Sabar Di Era New Normal
Sabar Di Era New Normal
Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh,
New normal sebuah kata baru yang kita dengar setelah melewati masa pandemi Covid-19 yang sudah melanda bumi kurang lebih selama empat bulan ini. Definisi new normal yang dikemukakan Pemerintah Indonesia adalah sebuah tatanan baru untuk beradaptasi dengan Covid-19. Beradaptasi yang dimaksud melestarikan kebiasaan hidup yang baik selama pandemi ini dalam menyongsong kehidupan layaknya normal kembali, namun penuh ekstra hati-hati.
Untuk di Indonesia sendiri melirik dari updatetan informasi yang dirilis oleh gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 per hari ini 7 Juni 2020 dapat diperoleh data kasus komulatif korban yang positif adalah sebanyak 31.186 jiwa yang tersebar dari 34 provinsi yang ada di Indonesia. Dilihat dari grafik penyebarannya, masih ada terjadi penambahan kasus namun tidak melambung tinggi. Ini menandakan Covid-19 nya masih ada dan tetap diwaspasai penyebarannya dalam menjalani kehidupan new normal saat ini.
Sebuah keniscayaan yang tidak pernah sama sekali kita duga untuk terjadi, Covid-19 menyerang dalam kemasifan yang mengakibatkan interaksi satu dan lainnya sangat dibatasi di seantero jagad bumi. Begitu banyak himbauan dalam gerak memutus rantai penyebaran virus ini. Begitu banyak kebijakan demi kebijakan yang muncul dalam menghadapi perkara ini. Sungguh ditekankan untuk melakukan social distancing dan stay at home dengan sangat ketat menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Di era new normal ini banyak hal yang membuat rasa sabar dan syukur kita harus di lejitkan. Selama pandemi ini keluar ungkapan bahwa “rasa sabar mana lagi yang harus ku pendam dalam mengagumi dirimu wahai Covid-19” bukan nyayi ya, tapi realita kehidupan yang kita hadapi bersama. Betapa tidak, bisa kita rasakan begitu kagetnya kita yang tiba-tiba bebas bergerak dalam beraktifitas sekarang begitu banyak petatah-petitihnya. Semua memang harus dijalankan dengan penuh rasa sabar agar hidup tidak terasa hambar.
Kata sabar sendiri berasal dari bahasa arab yaitu as-Shabru, merupakan masdar dari fi’il madhi yang berarti menahan diri dari keluh kesah. Ada juga yang mengatakan as-Shibru dengan mengkasrahkan shad-nya yang berarti obat yang sangat pahit dan tidak enak. Imam Jauhari memahami kata sabar yang bentuk jamaknya berupa lafad (صُبُرٌ) dengan menahan diri ketika dalam keadaaan sedih atau susah. Dari kata sabar ini dapat disarikan bahwa dalam kondisi apapun, berjuanglah untuk menahan diri hal yang dapat merusak keteguhan diri yang mendekatkan pada keputusasaan.
Salah satu penyebab munculnya kondisi new normal adalah jika sudah melewati masa-masa sulit dari wabah yang menglobal. Untuk abad ke-21 ini, wabah yang melanda bernama Covid-19. Perlu kita ketahui bahwa wabah juga pernah terjadi di zaman Rasulullah ﷺ, yakni ketika Nabi ﷺ melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah. Diceritakan saat itu di Madinah dalam keadaan buruk dengan air keruh dan penuh wabah penyakit. Nabi ﷺ pun meminta para sahabat agar menghadapi wabah itu dengan sabar dengan tetap berharap pertolongan dari Allah ﷻ.
Seperti diceritakan Aisyah, mereka yang bersabar dijanjikan syahid. “Kematian karena wabah adalah surga bagi tiap muslim (yang meninggal karenanya)”. (HR Bukhori). Jika umat muslim menghadapi hal ini, seperti yang kita hadapi sekarang, dalam sebuah hadis disebutkan janji surga dan pahala yang besar bagi siapa saja yang bersabar ketika menghadapi wabah penyakit.
Wabah lainnya yang juga pernah terjadi di zaman Rasulullah ﷺ yaitu wabah penyakit Thaun, Rasulullah ﷺ bersabda: “Tha’un merupakan azab yang ditimpakan kepada siapa saja yang Allah kehendaki. Kemudian Dia jadikan rahmat kepada kaum Mukminin.” (HR. Bukhari). Dalam menghadapi wabah ini lagi dan lagi solusi jitu dari Rasulullah ﷺ adalah sabar mengahapi ini. Masih dalam hadits yang sama, Nabi ﷺ melanjutkan: “Tidaklah seorang hamba yang di situ terdapat wabah penyakit, tetap berada di daerah tersebut dalam keadaan bersabar, meyakini bahwa tidak ada musibah kecuali atas takdir yang Allah tetapkan, kecuali ia mendapatkan pahala seperti orang yang mati syahid.” Luar biasa balasan dari sabar ini, tidak tanggung-tanggung balasanya dari illahi Rabbi.
