Bencana Alam Merupakan Peringatan Atau Pertolongan Allah?
Bismillāhi walhamdulillāhi wash shalātu was salāmu ‘alā rasūlillāhi,
Pembaca yang dirahmati Allah ﷻ, akhir-akhir ini bencana alam terjadi silih berganti di belahan bumi. Mulai dari banjir, longsor, gempa bumi semua adalah kehendak Allah ﷻ, orang beriman harus meyakininya dan menjadikannya peringatan agar lebih banyak bersyukur. Terjadinya bencana alam sudah kehendaki Allah ﷻ, apakah bencana alam ini merupakan peringatan dari Allah ﷻ atau pertolongan dari Allah ﷻ?
Mushîbah
Bencana alam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sesuatu yang menimbulkan kesusahan, kerugian, atau penderitaan yang disebabkan oleh alam.[1] Dalam al-Qur’an bencana disebut dengan kata mushîbah, kata ini berasal dari kata bahasa Arab yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia yang mempunyai dua makna, yakni peristiwa menyedihkan yang menimpa dan kedua adalah malapetaka. Sebenarnya kata mushîbah dalam al-Qur’an memiliki arti yang luas tidak hanya mengacu pada bencana alam, karena kata mushîbah juga digunakan pada skala dan efek yang kecil.[2]
Bencana alam yang sering terjadi di Indonesia adalah banjir dan gempa bumi, seperti yang terjadi di suatu daerah beberapa hari terakhir ini. Banjir tentu bermula dari hujan yang terus menerus. Hujan yang diturunkan Allah ﷻ ke bumi merupakan rahmat, agar bumi menjadi hijau dan penduduk dapat mengambil manfaat darinya. Karena sesungguhnya, air yang diturunkan Allah ﷻ itu sebagai pembawa rezeki dan kebaikan.
Dari Anas bin Malik a berkata, Nabi ﷺ sedang memberikan khutbah pada hari jum’at, tiba-tiba bangun sekumpulan manusia dan berteriak, mereka berkata, “Wahai Rasulullah, hujan sudah berhenti, pokok semakin kering dan binatang ternak musnah, doakan kepada Allah untuk kami agar diturunkan hujan. Maka Rasulullah ﷺ berdoa, “Ya Allah, turunkanlah hujan ke atas kami”. Sebanyak dua kali, demi Allah kami tidak nampak sebarang gumpalan awan di langit, tiba-tiba awan terbentuk dan menurunkan hujan.(H.R. Bukhari)[3]
Dari hadits tersebut sudah jelas, bahwa hujan yang diturunkan Allah ﷻ itu merupakan pertolongan untuk hambanya yang beriman. Tak hanya itu, turunnya hujan merupakan rahmat dari Allah ﷻ yang nantinya juga menjadi pembawa rezeki dan kebaikan bagi hamba Allah ﷻ di bumi.
Hujan yang turun dengan lebat dapat menyebabkan banjir. Banjir ini juga dapat memusnahkan banyak hal yang ada di bumi, seperti kerusakan tanaman, tempat tinggal dan lainnya. Rasulullah ﷺ mengajarkan ummatnya agar senantiasa berdo’a agar dijauhkan dari banjir jika memang terjadi banjir. Karena hujan yang lebat hingga mengakibatkan banjir merupakan kuasa Allah l, sehingga hamba-Nya juga harus meminta pertolongan kepada Allah ﷻ agar diselamatkan dari suatu hal yang berbahaya.[4]
Pandangan Takdir[5]
Takdir sudah Allah ﷻ tetapkan 50.000 tahun sebelum Allah ﷻ menciptakan langit dan bumi. Allah ﷻ sudah takdirkan akan terjadi bencana, akan terjadi musibah, akan terjadi petaka, akan terjadi wabah, akan terjadi penyakit. Ini wajib kita imani.
Nabi ﷺ bersabda, “Allah telah menncatat seluruh takdir makhluk 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.” (H.R. Muslim, Tirmidzi, Ahmad). Nabi ﷺ juga bersabda, “Yang pertama kali Allah ciptakan adalah qalam (pena). Lalu Allah berfirman kepadanya: ‘tulislah’, ia menjawab: ‘Wahai Rabbku, apa yang aku harus tulis?’, ‘Tulislah takdir segala sesuatu sampai terjadinya kiamat.‘” (H.R. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Abi Ashim dalam kitabnya As-Sunnah, Al-Ajurri, Ahmad, hadits ini shahih)
Tidaklah terjadi musibah kecuali dengan izin dan kehendak Allah ﷻ. Allah ﷻ berfirman, “Tidaklah menimpa sebuah musibah kecuali dengan izin Allah.” (Q.S at-Taghabun [64]:11). Jadi semua yang berjalan di langit dan di bumi ini tidak lepas dari pada kehendak Allah ﷻ. Tidak mungkin ada sesuatu yang terjadi di muka bumi yang Allah ﷻ tidak kehendaki. Semua berjalan dengan kehendak Allah ﷻ dan semua berjalan dengan izin Allah ﷻ.
