MENELADANI FATIMAH PUTRI RASULULLAH
MENELADANI FATIMAH PUTRI RASULULLAH
Oleh: Iin Fadila Ramadhani*
Dalam menjalani kehidupan sebagai seorang yang menganut agama Islam, kita memerlukan sebuah petunjuk agar jalan yang kita tempuh membawa kita kepada surga-Nya. Karena memang kehidupan akhirat adalah tujuan akhir dari penciptaan manusia dan merupakan kehidupan yang kekal serta abadi, oleh karena itulah Allah l mengutus para-Nabi dan Rasul untuk memberikan petunjuk kepada manusia dalam mengarungi kehidupan.
Siapa yang tidak mengenal Fatimah? Putri bungsu Rasulullah ﷺ yang dilahirkan melalui ibundanya Khadijah binti Khuwailid yang berasal dari keluarga bangsawan dan memiliki kedudukan serta kemuliaan di kalangan Quraisy.[1] Dalam meneladani Fatimah, alangkah lebih baiknya kita terlebih dahulu mengetahui sejarah lahirnya Fatimah hingga bagaimana ia menjalani kehidupan, sehingga kita sebagai umat islam dapat meneladani setiap proses kehidupan yang dijalaninya.
Kelahiran Sayyidah Fatimah
Pada saat Fatimah dilahirkan, Ibundanya yakni Khadijah mengutus seseorang ke tempat Wanita Quraisy dan Bani Hasyim agar mereka dating dan menolongnya namun Wanita-wanita Quraisy tersebut menolak dan membuat Khadijah menjadi sedih. Atas dasar itu turunlah ke tempat Khadijah wanita-wanita dan para malaikat dari langit yang membuat Khadijah merasa takut. Lalu salah seornag diantaranya berkata “Jangan sedih, Wahai Khadijah. Kami diutus Tuhanmu kepadamu, dan kami adalah saudara-saudaramu.” Khadijah pun melahirkan Fatimah dalam keadaan suci, dan bersinarlah cahaya darinya. Dikatakan bahwa tidak ada tempat pun di bumi disebelah timur maupun barat melainkan bersinar dengan cahaya itu.[2]
Fatimah lahir lima tahun sebelum Nabi Muhammad ﷺ menerima wahyu atau lebih tepatnya pada hari jum’at 20 Jumadil Akhir tahun kelima sebelum bit’tsah. Dinamakan Fatimah karena karena dalam keadaan suci dan bersih. Pemberian nama “Fatimah” ini juga dikarenakan Allah l telah berjanji akan menghindarkan Fatimah (Fathomaha) dan para pencintanya dari siksa neraka pada hari kiamat.[3] Sedangkan Az-Zahra berasal dari kata “Zahara”, “Yazharu”, “Zuhran” yang memiliki arti bercahaya, bergemilang dan mekar semerbak. Kata “Zahrah” juga berarti bunga. Fatimah mendapatkan nama “Zahra” dikarenakan kulitnya yang putih nan bersih, seolah-olah bercahaya cemerlang.[4]
Selain itu, Fatimah memperoleh banyak julukan karena perangai dan akhlakhnya yang mulai. Julukannya yang utama adalah Az-Zahra (yang Cemerlang), Kaniz (terpelihara), At-Thahirah (Perempuan Suci), Ummul Aimmah (Ibu para Imam), Sayyidah (Pemuka yang mulia, penghulu), Nisa’ Al-Alamin (Perempuan paling utama sejagat) dan banyak lagi julukan lainnya, sebagaimana dikutip dari buku Akidah Akhlak (2020) yang ditulis Sihabul Milahudin.[5]
Wujud lahiriah Fatimah ini merupakan cerminan dari wujud fisik Rasulullah ﷺ. Keterangan ini diperkuat lagi oleh Aisyah Ummul Mukminin j yang mengatakan bahwasanya “Aku belum pernah melihat seorang hamba Allah, yang baik sifat maupun ucapannya sehingga menyerupai Rasulullah ﷺ kecuali Fatimah”.
Fatimah tumbuh dan dibesarkan dalam suasana dan lingkungan kenabian. Sebagai Putri manusia termulia di muka bumi ini, ia tentunya menyadari kedudukannya di umat islam yakni memiliki tugas dimasa depan sebagai seorang ibu yang akan melestarikan keturunan Rasulullah ﷺ.
Keteladanan Fatimah
Dalam meneladani Fatimah dapat kita lakukan dengan dua cara yakni, meneladani secara langsung dan tidak langsung. Meneladani secara langsung dapat difahami dengan kita melakukan apa yang dilakukan oleh Fatimah. Sedangkan meneladani secara tidak langsung artinya hakikat dari perkataan serta perbuatan Fatimah harus dianalisa terlebih dahulu, hingga nanti akan mendapatkan sebuah kesimpulan yang dapat kita terapkan dalam kehidupan.[6]
Kehidupan yang dijalani Fatimah tidak jauh dari apa yang diajarkan oleh ayahandanya, Nabi Muhammad ﷺ baik dibidang keagamaan maupun di bidang kehidupan sehari-hari yang tentunya berdasarkan akhlak dan budi pekerti luhur yang baik. Hal itulah yang menjadikan Fatimah sebagai Wanita peramah yang berhati lembut, sabar, tenang, anggun, berpandangan jauh, teliti, cermat dan selalu menjaga kesucian diri. Sungguh sifat yang patut diteladani oleh umat islam lebih khusus lagi oleh Muslimah.
