Amanah Orang Tua Tak Kunjung Selesai?
Bismillâh walhamdulillâh washalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh,
Tentang Rezeki
Allah ﷻ telah menetapkan rezeki pada setiap makhluk-Nya. Ada yang rezekinya didekatkan dengan jodohnya, ada yang rezekinya dimudahkan dalam menuntut ilmu, ada yang rezekinya diberi jalan untuk berkarir dan bekerja, ada yang rezekinya dicerahkan untuk berkarya, ada yang rezekinya punya uang banyak, ada yang rezekinya punya waktu luang, ada yang rezekinya punya energi penuh, sehat utuh. Diantara bentuk rezeki yang lainnya adalah menyelesaikan amanah orang tua dalam tugas belajar kuliah, seperti menyelesaikan skripsi dan wisuda.
Jika kita mengukur rezeki dengan apa yang sudah didapatkan orang lain kita akan selalu merasa tertinggal dan berada di bawah, padahal disaat yang sama ada orang lain yang berharap memiliki hidup seperti yang kita miliki saaat ini. Rezeki bukan hanya tentang harta saja, selama ini manusia memahami rezeki hanya uang dan harta saja, padahal tidak demikian. Syaikh Shalih al-Fauzan Menjelaskan, “Rezeki adalah semua (apa-apa) yang bermanfaat (dimanfaatkan) oleh makhluk (yang diberi rezeki).” (Hushulul Ma’mul hal. 31)
Sesuatu yang Belum
Sesuatu yang belum terjadi itu tidak selalu sebagai cobaan apalagi musibah. Nabi Muhammad ﷺ belum diterima dakwahnya di Thaif. Hal ini ada hikmah yang tidak diketahui oleh manusia. Allah tunda dakwah Nabi Muhammad ﷺ untuk diterima di Thaif karena sebuah alasan yang menakjubkan, kelak para pejuang-pejuang Islam yang tangguh lahir dari tanah ini. Terdapat banyak hal di dunia ini yang tidak bisa kita pahami saat itu juga, namun hal yang harus selalu kita ingat adalah tidaklah Allah ﷻ menimpakan suatu hal kepada hamba kecuali itu pasti yang terbaik baginya.
Dari Shuhaib Radhiyallahu’anhu, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (H.R. Muslim, no. 2999)
Tertinggal itu bukan musibah, yang musibah adalah kita jika tidak bisa bersyukur. Kehilangan sesuatu itu bukan musibah, yang musibah adalah kita jika tidak bisa mengikhlaskan. Belum terselesaikannya urusan itu bukan musibah, yang musibah adalah kita jika tidak bisa bersabar.
Tips Memperjuangkan Amanah Orang Tua
- Kuatkan tegad sebagai bentuk ketaatan pada orang tua
Salah satu hikmah perintah berbakti pada orang tua diletakkan oleh Allah ﷻ setelah perintah bertauhid adalah karena besarnya pahala berbakti pada orang tua. Mulai sekarang mari kita kuatkan tekad untuk menyelesaikan amanah orang tua, mulailah kerjakan, berjalan menyusuri ruang-ruang kelas, teriknya mentari saat mencari data, setiap evaluasi dari dosen yang terkadang membuat kita sedikit kecewa adalah bentuk perjuangan kita untuk membahagiakan orang tua, adalah catatan amal kita untuk berbakti.
- Evaluasi diri
Mari kita mengevaluasi lagi apakah terdapat maksiat yang sering kita kerjakan? Apakah ada pintu syariat yang dengan mudah kita dobrak? Apakah pernah kita berbuat maksiat saat sendirian? Siapa yang bermaksiat, Allah ﷻ akan mempersulit urusanya. Sebaliknya, siapa yang bertaqwa pada Allah ﷻ, akan dipermudah urusanya oleh Allah ﷻ. “Tidaklah seseorang melakukan dosa, kecuali menjadi sulitlah urusanya”. (Ibnu Qayyim)
- Berdoa kepada Allah
Selalu minta tolong pada Allah ﷻ, karena mustahil bagi Allah ﷻ untuk tidak mengabulkan permintaan hamba-Nya. Mintalah tolong kepada Allah ﷻ dengan sabar dan shalat. Merengeklah pada Allah ﷻ pada sepertiga malam, di tengah sujud panjang, pada setiap adzan dan iqomah. Sungguh jawaban dari setiap doa itu adalah “iya”. Serti merutinkan dzikir pagi dan petang.
- Ikhtiar dan Tawakal
Terkait dengan Ikhtiar atau usaha, Sahl At Tusturi mengatakan, ”Barangsiapa mencela usaha (meninggalkan sebab) maka dia telah mencela sunnatullah (ketentuan yang Allah tetapkan). Barangsiapa mencela tawakkal (tidak mau bersandar pada Allah) maka dia telah meninggalkan keimanan.”. Dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Ukaim, Nabi ﷺ bersabda, “Barangsiapa menggantung hati pada sesuatu, urusannya akan diserahkan padanya” (H.R. Tirmidzi no. 2072)
- Mencari lingkungan yang mendukung
Tinggalkanlah lingkungan yang tidak mendukung dalam mengerjakan skripsi, tinggalkan kesenderian disaat fikiran sudah buntu. Bertemulah dengan kawan-kawan yang shalih. Mintalah nasehat mereka, tataplah mata sendu penuh taqwa mereka. Sesungguhnya pada lingkungan yang Allah ﷻ selalu menjadi topik pembicaraannya terdapat cahaya yang akan menghidupkan kembali jiwa.
Akhirnya
Akhirnya kita tahu bahwa bersabar yang sesungguhnya bukan hanya menanti dalam ukuran waktu, melainkan menunggu dalam ukuran usaha. kita tidak berputus asa karena kita tahu bahwa Allah tidak menilai hasil namun proses. Kita tenang karena setiap niat yang tepat pasti menghasilkan sesuatu yang hebat.
Selamat berusaha. Semoga kini kita tak lagi menyebut yang belum kita peroleh sebagai ujian, ketertinggalan sebagai cobaan, dan kesulitan pada setiap urusan sebagai musibah, Sebab kita tahu bahwa rezeki kita lain, sebab kita tahu bahwa Allah Maha Adil, sebab kita tahu bahwa musibah yang sejati adalah saat kita tidak lagi mampu bersyukur dan bersabar.
Penyusun:
Yonatan Yolius Anggara
Santri Pesma Nur Baiturrahman Yogyakarta
Direktur Center of Excellent Student Yogyakarta 2019
Marâji’
- Ali bin Muhammad Ad – Dihami. Al-Maajalis Al-maaniyah Min Kaalam Ibni Qyyim Al-Jauziyah.Surakarta : Shofa. 2009 M. Cet.k-1.hal. 42.
- Raehanul Bahraen. Tak akan Hasad Jika Paham Apa itu Rezeki .2018. https://muslimafiyah.com/tidak-akan-hasad-jika-paham-apa-itu-rezeki.html
- Muhammad Abduh Tuasikal. Kiat Meraih Sukses dengan Tawakkal .2010. https://rumaysho.com/847-kiat-meraih-sukses-dengan-tawakkal.html
Mutiara Hikmah
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu, beliau berkata bahwa Nabi ﷺ bersabda (berdoa),
اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً
“Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah”. (Jâmi’ul Ahadits, 6/257, Asy Syamilah)