TETAP ISTIQOMAH DALAM KEBAIKAN
TETAP ISTIQOMAH DALAM KEBAIKAN
Oleh : Nadya Rahma Restu Aulia*
*Ilmu Komunikasi FPSB
Bismillâhi Walhamdulillâhi wash-shalâtu was-salâmu ‘alâ rasûlillâh
Tak terasa satu bulan sudah kita melalui masa orientasi kebaikan untuk bisa mencapai derajat yang lebih mulia di sisi Allah. Godaan yang sesungguhnya akan mulai bermunculan ketika kita telah berpisah dengan bulan Ramadhan apakah kita akan tetap istiqomah dalam menjalankan amal kebaikan atau malah lengah dan tak terasa melakukan kekufuran demi kekufuran nauzubillahiminzalik. Ada baiknya kita tetap mempertahankan pembiasan baik yang selalu didawamkan selama bulan puasa.
Kebiasaan Baik Terus Berlanjut
Kebiasaan baik harus tetap berlanjut seperti halnya memakmurkan masjid tentunya ada kebaikan didalamnya. Terlebih Allah ﷻ telah berfirman dalam hadits qudsi tentang segolongan orang yang mendapatkan naungan kelak diakhirat, dimana tidak ada naungan kecuali naugan dari Allah ﷻ. Salah satunya adalah seorang pemuda yang hatinya senantiasa terpaut dengan masjid. Siapa yang tidak mau mendapatkan naungan Allah ﷻ kelak? Itu adalah cita-cita semua umat Islam, kita sebagai kaula muda sudah diberikan privilege untuk bisa memegang kunci naungan tersebut maka dari itu jangan menyia-nyiakan kesempatan ini selagi kita mampu untuk melakukannya.
Maka yang dulu senantiasa beri’tikaf di masjid maka di bulan syawal pun tidak ada salahnya untuk melanjutkan kebiasaan baik tersebut. Disamping dengan beri’tikaf kita bisa juga memakmurkan masjid dengan cara lain seperti mengajar mengaji anak-anak, mengikuti kajian- kajian yang sering dilaksanakan di masjid, mengikuti diskusi keilmuan dengan remaja masjid, dan tak lupa sering-seringlah membersihkan rumah Allah ini agar orang nyaman berlama-lama berdiam di masjid dan semakin banyak pula orang yang tertarik untuk mendatangi masjid jika masjid senantiasa ada dalam keadaan bersih.
Kemudian kebiasaan membaca istighfar pun melanjutkan jangan sampai terlewatkan karena sesungguhnya Rasulullah ﷺ saja semasa hidupnya tidak pernah terlewatkan untuk membaca istighfar sekurang-kurangnya 100x dalam sehari. Contoh positif yang diberikan oleh Rasulullah inilah yang harus kita ikuti jejaknya, karena perlu kita tahu jika seseorang tidak membaca istighfar minimal 2x dalam sehari maka sesungguhnya ia telah zhalim terhadap dirinya. Bagaimana tidak dikatakan zhalim? sebut saja jika seseorang telah melakukan 10x tindakan yang berdosa dalam satu hari namun ia sama sekali tidak memohon ampunan atas tindakan dosanya itu, maka tentu ia telah zhalim Terhadap dirinya sendiri. Disinilah letak pentingnya memperbanyak membaca istighfar untuk menghapus setiap dosa yang telah kita lakukan baik yang disadari maupun yang tidak disadari.
Tak lupa dalam hal menjaga hubungan baik dengan Allah l dan sesama manusia pun harus tetap dipertahankan karena kedua hal tersebutlah yang menjadi tolak ukur baik maupun buruknya akhlak kita. Baiklah kita sebutkan saja dua contoh tindakan konkret dari hablum minallah dan hablum minannas.
Tindakan Nyata dalam Amal Shalih
Hablum minallah salah satunya adalah dengan memperbanyak membaca al-Qur’an. Mengapa membaca al-Qur’an ini menjadi hal yang penting untuk dilakukan secara continue oleh umat Islam? karena sesungguhnya di dalam al- Qur’an terdapat obat (Fiihi syifaa ul li nass).
Obat apa yang sebetulnya dimaksudkan dalam ayat ini ? tentunya obat yang tidak diperjualbelikan di Apotek, obat yang tidak hanya mengobati sakit fisik, tapi obat yang bisa menenangkan hati yang dipenuhi kegundahan, menguatkan pikiran yang tidak luput dari ketakutan, dan menghapuskan bayangan-bayangan buruk masa depan yang kerap kali menimbulkan kecemasan. Obat ini tidak sembarang orang bisa mendapatkannya, hanya orang- orang yang senantiasa istiqomah membaca al-Qur’an lah yang bisa mendapatkan obat tersebut.
Adapun penerapan hablum minannas dalam kehidupan sehari-hari bisa kita lakukan dengan tolong-menolong kepada sesama manusia. Disamping tolong menolong sebetulnya ada hal lain yang memiliki urgensi yang tidak kalah pentingnya dalam membangun hubungan baik dengan sesama manusia yaitu perbanyak meminta maaf dan tidak sukar memaafkan. Mengapa maaf memaafkan ini dianggap sebagai hal yang penting? karena dosa yang manusia lakukan lebih banyak terbentuk dari dosa kepada sesama manusia maka dari itu perlu untuk meminta maaf kepada tetangga, saudara, dan juga orang tua secara berkala.