Kecintaan Rasulullah ﷺ kepada putri bungsunya itu terlihat dari sebuah peristiwa dimana Fatimah tidak merasakan kasih sayang ibundanya, Khadijah dikarenakan beliau lebih dulu wafat yang juga disusul oleh paman ayahandanya yakni Abu Thalib. Sehingga sebagai pengganti kasih sayang ibundanya tersebut, Rasulullah ﷺ semakin mencurahkan perhatiannya kepada putri bungsunya itu. Rasululllah ﷺ menegaskan bahwasanya “Fatimah adalah bagian dari aku. Barangsiapa yang membencinya berarti membenci aku”[7]
Fatimah tidak pernah menggunakan lisannya kecuali untuk mengatakan sesuatu yang benar. Sehingga setiap ucapannya selalu dikatakannya dengan jujur, dan tidak pernah menyebutkan keburukan seseorang, ataupun menyebutkan orang lain dengan kata-kata yang buruk.[8] Begitu mulianya perilaku serta perbuatan yang dilakukan oleh Fatimah yang tentunya atas pengajaran Rasulullah ﷺ. Bahkan pada saat Fatimah telah menikah dengan suaminya, Rasulullah ﷺ tetap memberikan bimbingan serta pengarahan kepada putri dan menantunya tersebut.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda bahwasanya Maryam adalah teladan bagi para Wanita di zamannya, sedangkan Fatimah adalah teladan wanita bagi seluruh alam dari awal hingga akhir nanti.[9] Sehingga jelas bahwasanya kita sebagai muslimah patut untuk meneladani setiap gerak kehidupan Fatimah. Kedudukan beliau yang tinggi harusnya menjadikan kita lebih bersemangat dalam meneladaninya. Karena dengan mengikuti Fatimah yang merupakan wanita ahli surga, maka jalan yang kita telusuri akan mengantarkan kita kepada surga-Nya.
Dalam menjalani kehidupan, kita dapat mengambil banyak hikmah dan pelajaran dari apa yang telah dialami oleh Fatimah yang tentunya mengandung suri tauladan yang bermanfaat bagi kehidupan kita saat ini. Seperti kehidupan pernikahan yang dijalani Fatimah, hal tersebut menggambarkan kesanggupan dan kesabaran yang amat besar dalam menanggung penderitaan hidup, karena seluruh hidupnya penuh dengan kerja keras dan perjuangan. Tentunya hal ini tidak sebanding dengan kenikmatan yang akan diperoleh di akhirat kelak.
Kezuhudan dan ketekunan beribadah yang dilakukan oleh Fatimah juga dapat menjadi pelajaran berharga yang patut kita contoh. Fatimah hidup sebagai seorang wanita yang penuh bakti dan senantiasa bersujud kepada Allah. Kesibukannya setiap hari yang penuh dengan perjuangan tidak mengurangi kezuhudan dan ketekunan Fatimah dalam beribadah. Fatimah sangat memahami dan menghayati nilai-nilai kehidupan yang sebenarnya. Ia juga mengetahui dengan baik bagaimana seharusnya menghadapi kehidupan. Oleh karena itulah seluruh kehidupannya merupakan petunjuk bagi seluruh wanita. Wa Allâhu a’alam.[]
Mutiara Hikmah
Nabi ﷺ bersabda,
أَفْضَلُ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ: خَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ وَمَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ وَآسِيَةُ بِنْتُ مُزَاحِمٍ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ
“Wanita-wanita terbaik di surga yaitu; Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Maryam bintu Imran, dan Asiyah binti Muzahim istri Firaun.” (H.R. Ibnu Abdil Bar, al-Isti’ab 2/113).
Marâji:
* Mahasiswi Prodi Akhwal al Syakhshiyyah FIAI UII 2019
[1] Ibrahim Amini. Fatimah Az-Zahra Wanita Teladan Sepanjang Masa. Jakarta: Penerbit Lentera, 1989. hal. 14
[2] Bihàr Al-Anwar. XVI. Hal.80-81
[3] Alhamid Alhusaini. Fatimah AzZahra Puteri Tercinta Rasulullah S.A.W. Jakarta: Penerbit Bacalah, 2002. hal. 2
[4] Ibid., hal. 3
[5] Abdul Hadi. Kisah Teladan Fatimah Az-Zahra Anak Perempuan Nabi Muhammad. Dikutip dari https://tirto.id/kisah-teladan-fatimah-az-zahra-anak-perempuan-nabi-muhammad-ggU2 pada 5 Desember 2021
[6] Saleh Lapadi. Sayyidah Fathimah Az-Zahra as Teladan Wanita Seluruh Alam. Dikutip dari https://salehlapadi.wordpress.com/2007/06/24/sayyidah-fathimah-az-zahra-as-teladan-wanita-seluruh-alam/ pada 5 Desember 2021
[7] Ibid,. hal. 9
[8] Sri Ningsih. Meneladani Akhlak Mulia Sayyidan Fatimah Az-Zahra. Dikutip dari https://muslima.hops.id/meneladani-akhlak-mulia-sayyidah-fathimah-az-zahra/ pada 5 Desember 2021
[9] Biharul Anwar. Jilid 43. Hal. 22 hadist ke-20