Penyebab Bencana
Tak hanya banjir, gempa bumi juga bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini. Gempa bumi merupakan bencana alam yang terjadi atas izin Allah ﷻ dan hal ini menjadi bagi manusia. Gempa bumi juga bisa saja terjadi karena ulah tangan manusia yang melalui gejala alam. Misalnya, manusia yang sengaja membuat hutan gundul dan menebang pohon secara liar. Hal ini sudah dijelaskan dalam al-Qur’an.
Allah ﷻ berfirman, “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).(Q.S. Asy-Syura [42]: 30)[6]
Faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya gempa bumi adalah perbuatan dosa dan maksiat yag dilakukan oleh manusia. Seperti kisah kaum Nabi Luth yang mendapat azab dari Allah ﷻ karena dosa mereka.[7]
Terjadinya gempa bumi tentu membawa dampak pada alam dan isinya. Banyak korban jiwa atau banyak yang menderita kesakitan. Dan pasti ada kerusakan alam khususnya di daerah yang terjadi gempa bumi. Gempa bumi bukanlah bencana alam yang terjadi begitu saja dengan sendirinya, hal ini sudah kehendak Allah ﷻ. Gempa bumi juga merupakan peringatan dari Allah ﷻ, bahwa manusia itu tidak berdaya, dan tidak ada pelindung selain Allah ﷻ.
Dari gempa bumi ini, manusia diingatkan bahwa ini hanyalah sebagian kecil dari proses maha dahsyat yang bukan menghancurkan daerah tertentu, tetapi seluruh tata surya dan alam semesta, yakni hari kiamat. Gempa bumi juga bisa disebutkan sebagai balasan Allah ﷻ atas pelanggaran yang dilakukan manusia terhadap aturan yang telah ditetapkan Allah Subhanahu Wata’ala.[8]
Bencana Alam: Ujian atau siksa?
Berdasarkan semua penjelasan diatas, jadi bencana alam merupakan ujian atau siksa dari Allah ﷻ ? Bencana alam yang terjadi akibat kesalahan dari manusia yang tidak disengaja, maka itu merupakan ujian bagi manusia. Apabila bencana itu terjadi akibat perilaku manusia yang disengaja, seperti maksiat, zhalim dan tidak beriman secara sengaja maka bencana itu menjadi siksa bagi manusia.[9]
Dengan ini, maka bencana merupakan peringatan dari Allah ﷻ agar manusia kembali mengingat Allah ﷻ dan tidak melakukan pelanggaran atas aturan Allah ﷻ. Bencana alam juga bisa jadi pertolongan dari Allah ﷻ.
Hikmah Bencana Alam
Diantara hikmah bencana alam, yakni, pertama, agar yang diberi bencana tau bahwa Allah ﷻ mencintainya, seperti dalam sabda Nabi Muhammad ﷺ “Setiap kali Allah mencintai sekelompok orang, Allah pasti memberi cobaan kepada merek,.” (H.R Tirmidzi).
Kedua, bencana alam terjadi untuk mengangkat derajat manusia yang diberi bencana, seperti sabda Nabi Muhammad ﷺ “Jika agamanya kuat, maka akan ditambahkan musibahnya,” (H.R. Tirmidzi).
Ketiga,agar manusia tidak takabbur dan tinggi hati, dan keempat untuk menumbuhkan solidaritas kolektif.[10]
Dapat disimpulkan, bahwa bencan alam yang terjadi di bumi ini bisa menjadi peringatan bagi mereka yang sengaja bermaksiat dan juga tidak beriman kepada Allah ﷻ, agar kembali mengingat bahwa Allah ﷻ Pemilik segalanya. Tetapi jika dilihat dari hikmah yang terkandung dibalik bencana alam ini, maka bencana dapat menjadi pertolongan Allah ﷻ untuk manusia, agar tau bahwa Allah ﷻ mencintainya dan untuk mengangkat derajat manusia karena kekuatan imannya.[]
Penyusun:
Qonitah Cahyaning Tyas
Prodi Pendidikan
[1] Moch Syarif Hidayatullah. Tinjauan Islam Soal Bencana Alam dalam Jurnal Studi Al-Qur’an; Membangun Tradisi Berfikir Qur’ani, Vol. 5, No. 1 2009, hal. 15-28.
[2] Ibid
[3] Zuhelmi., Azman. Hujan dan Banjir dalam Hadis Nabi dalam Jurnal Pengurusan dan Penyelidikan Fatwa, Vol. 8, 2016, hal. 1-9.
[4] Ibid
[5] https://www.radiorodja.com/49684-sikap-seorang-muslim-menghadapi-musibah/
[6] Muhammad Makmun-Abha. Gempa Bumi dalam Al-Qur’an dalam Jurnal ESENSIA, Vol. XIV, NO. 1 April 2013, hal. 19-36
[7] Ibid
[8] Ibid
[9] Moch Syarif Hidayatullah. Tinjauan
[10] Ibid
Mutiara Hikmah
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, dia berkata, “Diantara doa Rasulullah ﷺ adalah,
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan, dari siksa-Mu yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu”
(H.R. Muslim no. 2739)