Mari kita umpamakan proses meminta maaf kepada Allah dan kepada manusia, pastinya akan lebih banyak jumlah kegiatan yang bisa kita lakukan untuk memohon maaf kepada Allah dibanding dengan sesama manusia. Kita lihat saja dari shalat 5 waktu, jika kita tambahkan dengan dzikir setelah shalat maka akan ada sekurang-kurangnya 5x waktu untuk memohon maaf kepada Allah atas tindakan atau kesalahan yang telah kita lakukan kepada Allah. Sedangkan kepada manusia, mungkin hanya saat kita ingat saja atas kesalahan yang telah kita perbuat kepadanya maka dari itu penting untuk memperbanyak meminta maaf kepada sesama manusia karena bisa saja ada tindakan dan ucapan yang bisa menyakiti hati namun tak kita sadari yang bisa memicu api yang lebih besar lagi jika kita tidak segera meminta maaf kepada orang-orang di sekitar kita.
Bersabar dalam Menghadapi Ujian
Dalam hal mengatur pola pikir kita agar senantiasa berpikir lebih positif dalam menghadapi berbagai ujian yang Allah ﷻ berikan kepada kita juga harus terus dilanjutkan. Laa Yukallifullahu Nafsan Illa Wus’ahaa (Q.S al-Baqarah [2] : 286) “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”.
Dari potongan ayat tersebut dapat kita simpulkan bahwa Allah memberikan ujian sesuai dengan kemampuan hambanya. Seberat apapun ujian yang Allah berikan kepada kita tidak mungkin akan sesulit dan seberat itu jika kita tidak mampu melaluinya. Yang berarti cobaan seberat apapun yang Allah berikan kepada kita sudah melalui takaran Allah sehingga menempatkan kita di posisi yang mampu melalui semua cobaan itu. Kita sebagai hamba-Nya seharusnya berbahagia ketika mendapatkan ujian tersebut karena hal itu menunjukkan bahwa Allah percaya pada kita, Allah memilih kita dari sekian juta umat manusia yang ada dimuka bumi ini, namun kitalah yang terpilih untuk memecahkan ujian yang sulit itu.
Sehingga dalam menghadapi semua cobaan itu kita hanya perlu bersabar karena di akhir kisah sulit tersebut akan terdapat hikmah yang bisa kita petik dan kita jadikan pelajaran untuk bisa lebih baik lagi dalam menjalani kehidupan di masa depan. Selain sabar kita juga harus bersyukur dengan adanya cobaan kita bisa lebih dekat lagi dengan Allah ﷻ. Pernah tidak terpikir oleh kita bahwa cobaan dan rintangan yang menghampiri kita adalah salah satu bentuk kasih sayang yang Allah ﷻ berikan kepada kita? Allah ﷻ sayang kepada kita sehingga Allah ﷻ menginginkan hamba-Nya bisa lebih dekat lagi dengan-Nya sehingga Allah ﷻ hadirkan ujian agar hamba-Nya bisa kembali mengingat Allah dan kembali mendekat pada-Nya. Sungguh maha baik sekali Allah ﷻ, manusia terkadang lalai dan lupa pada-Nya tapi Allah ﷻ tetap ingin dekat dengan hamba-Nya sejauh apapun hamba-Nya keluar dari jalur yang Allah tetapkan dalam ajaran-Nya.
Tiga Kunci Sukses
Akhirnya terdapat tiga kunci sukses dalam menghadapi ujian yang Allah ﷻ berikan yaitu “Ridho, Sabar, dan Syukur”. Ridho menerima ujian yang menimpa kita karena ujian itu sudah menjadi bagian dari suratan takdir yang Allah ﷻ gariskan Untuk kita. Sabar untuk menjalani ujian tersebut karena setiap ujian tidak ada yang tidak memiliki solusi dan akhir yang baik, yang perlu kita lakukan adalah sabar menunggu Kun Fayakun Allah ﷻ agar mendapat jawaban atas semua kesulitan yang menghampiri kita. Dan terakhir Syukur kita harus senantiasa bersyukur dengan cobaan yang Allah ﷻ berikan karena cobaan yang Allah ﷻ hadirkan untuk kita bukanlah bentuk kebencian Allah ﷻ atas kekhilafan yang dilakukan manusia melainkan bentuk kasih sayang agar hamba-Nya kembali ke jalan yang Allah ridhoi, kembali melakukan ketaatan kepada Allah ﷻ, dan berhenti melakukan kesalahan dan dosa yang dapat menjerumuskan kita pada jalan yang sesat.[]
Mutiara Hikmah
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash c, ia mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ berkata padanya,
يَا عَبْدَ اللَّهِ ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ ، كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ
”Wahai ‘Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam, namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi.” (HR. Bukhari no. 1152)
Download Buletin klik disini