKRIPSI_PERPUS.pdf. Diakses pada 10 September 2023.

[8] Ayu Nurlaila Sari S. Fear Of Missing Out (Fomo) Dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tematik) [Internet] [skripsi]. UIN Prof. Saifuddin Zuhri Purwokerto; 2022 [cited 2023 Jul 4]. Available from: https://repository.uinsaizu.ac.id/15814/. Diakses pada 10 September 2023.

[9] Admin Biro Kemahasiswaan dan Alumni UAD. “ How Fear of Missing Out (FoMO) and Joy of Missing Out (JoMO) Affect Our Life” https://bimawa.uad.ac.id/wp-content/uploads/Artikel-How-Fear-of-Missing-Out-and-Joy-of-Missing-Out-Affect-Our-Life-1.pdf. Diakses pada 10 September 2023.

Download Buletin klik disini