Ditengah keadaan yang serba terbatas untuk beraktifitas, sabar ialah sebuah pilihan sikap yang tepat dalam kondisi yang kita hadapi sekarang dalam menyongsong kehidupan new normal ini dan ketahuilah bahwa Allah ﷻ telah menjanjikan pahala berlimpah bagi hamba-Nya yang bisa bersabar. Allah ﷻ berfirman “Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas..” (Q.S az-Zumar [39]: 10). Apalagi yang kita cari di dunia ini dalam beribadah kepada-Nya, ialah curahan pahala yang dapat menentramkan kehidupan yang sedang direnda di dunia menuju keabadian akhirat yang kelak semoga Allah ﷻ memberikan balasan syurga-Nya.
Tiada habisnya jika diperturutkan kemauan untuk berkeluh kesah dan berlama-lama larut di dalamnya, kenyataan bahwa dengan hadirnya Covid-19 menghampiri kehidupan banyak hal yang luput. Ada yang kehilangan pekerjaan sampai diberhentikan bekerja, ada yang usahanya harus ditutup, ada yang kehilangan sosok yang dicintai, ada yang harus terpisah oleh alasan yang menyayat hati dan lainnya, tapi dibalik itu semua banyak hal positif juga yang dapat kita ambil dan perlu disibak firman Allah ﷻ lainnya yang mendamaikan jiwa yaitu “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir“. (Q.S al-Baqarah [2]: 286).
Ayat di atas mengisyaratkan kepada kita bahwa Allah ﷻ tidak akan membebani seorang hamba dimana hamba tersebut tidak sanggup memikul bebannya. Ini menandakan bahwa ujian pandemi ini dalam kesanggupan kita dan kita beriktiar maksimal dalam mengahadapinya.
Sabar memang mudah untuk diucapkan, tetapi belum tentu mudah juga dalam kita mempraktekannya. Dalam menjalani kehidupan ini, banyak hal yang membuat kita harus sabar dan menjauhi kemarahan. Harus ada azam yang kuat di hati dalam menyadarkan diri agar tidak mudah berkeluh kesah. Menghadapi itu semua kita butuh pertolongan dari Allah ﷻ bukan?. Sesungguhnya kita tidak dibiarkan sendirian dan tanpa bantuan oleh Allah ﷻ dalam mengupayakan sabar yang sulit ini. Allah ﷻ berfirman “Mintalah pertolongan dengan sabar dan mengerjakan shalat sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (Q.S al-Baqarah [2]: 153).
Selain sabar ada amalan sholat yang harus juga dijaga bagi seorang muslim, sholat bisa menjadi pelancar dari kesempitan menuju kelapangan, dari kesusahan menjadi kemudahan. Allah ﷻ kuasa atas semua itu.
Sabar bukan amalan biasa bagi seorang muslim. Begitu beratnya melakukan ini tapi bukan berarti tidak bisa juga untuk dilakoni. Seseorang yang selalu berupaya untuk sabar dalam hidupnya, sejatinya ia sedang merangkai kemenangan dalam menjalani fase pembentukan pribadi yang lebih baik lagi dan akan menemukan kemudahan-kemudahan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Allah ﷻ mengatakan bahwa orang yang bersabar itulah orang yang menang. Allah ﷻ berfirman “Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang.” (Q.S. al- Mu’minun [23]: 111).
Semoga kita semua dapat memetik hikmah dari situasi new normal ini dengan sikap sabar yang kita pilih dan dapat mengecap manisnya pahala sabar dari apa yang telah dijanjikan Allah ﷻ dalam berbagai firman-Nya di kondisi yang sekarang ini. Tidak akan rugi dan akan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki untuk dunia dan akhirat nanti insyaallah.[]
Marâji’
- https://islami.co/sabar-itu-apa-sih-ini-lima-makna-sabar-dalam-al-quran/
- https://www.tagar.id/pandemi-corona-dan-kisah-wabah-penyakit-zaman-nabi
- https://www.medcom.id/nasional/peristiwa/VNx4QWDN-lima-cara-rasulullah-menghadapi-wabah-dan-penderita-penyakit-menular
Darnela Putri
Magister Ekonomi Islam
Universitas Islam Indonesia
Mutiara Hikmah
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar adalah meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, menahannya dari perbuatan maksiat kepada Allah, serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir Allah….” (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24)
Download Buletin klik disini